Monday 9 November 2015

PENTINGKAH TEMPAT BAGI MANUSIA?

Dalam Acara Kebaktian Syukur Penempatan Rumah Baru Dkn. Sudiono
Batam, 8 November 2015 - Lan Yong Xing



Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan “yang memperbaiki tembok yang tembus”, “yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni” (Yes. 58:12)

Di manakah engkau? Inilah pertanyaan pertama yang diajukan oleh Sang Pencipta kepada ciptaan-Nya (Adam dan Hawa yang bersembunyi di antara pohon-pohon dalam taman karena ketakutan). “Di mana” menunjukkan sebuah tempat, lokasi, lingkungan, gedung, daerah, wilayah… Pertanyaannya adalah apakah tempat berperan penting dalam kehidupan manusia? Ada orang-orang yang menganut pandangan bahwa “tempat” atau lingkungan yang dibangun manusia (built-environment) adalah bagian yang tidak penting karena yang terpenting adalah spiritualitas, relasi dan komunikasi antar manusia. Dengan kata lain, tempat dipandang tidak berperan penting dalam kehidupan manusia. Sehingga teknologi komunikasi dianggap bisa menggantikan peran sebuah tempat dalam relasi manusia. Karena peran tempat dipandang tidak signifikan maka muncullah pemikiran bahwa sebenarnya gedung gereja tidak diperlukan, toh yang penting adalah pertemuannya sehingga cukup beribadah di tempat-tempat umum seperti di ruang-ruang pertemuan atau cukup beribadah di rumah masing-masing menggunakan teknologi komunikasi. 

Apabila tempat tidak terlalu signifikan bagi kehidupan manusia maka menjadi “yang memperbaiki tembok yang tembus” dan “yang membetulkan jalan” juga menjadi tidak terlalu penting. Maka tidak penting di mana kita memilih tempat tinggal, di mana lokasi perusahaan maupun gudang kita. Menjadi tidak penting pula untuk memilih tempat tinggal yang kondusif untuk pertumbuhan anak maupun kondusif demi “ramah lingkungan” (jarak rumah ke kantor, sekolah, rumah ibadah). Namun, benarkah demikian? Kisah ibu Mencius (Mengzi) tiga kali pindah rumah mendemonstrasikan peran lingkungan terhadap seseorang. Pertama, karena tinggal dekat kuburan, ibunya memperhatikan Mengzi sering bermain mempraktekkan upacara penguburan. Maka ibu Mencius memutuskan untuk pindah ke pasar. Mencius yang masih kecil bermain memotong babi dan berjualan makanan bersama teman-temannya. Maka ibunya memutuskan untuk berpindah lagi ke lingkungan dekat sekolah. Melihat Mencius menghafal ajaran Confucius, maka ibunya yakin dia memilih lokasi tempat tinggal yang tepat buat putranya. Mencius bertumbuh dewasa menjadi seorang filsuf yang terkenal di China bahkan hingga seluruh dunia. Lingkungan tempat tinggal (built-environment) berperan dalam membentuk diri kita. Pada mulanya kita membentuk lingkungan tempat tinggal kita dan kemudian lingkungan membentuk diri kita. Ketika kita tinggal di sebuah lingkungan tertentu, arsitektur, sejarah, budaya setempat dan pemaknaan ingatan kolektitf (collective memories) ikut berdampak dalam hidup kita. 

Perintah TUHAN kepada manusia untuk “memenuhi bumi” dan “menaklukkan ciptaannya” mengandung arti mengembangkan dan menatalayani atau mengurus dengan penuh tanggungjawab. Sayangnya, bagian perintah TUHAN ini sering dipahami sebagai legalisasi untuk mengeksploitasi dan merusak ciptaan Allah. Sejarah keselamatan Allah yang dimulai di taman Eden (pakaian dari kulit binatang yang dibuat Tuhan untuk Adam dan Hawa) dan berakhir di Yerusalem Baru - The Garden City menggambarkan akan pentingnya tempat lingkungan bagi manusia sehingga Tuhan mendesain The Garden City bagi kebahagiaan manusia yang diselamatkan-Nya.   

