Monday 11 July 2016

AGAPISME SEBAGAI KEHIDUPAN YANG BAIK!

有爱的美好生命!
Ulangan 30:9-14; Mazmur 25:1-10; Kolose 1:1-14; Lukas 10:25-37



Apakah Saudara merasa kehidupan Saudara sudah baik? Menurut Saudara kehidupan yang baik bagi Saudara itu seperti apa? Kira-kira apa yang masih kurang dalam kehidupan Saudara sehingga kehidupan Saudara baru dapat dikategorikan sebagai kehidupan yang baik? Saya percaya jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini sangat beragam. 

Berikut ini beberapa konsep yang berbeda soal kehidupan yang baik.
Egoisme - kehidupan yang baik didorong oleh kasih terhadap diri sendiri (self-indulgence). Apapun yang seseorang lakukan adalah buat kebaikan dirinya. Memotong antrian, mengambil makanan, memarkir mobil, merebut tempat duduk, apapun itu, yang jelas segala sesuatu yang dilakukan adalah demi kebaikan dirinya. Segala sesuatu dilakukan dengan satu pertanyaan dasar, “Apa untungnya bagiku?”

Narsisme - Membutuhkan perhatian yang sangat besar. Hidup yang baik adalah memperoleh perhatian yang besar. Pujian dan sanjungan merupakan makanan pokok dan sumber kekuatan. Orang yang narsis tidak mencintai diri sendiri dengan benar. Mereka tidak mempunyai proper self-love, melainkan dipenuhi dengan distorted self-love.

Konsumerisme - I shop therefore I am. Hidup yang baik diperoleh dengan berbelanja dan berbelanja. Berbelanja memberikan kepuasan dan kesenangan.

Eudaimonisme - Menitikberatkan prinsip-prinsip dan perbuatan. Kehidupan yang baik diwujudkan hanya melalui aktivitas. Hidup yang baik dicapai melalui penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai kebajikan yang dianutnya. Non-aktivitas berpotensi menyebabkan dirinya merasa tidak bahagia.

Agapisme - Hidup yang dipenuhi dan digerakkan oleh cinta kasih seperti yang dicerminkan dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati.

Mendengarkan suara Tuhan dan berpegang pada perintah dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam kitab Taurat merupakan kunci kepada kehidupan yang dilimpahkan dengan kebaikan (Ul. 30:9-10). Berpeganglah pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya (Mzm. 25:10). Kehidupan yang baik terjadi karena Kristus memindahkan kita dari kuasa kegelapan ke dalam Kerajaan-Nya (Kol. 1:13). Cinta kasih merupakan karakteristik Kerajaan Kristus. Cinta kasih merupakan kunci untuk mewujudkan kehidupan yang berkelimpahan (flourishing life). 

Dalam kaitannya dengan kehidupan yang baik, kita dapat menyorotinya dari dua aspek yakni yang seseorang kerjakan (life that is lived-well) dan apa yang terjadi pada diri seseorang (life that goes well). Misalnya, sambil berdiri, Saudara sedang membaca sebuah buku di MRT dimana tulisannya sangat memberkati kehidupan Saudara (life that is lived-well). Kemudian ada seorang berbaik hati memberikan tempat duduknya kepadamu (life that goes well). Satu contoh lagi, demi kesehatan, Saudara memutuskan untuk tidur lebih awal (kehidupan dijalani dengan baik) tetapi tetangga Saudara mengeraskan volume musik hingga subuh sehingga Saudara tidur Saudara sangat terganggu (kehidupan tidak berlangsung baik).

Ahli Taurat yang datang kepada Yesus berfokus pada apa yang dapat ia lakukan untuk memperoleh kehidupan yang baik (life that is lived-well). Dia bertanya, “Guru, apa yang harus KUPERBUAT untuk memperoleh hidup yang kekal? (Luk. 10:25). Yesus pun bertanya kepadanya apa yang ia baca di kitab Taurat. Sebagai ahli Taurat, ia pun mengutip dari Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18. Yesus berespon, “Jawabmu itu benar, PERBUATLAH DEMIKIAN MAKA ENGKAU AKAN HIDUP” (Luk. 10:28). Yesus tidak mengatakan, “Maka engkau akan memperoleh hidup yang kekal.” Hidup yang kekal adalah anugerah TUHAN, bukan hasil jerih payah seseorang. Sebaliknya, Yesus menegaskan kepada ahli Taurat tersebut bahwa apabila ia mengasihi, ia akan benar-benar hidup. Ketika seseorang benar-benar HIDUP, dia berbahagia karena ia akan memaknai setiap momen dalam hidupnya. Cinta kasih menuntun seseorang untuk hidup dalam kebahagiaan dan kelimpahan. Cinta kasih memampukan kita menikmati kehidupan dengan benar. Tanpa cinta kasih, kehidupan seseorang akan kering bagaikan zombie.

