Wednesday 15 June 2016

TUHAN MELAWAT!

1 Raj. 17:8-24; Mzm. 146; Gal. 1:11-24; Luk. 7:11-17


Ketika kupu-kupu masuk ke ruang tamu rumah, orang akan berkata, “nanti pasti kita akan kedatangan tamu”. Sehingga tiap kali ketika ada kupu-kupu berkunjung ke rumah, tuan rumah akan membersihkan rumah dan menantikan kedatangan tamu. Setiap orang mengharapkan pelawatan, hanya pelawatan dengan pemahaman yang berbeda-beda. Kalau Saudara buka toko atau restoran, sudah tentu saudara ingin didatangi tamu yang banyak dan berbelanja yang banyak. Tidak heran apabila ada banyak orang, bahkan ada orang Kristen yang masih menggunakan kucing (maneki-neko) pajangan yang salah satu tangannya bergerak memanggil-manggil tamu. Pernahkah Saudara memperhatikan, tangan kiri atau tangan kanan kucing yang bergerak? Menurut kepercayaan Jepang, tangan kiri (pelanggan) dan tangan kanan (keberuntungan dan kekayaan). Tetapi ada tafsiran lain yang mengatakan tangan kanan (keluarga) tangan kiri (bisnis). Atau Saudara ingin dilawat oleh God of Fortune, mengundang dia tinggal di rumah? Setiap orang percaya pada sesuatu dan kepercayaan-Nya membentuk dirinya. Sehingga menaruh kepercayaan secara tepat menjadi sangat penting.

Lebih baik berlindung pada TUHAN daripada percaya kepada manusia (Mazmur 118:8)
It is better to take refuge in the LORD than to trust in humans.

Juga dapat kita katakan bahwa lebih baik berlindung pada TUHAN daripada percaya pada paradigma manusia. Izebel, istri Ahab juga memiliki kepercayaan sendiri. Dia percaya Baal memberikan hujan dan Asyera memberikan kesuburan. Dia percaya dengan keberadaan Baal dan Asyera maka kerajaannya akan berkembang dan makmur. Menurut Izebel, menyembah Yahweh adalah kebodohan sebab Yahweh adalah Tuhan yang tidak efektif sehingga ia ingin menyingkirkan penyembahan Yahweh di Israel. Ia meminta suaminya untuk mendirikan sebuah rumah buat dewa Baal di Samaria. Kemudian dia mengimpor 450 nabi Baal dan 400 nabi Asyera dari kampung halamannya dan menempatkan mereka di dalam istana, memberikan mereka perjamuan kerajaan. Dewa Baal disembah bersamaan dengan dewi Asyera. Baal adalah dewa lahan dan Asyera adalah dewi kesuburan. Biasanya kedua dewa ini disembah secara bersamaan, karena diletakkan bersebelahan di dalam kuil. Untuk memperoleh berkat dari dewa-dewi ini, para penyembah harus menari telanjang dan kemudian berhubungan intim di hadapan dewa-dewi tersebut. Mereka percaya apabila dewa-dewi ini terangsang maka mereka akan diberkati. Dewa Baal juga senang dengan persembahan anak bayi yang bakar atau dimasak hidup-hidup.

Melalui kehadiran para nabi ini, dia ingin mempromosikan dewa Baal dan dewi Asyera. Dia juga membunuh setiap nabi-nabi Yahweh. Obaja, seorang pejabat kerajaan Israel, menyembunyikan 100 nabi Yahweh di dalam sebuah gua dan selalu memberikan mereka makanan. Nabi Elia adalah nabi yang menentang Izebel secara terbuka sehingga Izebel ingin melenyapkan dia. Izebel adalah seorang keras kepala dan perusak. 

Siapakah Izebel, yang nyebelin tersebut? Dia adalah istri Ahab. Ahab dikenal sebagai raja yang paling jahat di Israel. Dia adalah anak Omri, seorang raja yang jahat.
Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan ia melakukan kejahatan LEBIH daripada segala orang yang mendahuluinya (1 Raj. 16:25).
Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN LEBIH daripada semua orang yang mendahuluinya (1 Raj. 16:30).