Sekarang, kita perlu memikirkan satu pertanyaan lagi yakni apakah kita menganut konsept dua kota atau tiga kota?

Kota Allah (City of God)
Kota Dunia (City of the World)
Ibadah
Bisnis
Pembelajaran Alkitab
Pendidikan
Persekutuan
Seni
Pelayanan Sosial
Arsitektur
Penginjilan
Politik


Dalam konsep dua kota, dua bagian ini saling bertentangan yang satu mencari kemuliaan Allah dan yang satu lagi mencari kemuliaan manusia. 









Kemuliaan Allah
Soli Deo Gloria
Kota Ketiga 
(Coram Deo - Di hadapan Allah)




Kemuliaan Manusia

Ego manusia
Self-entitlement
Self-glorification
Self-deification
Ibadah
Persekutuan
Pemahaman Alkitab
Pelayanan Sosial
Pertanian
Ekonomi
Seni
Pendidikan
Politik


Menurut konsep tiga kota, ada dua orientasi yang saling tarik-menarik yaitu orientasi terhadap kemuliaan Allah dan terhadap kemuliaan manusia. Sebuah ibadah bisa memuliakan Allah juga bisa memuliakan manusia misalnya ketika pendetanya diagung-agungkan karena talentanya atau musik ibadahnya, tata ruang ibadah menjadi sanjungan, segala sesuatu dalam ibadah diaggungkan kecuali Tuhan Sang Pencipta. Pelayanan sosial bisa memberkati sesama tetapi juga bisa digunakan untuk praktek korupsi maupun kemuliaan tokoh tertentu. 

Peran serta manusia dalam menghadirkan Kerajaan Allah bagaikan menyumbang paku, pasir, semen, besi, kayu, papan. Namun Arsitek, Designer dan Insinyurnya adalah Tuhan sendiri. Yesus mengajarkan akan pentingnya mendoakan kehadiran Kerajaan Allah. Yesus juga mengajarkan kita untuk mencari dahulu Kerajaan-Nya. Kerajaan Allah berkarakteristikan damai sejahtera, keindahan, harmonis, sejuk, nyaman, adil, bahagia, ramah…yang tercakup dalam kata Shalom

Kiranya Shalom TUHAN juga dihadiahkan kepada Bapak Ho (ayah dari ibu Fikian) yang berusia 70 tahun. Saya ucapkan “Selamat Ulang Tahun” kepada Bapak Ho. Tuhan bersabda, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu” (Yes. 46:4).



Menu sedap siap dimakan
Dipersiapkan Pak Sudiono dan Nyonya
Doa berkat kami panjatkan
Berbahagia kini dan selamanya

















LEMAH, NAMUN BERKENAN DI HADAPAN ALLAH

Pendahuluan
Kita berada di dunia yang menggunakan kompetensi dan kemewahan sebagai standar kesuksesan. Seseorang dinyatakan berhasil apabila ia mampu meraih prestasi tertentu, studi di sekolah tertentu, beralamat di lokasi tertentu, mengendarai kendaraan tertentu, menggunakan merek tertentu, berlibur ke negara tertentu…Orang-orang yang tidak berhasil mencapai standar-standar tersebut maka dia dianggap belum berhasil atau bahkan gagal. Seseorang yang berhasil memiliki banyak fans, pengkagum, duduk di posisi terdepan dan memperoleh hak keistimewaan. Kisah-kisah Alkitab justru memberikan sudut pandang yang berbeda, yang kerapkali bertolak belakang dengan standarisasi tersebut. Yesus mengkritik orang-orang Farisi yang suka memberikan pertunjukkan rohani - “jubah panjang, suka berada di depan, di tempat terhormat dan doa yang panjang-panjang” (Mark. 12:38-39). Standarisasi demikian bermotto “I am seen therefore I am” (aku dilihat maka aku ada). Tidak heran, apabila manusia melakukan segala sesuatu agar dapat dilihat dan diterima. Begitu juga dengan orang-orang yang memberikan persembahan. Karena persembahan menggunakan koin, persembahan yang banyak yang sangat terkesan karena bunyi “ting…ting…ting…ting…ting” (berulang kali) di saat memasukan uang ke dalam kotak persembahan. Sedangkan persembahan seorang janda yang dipuji Yesus hanya berbunyi, “ting… ting” (nada pelan). Walaupun pemberiannya kecil, tetapi dia memberikan dari kekurangannya (Mark. 12:44). Yesus bahkan menegaskan bahwa janda tersebut memberikan terbanyak dari semua yang memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Alkitab jelas tidak memberikan pengaguman kepada orang-orang yang dipandang hebat, berprestasi dan penuh pencapaian di dunia. Sebaliknya Alkitab menggambarkan bahwa TUHAN memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang lemah, sengsara, diremehkan, diperlakukan secara tidak adil, ditindas, miskin…