Imam dan orang Lewi merupakan orang yang menjalani hidup mereka dengan baik yakni dengan menuruti hukum Taurat. Mereka adalah orang-orang yang menerapkan prinsip-prinsip kehidupan secara kaku. Namun mereka memalingkan pandangan mereka dari kehidupan yang tidak berlangsung dengan baik yakni orang yang jatuh ke tangan penyamun tersebut. Mereka adalah kaum profesional yang menekuni bidang mereka. Agenda mereka yang padat mematikan kemurahan hati dalam diri mereka. Kemanusiaan mereka dipadamkan oleh profesionalisme mereka. Dan profesionalisme mereka dikelabui oleh ego mereka. Mereka tidak mau mengotori jas mereka yang mahal. Mereka tidak mau mengotori mobil mewah mereka. Mereka tidak mau agenda mereka yang padat terganggu. Mereka menutup mata hati terhadap kehidupan yang tidak berlangsung dengan baik. Keadilan primer (citra Allah yang terluka) tidak menjadi perhatian mereka.

Orang Samaria memperhatikan kehidupan yang tidak berlangsung dengan baik. Ia memperhatikan keadilan primer yang dirusak. Ia memperhatikan citra Allah yang terluka oleh kejahatan. Agenda dan perjalanan bisnisnya tidak menjauhkan dia dari memberikan perhatikan kepada kehidupan yang tidak berlangsung dengan baik (life that does not go well) dalam diri orang yang tergeletak, dan dibiarkan dalam kondisi setengah mati. Karena ia memperhatikan keberhargaan dalam diri sesama (human worth). Hatinya tergerak oleh belas kasihan. Agapisme dalam dirinya bekerja, mendorong dirinya untuk memulihkan orang yang terluka tersebut. Dia terpanggil untuk memulihkan kehidupan yang tidak berlangsung baik ini menjadi kehidupan yang berlangsung dengan baik melalui kehidupan yang ia jalani dengan baik. Padangan orang lain yang meremehkan dirinya tidak merusak citra dirinya. Pandangan yang penuh penghinaan oleh orang lain tidak merusak kemanusiaannya. Pandangan yang penuh kebencian oleh orang lain tidak merampas cinta kasih dalam dirinya. Daripada mencari-cari siapa adalah sesama atau sahabat baginya, ia menjadi sesama atau sahabat bagi orang lain. 

Cinta kasih mendorong kita untuk menjadi sahabat bagi sesama. Cinta kasih mengarahkan kita untuk memperhatikan keberhargaan dalam diri sesama. Sebagai sahabat, kita memulihkan sesama yang terluka. Memulihkan sesama bukanlah hal yang mudah sebab seseorang yang telah terluka akan cenderung mengelilingi dirinya dengan duri-duri yang sangat tajam. Seseorang yang terluka cenderung melakukan tindakan pembalasan dendam. Seseorang yang terluka cenderung melukai. Orang yang terluka tidak berproaktif, sebaliknya sikapnya cenderung reaktif. Hanya dengan cinta kasih kita dapat mematahkan rantai reaksi orang yang terluka. Memulihkan sahabat yang terluka membutuhkan cinta kasih yang mencakup keadilan primer (menghargai ‘sense of worthiness’ sahabat), kerendahan hati, pengampunan dan kesiapan hati untuk kembali di lukai. Sahabat yang terluka, pada umumnya mengalami krisis kepercayaan diri. Merekonstruksi kepercayaan diri sahabat yang terluka membutuhkan kelapangan dalam memberikan ruang agar sahabat dapat membangun kembali keyakinan dirinya, termasuk kebutuhan untuk ‘perform’ agar meningkatkan sense of worthiness dalam dirinya.

Agapisme sebagai kehidupan yang baik akan mewujudkan kehidupan yang madani. Dengan cinta kasih kehidupan dijalani dengan baik (life that is lived-well). Cinta kasih mengarahkan pandangan kita dalam menciptakan kehidupan yang berlangsung dengan baik (life that goes well). Ciptakanlah kehidupan yang baik dengan cinta kasih!


Batam, 10 Juli 2016


Lan Yong Xing

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12