Ahab mengimprovisasi atau meningkatkan kejahatan ayahnya. Mengapa Ahab menikahi Izebel? Ahab takut dengan ancaman kerajaan Asyur. Maka dia ingin menjalin kekuatan dengan kerajaan Fenisia (3200 - 883 SM) (baca Kis. 11:19) sehingga ia menikahi Izebel, putri raja Fenisia (Ethbaal - imam Baal). Kemudian raja Ahab mengikuti istrinya beribadah kepada Baal (1 Raj. 16:31). Orang Tionghoa mengatakan, wanita takut salah menikahi suami, sebaliknya laki-laki juga mesti takut menikahi istri yang salah.

Ahab ingin mendapatkan sebidang tanah (1 Raj. 21:1) namun karena ia tidak berhasil maka ia tidak mau makan. Istrinya melihat dia tidak makan dan bertanya mengapa (1 Raj. 21:5). Kemudian istrinya berkata, “Bukankah engkau seorang raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarkanlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot” (1 Raj. 21:7). Kalau dalam bahasa masa kini, mungkin istri Ahab berkata, “Bukankah engkau laki-laki? Bukankah engkau manager? Bukankah engkau bos perusahaan? Masa engkau tidak bisa mendapatkan apa yang engkau inginkan? Masa engkau tidak bisa mendapatkan tas kesukaanku? Masa engkau tidak bisa mendapatkan mobil baru? Engkau pria tidak berguna! Izebel memanggil dua orang untuk menjadi saksi dan menuduh Nabot telah mengutuk Allah dan raja di depan para tua-tua dan pemuka-pemuka. Nabot kemudian dihukum mati dengan dilempari batu (1 Raj. 21:10). Maka Ahab mendapatkan tanah Nabot. Setelah itu, Ahab membangun istana gading dan taman (1 Raj. 22:39).

TUHAN menentang Ahab dan Izebel. TUHAN sedang menyatakan bahwa Baal dan Asyera itu tidak ada. Sarfat berada di dalam wilayah Fenisia yang merupakan pusat dewa Baal. TUHAN mengutus Elia ke Sarfat untuk melakukan perlawanan terhadap Baal di wilayah Baal itu sendiri. Perlawanan ini bagaikan Yahweh mengalahkan Poseidon dengan air di dalam laut dan mengalahkan Zeus dengan petir di dalam awan. TUHAN menantang Baal yang adalah dewa yang mengendalikan hujan, seperti yang telah dinubuatkan dalam Ulangan 11:16-17…
Hati-hatilah supaya jangan hatimu terbujuk, sehingga kamu menyimpang dengan beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Jika demikian, maka akan bangkitlah murka TUHAN terhadap kamu dan Ia akan menutup langit, sehingga tidak ada hujan dan tanah tidak mengeluarkan hasil, lalu kamu lenyap dengan cepat dari negeri yang baik yang diberikan TUHAN kepadamu.

TUHAN berkata, kepada Elia, “Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon (Lebanon hari ini), dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah MEMERINTAHKAN seorang janda untuk memberi engkau makan” (1 Raj. 17:9). Janda pada masa itu, umumnya sangat miskin. Mereka hidup dengan memungut gandum yang jatuh dan tertinggal di ladang. Mereka hidup dengan mengandalkan pemberian orang-orang. Dia terjebak di tengah peperangan TUHAN dengan Ahab dan Izebel. Tetapi TUHAN tidak tinggal diam. Saya tidak tahu apa pikiran Elia saat mendengarkan perkataan TUHAN. “TUHAN, engkau sedang bercanda? Bukankah janda miskin dan hidupnya susah? Kenapa masih mau menyusahkan orang susah untuk memberi aku makan? TUHAN, mengapa engkau melakukan hal yang bodoh seperti ini? Yang pasti, Elia berangkat walaupun dia pasti tidak mengerti apa yang sedang TUHAN lakukan. Setiba di Sarfat, Elia melihat seorang janda sedang mengumpulkan kayu bakar.