Identitas Rut yang lemah
Rut adalah seorang perempuan Moab. Siapa itu Moab? Moab merupakan anak dari Lot  dengan putri sulungnya(Kej. 19:37). 

Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab, dialah bapa orang Moab yang sekarang. Yang lebih mudah pun melahirkan…. Ben-Ami… Amon

Sehingga ketika penulis mengatakan perempuan Moab, hal ini untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang keturunan haram, seorang yang tidak terhomat. Orang Moab juga dikenal sebagai penggoda lelaki. Mereka mengajak bangsa Israel untuk berzinah (Bil. 25:1). Hal tersebut membangkitkan amarah TUHAN yang mengakibatkan 24.000 orang meninggal pada hari itu. Orang-orang Moab termasuk orang-orang yang dilarang untuk beribadah, atau memasuki jemaah Yahweh  - “Seorang Amon atau seorang Moab, janganlah masuk jemaat TUHAN…sampai selama-lamanya” (Ul. 23:3).

Apakah Saudara memandang remeh diri sendiri atau bahkan membenci diri sendiri oleh karena suku Saudara atau karena lahir di dalam keluarga miskin atau karena cacat fisik? Apakah Saudara meremehkan diri sendiri karena kurang tinggi, kurang kurus, kurang berbobot, kurang cantik? Apakah Saudara membenci diri sendiri karena kurang berkemampuan, kurang berprestasi? Saudara, Rut tidak meremehkan dirinya sendiri sebagai perempuan Moab. Ingatlah, tidak ada orang yang bisa meremehkan diri Saudara kecuali Saudara meremehkan diri sendiri.

Status Rut yang lemah
Suami Rut, Mahlon meninggal dunia. Walaupun didesak oleh mertuanya untuk tetap tinggal di Moab dan menikah lagi, karena dia masih muda, namun dia bersikeras untuk mengikuti mertuanya ke Betlehem. Persoalannya, sebagai orang Moab, dia akan sangat menderita di Betlehem dengan budaya yang berbeda, apalagi sesuai hukum Taurat dia dilarang memasuki jemaah Yahweh. Hal ini ditambah, dia adalah seorang janda miskin. Setiba di Betlehem, dia mengambil status sebagai seorang pengemis untuk memunguti jelai-jelai gandum yang berjatuhan di tanah (Im. 19:9-10; 23:22; Ul. 24:19). 

Sebagai orang lemah, dia tidak bertindak semena-mena maupun merusak ladang orang lain. Dia tidak membenci orang kaya karena dirinya miskin. Dia tidak barang milik orang lain karena iri. Dia tidak iri hati dengan orang-orang yang “lebih beruntung” daripada dirinya.


Sikap Rut
Rut tidak meninggikan diri juga tidak meremehkan dirinya. Walaupun identitas Rut menyebabkan dia sebagai masyarakat kelas dua - pribadi kelas ekonomi, pribadi rendahan, pribadi yang diremehkan dan pribadi yang lemah. Identitas Rut bagaikan orang yang tidak sanggup mengangkat kepalanya. Namun demikian, Rut merupakan seorang yang terhormat. Boaz, sang pemilik ladang menghormati karakter Rut. 

