Sunday 2 August 2020

Karantina Mandiri 14 Hari



Menurut Kitab Imamat, jika seseorang termasuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) atau ketika ia memiliki gejala sakit kusta, ia harus mengarantina diri selama 14 hari (Imamat 13:4-5). Imam harus memeriksa kondisi yang bersangkutan pada hari ketujuh dan memeriksa kembali pada hari ke-14. Jika ternyata yang bersangkutan positif sakit kusta, ia akan dinyatakan najis. Jika pasien tersebut bepergian, ia harus berseru, “Najis, najis” (Im. 13:45) sebagai bentuk menjaga jarak alias physical distancing. Hal ini dilakukan demi melindungi orang lain.

Tahukah Anda mengapa Doa Harian disebut Saat Teduh atau Quiet Time? Tuhan merindukan Anda berjumpa dengan-Nya dalam keheningan. Dia bersabda, “DIAMLAH dan ketahuilah bahwa Akulah Allah” (Mazmur 46:10). Kiranya Anda tidak mengabaikan Tuhan Yesus yang berdiri di depan pintu hatimu dan mengetuk (Wahyu 3:20).

Mengapa kita menolak berdiam diri meskipun sedang dalam isolasi mandiri? Sebab diam membuat kita gelisah. Diam membuat kita sengsara. Kita tidak dapat menjauh dari ponsel dan televisi kita karena kesendirian memaksa kita untuk berjumpa dengan diri kita. Kita takut menemui diri kita sendiri di dalam kesendirian. Oleh sebab itu, kita terus menyibukkan diri dengan banyak hal.

Yesus memberikan teladan untuk berdiam diri: “Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang SUNYI dan berdoa” (Luk. 5:16). Tahukah Anda bahwa setelah Yesus menerima berita kematian Yohanes Pembaptis, Dia mengundurkan Diri untuk berdoa? “Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak MENGASINGKAN DIRI dengan perahu ke tempat yang SUNYI” (Mat. 14:13a).




Bukankah selama ini Anda mengeluh “sibuk”? Bukankah selama ini Anda merasa terlalu sibuk untuk membaca Alkitab dan berdoa? Kini Tuhan memberimu waktu untuk berdiam dalam hadirat-Nya. Berdiam diri penting untuk menata dan membenahi diri serta memeriksa kembali prioritas hidup kita. Berdiam diri juga sangat penting untuk memulihkan berbagai luka batin di dalam diri kita. Dalam diam, kita dapat mencurahkan kepedihan hati kita kepada-Nya.




Mari kita menggunakan kesempatan ini untuk mendengarkan-Nya. “Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia” (Ratapan 3:25).

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12