Janda tersebut sudah sangat hemat dalam mengonsumsi makanan sisanya. Hatinya pasti terasa sangat berat melihat makanannya makin hari makin tipis. Saudara yang kehilangan pekerjaan dan memiliki sedikit tabungan akan lebih memahami. Ketika penghasilan berhenti, uang tabungan ditarik dari ATM, hati semakin gelisah ketika angka yang tampil di layar mesin ATM semakin sedikit. Bagi Saudara yang terima gaji bulanan juga pasti memiliki pergumulan yang sama ketika menjelang akhir bulan dan uang semakin menipis. Dalam film-film zombie, kita bisa menyaksikan bagaimana orang-orang yang bertahan hidup mengumpulkan makanan kaleng yang disusun berdasarkan tanggal kadaluwarsa dan kemungkin mengonsumsinya dengan sangat irit. Dengan sangat irit, janda tersebut sudah berada dalam titik akhir. Dia hanya tinggal segenggam tepung dan sedikit minyak. Dia mungkin berkata pada anaknya, “Nak, kita makan lalu kita tunggu mati”

Dalam keadaan kekurangan, datanglah seorang yang bukan memberikan pertolongan malah meminta minuman dan makanan. Apakah Saudara tidak kesal? Bukannya menolong malah membebani. Bukannya meringankan malah memberatkan. Walaupun dengan sangat berat hati, janda tersebut tetap memberikan minuman dan makanan kepada Elia. Janda tersebut harus menahan sedih melihat makanan yang seharusnya anaknya bisa makan lebih banyak malah harus berbagi dengan seorang asing yang dari entah belantara. Memberi dari kekurangan tidaklah mudah. Hati terasa teriris ketika memberikan persembahan kepada TUHAN sedangkan kita merasa sangat sayang sebab uang tersebut dapat digunakan untuk membeli sebuah buku, sebuah dompet, menikmati makanan enak di mal. Sebuah pemberian yang menyakitkan. Pemberian yang menyakitkan ini berubah menjadi sebuah berkat yang tidak kering. Baik tepung dan minyak tidak habis. Janda tersebut bukan orang Yahudi juga bukan orang Tionghoa. Kalau tidak mereka akan menggunakan kesempatan tersebut untuk berbisnis dan menjadi orang kaya di tengah kesesakan. Dimanakah Baal saat janda dan anaknya kelaparan? Bukankah Baal dewa lawan, mengapa lahan malah menjadi kering dan tandus? Dengan melawat janda tersebut, TUHAN sedang mengubah paradigma janda ini.

Namun satu krisis selesai, krisis lain berkunjung. Kali ini, krisis yang jauh lebih menyakitkan. Anaknya mati. Penderitaan yang paling berat dalam dunia ini adalah anak meninggal terlebih dulu dari orangtuanya. Jauh lebih mudah bagi anak kehilangan orangtuanya dibanding dengan orangtua kehilangan anaknya. Karena orangtua meninggal mendahului anaknya adalah hal yang wajar dan lumrah. Tetapi anak meninggal mendahului orangtuanya adalah hal yang tidak wajar. Tidak bisa diterima oleh orangtuanya. Kali ini, dimanakah Asyera yang mengaruniakan anak? Mengapa Asyera diam saja? TUHAN kembali melawat janda tersebut. TUHAN membangkitkan anaknya. TUHAN menyatakan kuasanya.

Melalui pelawatan kepada janda ini, TUHAN telah menegaskan bahwa Baal tidak dapat memberkati ladang dan Asyera tidak dapat memberkati dan menyelamatkan anak. Tetapi TUHAN memelihara dengan ajaib, tepung yang tidak habis dan minyak yang tidak kering. Bahkan anak yang mati pun dibangkitkan.