Rut memiliki karakter yang indah, dia meminta izin dari pengurus ladang sebelum mulai memunguti jelas. Rut adalah seorang yang sopan, di zaman kini, sopan santun bagaikan hal yang semakin hari semakin langka. Tidak menyapa dengan nama, memotong antrian, bersikap kasar semakin lazim. Ucapan terima kasih, maaf, permisi juga semakin langka. Dan Rut juga merupakan seorang pekerja keras, dia bekerja tanpa berhenti memunguti jelai gandum. Saudara, apabila kita berada di posisi lemah, dan kita berkarakter malas, maka tidak mungkin ada kesempatan bagi kita untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Dalam nilai kekristenan, kemalasan termasuk dosa.

Intervensi TUHAN dan Peranserta manusia 
Seperti janda yang memperoleh perhatian Yesus dari sekian banyak orang yang memberikan persembahan, Rut memperoleh perhatian Tuhan. Nah, dari sekitar 7 miliar penduduk bumi,  apakah Saudara ingin memperoleh perhatian khusus dari TUHAN? TUHAN tidak tinggal diam. TUHAN memelihara perjalanan Rut dari Moab menuju Betlehem - perjalanan yang panjang dan berbahaya terutama bagi perempuan di mana perampokan, penculikan dan pemerkosaan sering terjadi. TUHAN menuntun Rut ke ladang Boas. Tanpa ia sadari, ia berjumpa dan diperhatikan oleh Boas, seorang pria gentlemen. Hati Naomi pasti tergerak oleh cinta kasih Rut yang bagaikan sahabat setianya. Naomi meminta Rut untuk mencari Boas di tempat pengirikan pada malam hari. Nah, ini bagian sulit bagi pembaca. Tempat pengirikan memiliki konotasi negatif. Pada masa panen, bos ladang akan menginap di tempat pengirikan. Para Pekerja Seks Komersial akan mengunjungi tempat pengirikan di malam hari.  
“Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu, engkau telah mencintai upah sundal di segala tempat pengirikan gandum” (Hosea 9:1). 

Naomi meminta Rut untuk “mandi, berurap dan mengenakan pakaian bagus” (Rut 3:3). Permintaan Naomi menjadi ambigu apabila dikaitkan dengan tempat pengirikan dan terlebih lagi jika ditambah identitas Rut, seorang Moab. Nah, yang menarik adalah pertemuan Boas dan Rut menggambarkan relasi dalam kesucian. Boas menghormati Rut. Boas tidak menggunakan kesempatan itu untuk merampas kehormatan Rut. Berdandan, menggunakan perfume, mengenakan pakaian bagus merupakan hal yang positif. Manusia menyukai keindahan, laki-laki menyukai perempuan-perempuan yang berpenampilan bersih, rapi sebaliknya perempuan menyukai laki-laki yang rapi dan bersih juga.

Rut melakukan semua yang diperintahkan Naomi walaupun perintahnya tidak masuk akal dan terkesan di luar normal umum. Rut mandi, menggunakan perfume dan mengenakan pakaian bagus. Dia berangkat ke tempat pengirikan dan bersembunyi menunggu Boas tidur. Setelah Boas tidur, Rut menyingkapi selimut hingga ke pahanya. Mungkin karena kedinginan di tengah malam, Boas terbangun dan kaget menemukan seorang perempuan berbaring di sisinya. Rut memperkenalkan diri dan kemudian meminta Boas untuk menikahi dirinya.

Penutup

Benar bahwa Rut memiliki identitas yang lemah dan tidak dihargai oleh kaum Israel tetapi Rut tidak meremehkan dirinya sendiri. Benar bahwa Rut berstatus lemah sebagai seorang janda tetapi Rut tidak memandang rendah dirinya sebagai seorang janda. Karakter Rut yang penuh kasih, setia, teguh, sopan, rajin dan penuh hormat menarik perhatian orang-orang. Rut yang menunjukkan kasih sayang kepada Naomi, memperoleh kasih sayang dari Boas dan Naomi. Rut memperoleh kasih sayang dari TUHAN sehingga dirinya yang lemah dan penuh penderitaan dipulihkan oleh TUHAN. Paulus berkata, “Jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Kor. 12:10). Saudara, arahkanlah perhatian Saudara dan bersandarlah pada TUHAN.

Batam, 8 November 2015
Lan Yong Xing

Tuesday 16 June 2015

PERISTIWA KENAIKAN YESUS MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA

Mazmur 47 merupakan nyanyian Israel di Perjanjian Lama. Kemungkinan nyanyian Mazmur 47 ini dinyanyikan dalam ibadah-ibadah mereka. Di masa itu, umat TUHAN bernyanyi sambil berjalan menurut Bait Suci. Saya tidak tahu apakah di masa sekarang masih ada orang yang bernyanyi dalam perjalanan untuk beribadah di gereja. Yang pasti kita mayoritas orang Kristen hanya bernyanyi ketika berada di dalam gereja itupun ber-NKB - Bernyanyi Kalau Bisa.

Mazmur 47 menganggungkan Yahweh sebagai Raja semesta alam. Nyanyian tersebut menyerukan Yahweh Yang Mahatinggi dan dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi (ayat 3). Raja yang menaklukkan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa (ayat 4). Raja yang naik ke tempat yang tinggi (ayat 6), Raja atas seluruh bumi (ayat 8), Raja atas bangsa-bangsa dan bersemayam di takhta kudus (ayat 9). Bermazmurlah bagi Dia (ayat 7). Nyanyian ini dinyanyikan bukan dalam keadaan di mana bangsa Israel sebagai kerajaan yang terkuat. Kerajaan Mesir, Asyur, Babel, Persia jauh lebih kuat baik secara politik, ekonomi dan militer dibanding dengan Israel yang hanya sebuah kerajaan kecil. Ketika kita melihat permasalahan-permasalahan di dunia ini, kita merasa sangat kecil karena tidak mampu memperbaiki kondisi yang ada.

Tadkala kita merenungkan kehidupan kita dan menyaksikan penderitaan di sekitar kita, kita menyimpulkan bahwa hidup ini penuh dengan kesengsaraan. Hidup ini sepertinya bagaikan sebuah perlombaan dengan waktu. Tidak jarang juga, manusia memperlakukan sesama sebagai “objek” atau “alat” demi mencapai tujuan pribadi. Tidak sedikit juga keadaan dimana ketika Saudara berpenampilan “berduit” Saudara dihargai dan dihormati tetapi kalau berpenampilan “tidak berduit” Saudara diremehkan dan tidak dianggap. Kita hidup di dunia yang menegaskan kebebasan beragama tetapi dalam prakteknya melarang kebebasan beragama, membongkar simbol-simbol agama, menghina dan melakukan kekerasan terhadap pemeluk agama yang berbeda. Kita hidup di masa kebebasan individu digembar-gembor tetapi toleransi terhadap perbedaan menipis.

Sejak kecil saya belajar di sekolah negeri dan tidak jarang saya merupakan satu-satunya orang suku Tionghoa di kelas. Ketika SMP saya senang karena terpilih sebagai anggota PKS, bukan Partai Keadilan Sosial tetapi Patroli Keamanan Sekolah. Di PKS bisa belajar ilmu bela diri, pengibaran bendera merah putih dan gerak jalan. Namun bagaimanapun, karena saya bersuku Tionghoa tetap dianggap sebagai masyarakat “kelas rendah” seolah-olah tidak berbangsa Indonesia. Dalam Perjanjian Lama, penataan kemah suci terdiri dari:
  1. Pelataran (untuk semua orang)
  2. Ruang Kudus (untuk sebagian orang)
  3. Ruang Mahakudus (untuk satu orang)