Setiap orang mengingini kebahagiaan di rumah. Tidak ada orang yang mengingini terjadi krisis dalam kehidupan keluarganya. Setiap orang ingin hidupnya lancar, oleh sebab itu setiap imlek, orang-orang Chinese suka akan memakan ikan, lao yu sheng dan memajang shun. Ketika pindah rumah baru, orang Tionghoa punya kebiasaan seperti berikut. Tuan rumah masuk ke rumah dengan kiri membawa ikan segar dan tangan kanan memegang tahu. Tuan rumah harus masuk ke dalam rumah dengan kaki kiri. Dipercayakan, mamasuki rumah baru dengan demikian mendatangkan berkat yang berkelimpahan.Tetapi hidup ini tidak selalu lancar. Orang Tionghoa mengatakan, jia jia you ben nan nian de jing (dalam setiap rumah ada sebuah kitab yang sulit dibaca) artinya, dalam setiap rumah pasti ada pergumulan tersendiri. Sejujurnya, ada banyak persoalan dalam hidup ini disebabkan oleh paradigma yang salah. 

Bersediakah Saudara menerima pelawatan TUHAN dan mengubah paradigma Saudara yang mengekang, memperbudak, menyesatkan dan membuat hidup Saudara sengsara? Mari menawan dan menaklukkan segala pikiran (paradigma) kita kepada Kristus!


Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus (2 Kor. 10:5)

SAHABAT BUMI


Hari ini, 5 Juni 2016 adalah Hari Lingkungan Hidup Se-dunia alias World Environment Day. Tujuan dari penetapan Hari Lingkungan Hidup oleh PBB adalah untuk meningkatkan kesadaran global dalam memelihara alam di planet bumi ini. TUHAN Sang Pencipta memiliki relasi yang sangat dekat dengan ciptaan-Nya (Mazmur 104). Pemazmur mengatakan, “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membarui muka bumi” (Mzm. 104: 30). Dalam bukunya, The Space Between, Eric O. Jacobsen (2012, 32) memaparkan bahwa kita hidup di antara Taman Eden dan kota Yerusalem Baru. Kehidupan manusia merupakan sebuah perjalanan dari Taman Eden menuju kota Yerusalem Baru. Perjalanan tersebut tidak sebatas melewati waktu, tetapi sebuah kehidupan yang semestinya bahagia dan berkelimpahan (The good and flourishing life).

Inner City Christian Federation (ICCF) di Grand Rapids, Michigan memiliki misi dalam menciptakan lingkungan tempat tinggal yang manusiawi. Mereka menganut nilai bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar Allah dan patut dihargai dan memperoleh kesempatan untuk hidup di lingkungan tempat tinggal yang layak, dan keindahan merupakan hadiah dari Allah untuk memperkaya kehidupan manusia. Wolterstorff (2013, Kindle Edition: Location 3376) dalam karyanya, Journey toward justice, menyatakan bahwa kesempatan untuk tinggal di lingkungan yang indah dan nyaman bukanlah sebuah pilihan kemewahan melainkan karena keadilan menuntutnya. Ciptaan TUHAN tidak sekadar untuk memenuhi kebutuhan fisik kita tetapi juga untuk kesenangan kita (Yes. 25:6).

Melelehnya es di kutub akibat pemanasan global telah menenggelamkan beberapa pulau dan telah memaksa sebagian penghuni berpindah dari pulau-pulau tersebut ataupun berpindah ke dataran yang lebih tinggi. Bagaimana apabila persoalan ini terus dibiarkan? Bukankah dampaknya akan semakin parah? Sebagian orang mungkin beragumen, bukankah dengan merusak alam dapat mempercepat kedatangan Kristus. Dalam tulisan pendek ini, saya tidak bisa mendiskusikan perdebatan pandangan dua-kerajaan dengan pandangan Neo- Calvinisme Kuyper soal penebusan kerajaan (common kingdom). Yang pasti, TUHAN telah mempercayakan manusia untuk memelihara bumi ini, namun justru manusia merusaknya demi mengejar keuntungan. Apabila kita mengasihi generasi berikutnya, semestinya kita mempertimbangkan kelanjutan lingkungan hidup dan bukannya menghancurkannya demi keuntungan di depan mata kita. Hukum Taurat juga mengajarkan akan pentingnya memperhatikan kelangsungan atau kelanjutan alam (sustainability). Misalnya, Ulangan 22:6 yang mengajar tentang melindungi induk burung apabila kita mengambil telurnya dan Ulangan 20:19 yang mengajar tentang melindungi lingkungan hidup demi kelangsungan hidup manusia. Sebagai ciptaan TUHAN, kita adalah sahabat bumi ciptaan-Nya.