Pemisahan tersebut untuk mengingatkan bahwa dosa itu memisahkan. Kematian Kristus di atas kayu salib telah menyatukan kembali keterpisahan tersebut sehingga setelah karya penebusan Yesus, keterpisahan 3 area ini sudah tidak lagi dibutuhkan, setiap orang dapat langsung mengakses kepada Yahweh. Dalam kehidupan nyata, apakah ketiga area ini masih berlaku? Ya, masih. Di Rumah Sakit terdapat ruang kelas I, ruang kelas II dan ruang kelas III dengan biaya dan service yang berbeda. Begitu juga dengan pesawat dan kereta api yang terdapat kelas Executive, Business dan Economy. Kristus telah menyatukan, Di dalam Kristus tidak ada perbedaan orang Yahudi dan Yunani, pribumi dan non-pribumi, Barat dan Asia. 

Ketika melihat banyaknya pasien penyakit kanker di sekeliling kita, kita juga getar-getir jangan-jangan kita juga mendapatkan piala bergilir tersebut. Sampai kita berpikir, “kapan tiba giliran gue, kalau bisa janganlah”. Dalam kehidupan yang semakin konsumtif, obesitas juga menjadi persoalan. Ada orang bijak yang mengatakan, kita tidak perlu ikut seminar diet, cukup rajin-rajin berkunjung ke rumah sakit maka secara otomatis kita akan belajar untuk menjaga kesehatan. Baik diri kita maupun saudara kita juga bisa dalam keadaan dimana kita terus berdoa memohon penyembuhan, bagaimana jika Tuhan tidak berkehendak memberikan kita kesembuhan dan ingin kita menerima kondisi tersebut? Kita hidup di dunia dimana hak orang miskin diperkosa dan keadilan ditinggalkan. Saat ini orang-orang berteriak, “semua naik, semua mahal! Harga barang kalau sudah naik, tidak bakal turun.” Kita hidup di dunia yang mengumumkan “Tuhan sudah mati!”

Dalam kondisi seperti ini kita hanya bisa menatap ke langit dan bertanya, “Kapan ini semua akan berakhir?” Kapan kondisi kehidupan manusia bisa membaik? Kapan masyarakat yang madani bisa terwujud?” Kepada murid-murid yang menatap langit, malaikat sorgawi bertanya, “Mengapakah kamu sendiri melihat ke langit?” (Kis 1:11). Yesus naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Bapa? Pertanyaan kita adalah dimanakah sorga itu? Ketika para astronot tidak melihat sorga di luar angkasa maka orang-orang menyimpulkan bahwa sorga itu tidak ada dan begitu juga dengan Tuhan, Dia tidak ada. Sebenarnya pertanyaan yang lebih tepat adalah apa sorga itu? Jurgen Moltmann mengatakan, “Heaven is the sphere of creation which already totally corresponds to God because it is totally pervaded by his glory”. Karl Barth mengatakan, “He (Jesus) returns to heaven, which is the dwlling of God in His creation.” Singkat kata, sorga merupakan dimensi Allah, kediaman Allah dalam kemuliaan-Nya (shekinah glory). Dan apa yang dimaksud dengan Yesus duduk di sebelah kanan Allah? Yesus bersama dengan Bapa dan Yesus merupakan tangan kanan Allah yang bekerja. Sorga merupakan sebuah dimensi yang berbeda. Hidup kita tidak sebatas rindu naik ke sorga tetapi juga menghadirkan sorga di bumi.

Kenaikan Yesus ke Sorga berkaitan dengan Kerajaan Allah (Kis 1:3) yakni kepenuhan Kerajaan Allah di bumi pada saat kedatangan Yesus kembali. Peristiwa kenaikan Yesus juga tidak terlepas dengan kedatangan Roh Kudus yang akan kita rayakan 10 hari kemudian. Kita diperlengkapi dengan Roh Kudus - kekuatan dari tempat tinggi (Luk 24:49). Roh Kudus merupakan Roh Hikmat yang memampukan kita untuk mengenal Kristus dengan benar (Efesus 1:17). Mengenal Kristus dalam tubuh kebangkitan-Nya, tubuh yang mulia. Mengenal Kristus sebagai Raja semesta alam. Mengenal Kristus yang peduli pada manusia, mengasihi yang lemah dalam memulihkan harkat dan martabat manusia.


Dalam hal ini, peristiwa kenaikan Yesus mengimplikasikan bahwa kehidupan manusia bukanlah tidak berpengharapan. Suatu hari kelak, kita akan menjadi sama seperti Kristus dengan tubuh yang mulia. Peristiwa kenaikan Yesus memanggil kita untuk melihat dunia ini dengan “kacamata” yang berharap pada pemerintahan Yahweh, Raja semesta alam. Peristiwa kenaikan Yesus mengangkat harkat dan martabat manusia yang terpuruk kepada kemuliaan. Dengan penuh pengharapan kita menantikan kedatangan Yesus dalam kemuliaan-Nya. Amin.

TAMAN BAHAGIA


Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka dan Aku akan meniadakan binatang buas dari tanah itu, sehingga mereka dapat diam di padang gurun dengan aman tenteram dan dapat tidur di hutan-hutan.
Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunung-Ku menjadi berkat; Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah hujan yang membawa berkat.
Pohon-pohon di ladang akan memberi buahnya dan tanah itu akan memberi hasilnya. Mereka akan hidup aman tenteram di tanahnya. Mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku mematahkan kayu kuk mereka dan melepaskan mereka dari tangan orang yang memperbudak mereka.
Mereka tidak lagi menjadi jarahan bagi bangsa-bangsa dan binatang liar tidak akan menerkam mereka, sehingga mereka akan diam dengan aman tenteram dengan tidak dikejutkan oleh apapun.
Aku akan mendirikan bagi mereka suatu taman kebahagiaan, sehingga di tanah itu tidak seorangpun akan mati kelaparan dan mereka tidak lagi menanggung noda yang ditimbulkan bangsa-bangsa.
Dan mereka akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka dan mereka, kaum Israel, adalah umat-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
Kamu adalah domba-domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku adalah Allahmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH" (Yehezkiel 34:25-31).

Manusia merupakan “mahkota" dari seluruh ciptaan TUHAN sebab manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang diciptakan dalam rupa dan gambar Allah dan diberikan roh. Manusia merupakan makluk hidup dengan satu keutuhan tubuh, jiwa dan roh. Manusia juga diberikan kebebasan sehingga dirinya dapat berpikir, bertindak, berinovasi, berjuang, bereksplorasi dan terus berkembang. Kemudian manusia mendesain kalender, jam, membuat berbagai alat dan mendesain sistem penataan untuk mendukung kehidupan di planet bumi ini. 
Alkitab menggambarkan bahwa manusia secara terus-menerus ingin menyamakan diri dengan TUHAN atau ingin mentuhankan diri sendiri. Manusia ingin berjuang sendiri dan melepaskan diri dari TUHAN. Manusia berjuang untuk memegahkan diri. Jika kita bertanya, apa yang sebenarnya dicari manusia? Sebenarnya manusia mencari kebahagiaan dan makna hidup. Namun keegoisan dan kebobrokan manusia mengarahkan manusia untuk saling menindas, saling menjatuhkan, saling merusak dan saling menyakiti. Raja Salomo mengatakan, “Ada lagi yang kulihat di bawah matahari; di tempat pengadilan, di situ pun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situ pun terdapat ketidakadilan” (Pengkhotbah 3:16). Ada orang yang bekerja, menghimpun, menimbun kekayaan namun orang lain yang menikmatinya (Pengkhotbah 2:26). Ada orang yang mengumpulkan harta kekayaan cukup untuk beberapa generasi keturunan, namun harta kekayaan mereka pun dirampas oleh orang lain.  