Dosa telah menyebabkan segala makhluk menderita (Roma 8:22). Di dalam Kristus, segala sesuatu diciptakan dan Kristus adalah Kepala segala sesuatu (Kol. 1:15-16). Kristus adalah yang mempersatukan seluruh ciptaan (Ef. 1:10). Sebagai Kepala, Kristus tidak meninggalkan ciptaan-Nya tetapi justru Ia memperdamaikan segala sesuatu oleh darah salib-Nya (Kol. 1:20). Terlebih lagi, inkarnasi Kristus dan kebangkitan tubuh, mengimplikasikan perhatian TUHAN terhadap penebusan dan pemulihan ciptaan-Nya. Kita dipanggil untuk melaksanakan mandat budaya (Kej. 1:28) dalam memulihkan dan memperbarui ciptaan Tuhan. Puncak dari pemulihan dilambangkan oleh daun pohon-pohon kehidupan di kota Yerusalem Baru (Wahyu 22:2) sehingga The Green Leaf menjadi simbol pemulihan. Melalui artikel ini saya mengajak Saudara untuk menjadi Sahabat Bumi ciptaan TUHAN! 

PERSAHABATAN YANG MENYENANGKAN

Menurut C. S. Lewis, persahabatan adalah hal yang tidak dibutuhkan sehingga persahabatan bisa ditolak. Seseorang tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman tetapi seseorang bisa tetap bertahan hidup tanpa persahabatan. Persahabatan tidak bisa direncanakan, diagendakan atau dipaksakan. Seseorang tidak wajib menjadi sahabat kita. Persamaan menyatukan sahabat, perbedaan tidak memisahkan sahabat. Bagi Aristoteles, persahabatan adalah yang paling dibutuhkan dan paling agung dalam diri manusia atau dalam ekspresinya, “to take friendship out of life is to take the sun away from the world” (Vanier 2011, Kindle Electronic Edition, Location 2721). Persahabatan memberikan kesenangan dan makna hidup. 

Tradisi perayaan persahabatan telah dimulai sejak tahun 1935 ketika kongres Amerika Serikat  menetapkan Hari Minggu Pertama bulan Agustus sebagai Hari Persahabatan (Friendship Day). Secara bertahap, Hari Persahabatan menjadi semakin populer, terutama di kalangan kawula muda. Namun Minggu Pertama Agustus bukanlah satu-satunya momen perayaan persahabatan. Misalnya, persahabatan wanita dirayakan pada Minggu Ketiga Agustus, Persahabatan Lama (Old Friendship) dirayakan pada Minggu Ketiga Mei, Persahabatan Baru (New Friendship) dirayakan di bulan Februari. Sehingga perayaan persahabatan menjadi semakin beragam. Hal ini mendemonstrasikan betapa dunia mencintai dan menghargai persahabatan. Atas prakarsa Dr. Ramon Artemio Bracho, yang mengusulkan Hari Persahabatan Dunia, lahirlah World Friendship Crusade. Maka mulai tahun 1958, tanggal 30 Juli, dipromosi sebagai Hari Persahabatan Dunia. Kemudian pada tahun 2011, PBB menetapkan 30 Juli  sebagai World Friendship Day. Pada tahun 1998, Kofi Annan menetapkan Winnie the Pooh sebagai World’s Ambassador of Friendship PBB. Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB mengatakan, “I had the opportunity, earlier this year in Paraguay, to commend that pioneer, Dr. Ramon Bracho, for his conviction that just as friendship builds bridges between people, it can also inspire peace in our world”. PBB mendorong pemerintah, organisasi internasional dan masyarakat untuk menyelenggarakan acara-acara yang berkontribusi bagi komunitas internasional dalam rangka mempromosi dialog peradaban, solidaritas, sikap saling memahami dan rekonsiliasi.

Manusia dirancang untuk hidup dalam persahabatan. Gambaran Alkitab terhadap Allah Tritunggal juga mendemonstrasikan persahabatan (perichoresis). Kejadian 3:8 menggambarkan persahabatan Tuhan dan manusia yang menyenangkan - berjalan bersama di taman Eden. Henokh (Kej. 5), Nuh (Kej. 6:9), Ayub (29:4), Abraham (Yak. 2:23), Musa (Kel. 33:11) dikenal sebagai orang-orang yang bersahabat dengan Allah. Bahkan Yesus menegaskan, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh. 5:14).
Amsal 27:9 menulis, “minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, tetapi penderitaan merobek jiwa”. Dalam terjemahan Mandarin dan Inggris, kalimat “penderitaan merobek jiwa” diterjemahkan sebagai “nasihat seorang sahabat, menyenangkan jiwa”. Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari menerjemahkan, “Sebagaimana minyak harum dan wangi-wangian menyenangkan hati, demikian juga kebaikan kawan menyegarkan jiwa”. Terjemahan NIV menggunakan istilah “pleasantness of a friend”. Nasihat seorang sahabat yang baik bagaikan minyak dan wangi-wangian yang menyegarkan jiwa. 
Dalam bahasa Latin, kata companion terdiri dari kata com (bersama) dan panis (roti). Dalam bahasa Perancis kuno, compaignon berarti seseorang yang memecahkan roti bersama. Jadi, spiritual companion (sahabat rohani) adalah seseorang yang memecahkan roti besama atau menikmati roti bersama. Kerapuhan merupakan bagian dari persahabatan. Sahabat tidak memaksakan kehendak dan tidak mengorek-ngorek (kepo). Sahabat mendengarkan, memahami dan mengayomi dalam kerapuhan. Persahabatan diuji pada masa krisis. Sebab seorang sahabat tidak bersifat ego-sentris (berpusat pada diri sendiri). Persahabatan yang sehat membangun dan tidak meruntuhkan. “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu” (Amsal 17:17). Seorang sahabat tidak menghina, meremehkan, merendahkan, menjatuhkan, mengeksploitasi, memanipulasi, memanfaatkan, mendominasi sahabatnya. Seorang sahabat tidak kepo dan tidak bossy terhadap sahabatnya. Seorang sahabat tidak memperlakukan sahabatnya sebagai competitor alias pesaing. Persahabatan tidak bersifat komersial. Seorang sahabat tidak sok tahu dan menawarkan berbagai solusi bagi sahabatnya melainkan mendampingi dan mendoakannya. Ia peduli pada kehidupan sahabatnya dan mengharapkan kehidupan yang baik (the good life) bagi sahabatnya. Kebaikan (Latin: benevolentia) berarti mengharapkan kebaikan (wish well). Persahabatan mencakup otensitas (keaslian). Persahabatan menyingkirkan kepura-puraan dan topeng, sebaliknya, persahabatan melahirkan otensitas.
Persahabatan yang sehat menyegarkan jiwa dan tidak mengeringkan tulang. Persahabatan dalam Kristus menyatukan dan memulihkan. Persahabatan dalam Kristus memperbarui imago dei (gambar Allah) dalam diri sahabat. Dalam persahabatan rohani, seseorang melihat keindahan dalam diri sahabatnya. Seorang sahabat melihat “excellence” dan “worth” dalam diri sahabatnya. Seorang sahabat memperindah kehidupan sahabatnya. Kita dapat menyimpulkan bahwa “tiada spiritualitas tanpa persahabatan” dan “tiada gereja tanpa persahabatan”. Saya sangat mengharapkan GKI Duta Mas menjadi jemaat yang bersahabat. Kiranya setiap anggota GKI Duta Mas menjalin PERSAHABATAN YANG MENYENANGKAN! 
Soli Deo Gloria!


Lan Yong Xing

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12