TUHAN mengadakan Perjanjian Shalom” untuk memulihkan kondisi manusia. TUHAN ingin menghadirkan Damai Sejahtera di tengah gejolak manusia dalam ketidakpuasan, kekuatiran, ketakutan, kegelisahan dan keresahan. TUHAN ingin menjadikan kita “berkat” bagi sesama. TUHAN ingin memberikan kita berkat dan mengaruniakan kita kesempatan untuk menikmati berkat tersebut. TUHAN ingin membuat hidup kita aman tenteram. TUHAN ingin menyediakan Taman Kebahagiaan bagi kita sebab kita adalah domba gembalaan-Nya. Dan TUHAN mengundang kita untuk menerima penggembalaan-Nya di Taman Kebahagiaan. Bersediakah Saudara menerima undangan TUHAN sehingga jerih payah kita di dunia ini tidak sia-sia? Kiranya berkat yang kita terima tidak masuk ke dalam dompet yang berlubang. Kita dapat memaknai penderitaan kita sebab sekalipun di masa-masa sulit dalam hidup kita, TUHAN senantiasa menyertai, menguatkan dan menghibur kita. Amin.



APAKAH SAYA ISTIMEWA?

“Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia” (2 Kor 5:16).

Dalam tulisan C. S. Lewis yang berjudul The Chronicles of Narnia, yang pertama menemukan dunia Narnia di balik lemari pakaian bukanlah tiga kakaknya yang pintar-pintar tetapi Lucy yang polos dan paling muda. Lucy kemudian diteguhkan sebagai ratu di dunia Narnia oleh Aslan, Sang Singa Yehuda. Lucy juga mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Aslan. Menjadi istimewa dan diperlakukan dengan istimewa menjadi keinginan banyak orang. Untuk memenuhi keinginan orang-orang merasakan pelayanan istimewa maka ditawarkan VIP Lounge, Business Class, Executive Class, VIP Pass. Bahkan menu sederhana seperti mie goreng dan nasi goreng juga tidak mau kalah sehingga ada mie goreng spesial, nasi goreng biasa dengan nasi goreng spesial.
Keinginan untuk menjadi istimewa pun menjadi ideologi banyak orang. Tidak heran, apabila banyak orangtua yang menginvestasi banyak waktu dan dana mengharapkan anak-anak mereka menjadi istimewa. Guru-guru bekerja keras membekali murid-murid mereka berharap menghasilkan murid-murid yang istimewa. Hidup menjadi tidak lengkap, atau ada yang kurang jika hidup ini tidak istimewa. Hidup menjadi hampa dan tidak berarti jika hidup ini tidak istimewa. Karena ingin menjadi spesial manusia mengenakan topeng - topeng profesi, topeng berpacaran, topeng keluarga, topeng media sosial dan seterusnya. Kita merasa ada yang kurang apabila kita tidak istimewa. Kita merasa hampa apabila hidup kita tidak istimewa. Karena tekanan dari berbagai pihak, tidak mengherankan apabila anak-anak berteriak, kami tidak mau menjadi istimewa, kami hanya mau menjadi manusia biasa-biasa saja karena lelah menjadi istimewa.
Saul termasuk orang yang istimewa…
  • Paling elok (tampan) di Israel (1 Sam 9:2)
  • Paling tinggi di Israel (1 Sam 9:2)
  • Dipilih oleh TUHAN untuk menjadi raja (1 Sam 9:17; 10:24) 
  • Dipenuhi oleh Roh Allah (1 Sam 10:10)
  • Bernubat seperti nabi-nabi (1 Sam 10:11)
  • Berwibawa dan diikuti oleh orang-orang gagah perkasa (1 Sam 10:26)
  • Memahami strategi perang (1 Sam 11:11).

Yahweh menolak raja Saul bukan karena dia istimewa tetapi karena dia tidak menghormati Yahweh dengan memberikan persembahan menggantikan Samuel (1 Sam 13). Yahweh menyesal karena Saul tidak melakukan firman-Nya (1 Sam 15:10). Saul tidak menaati perintah Yahweh (1 Sam 13:13). Keistimewaan Saul menjadi tidak berarti karena dia tidak menaati Yahweh. Kita tidak perlu berjuang untuk menjadi istimewa untuk menarik perhatian TUHAN. Kita tidak bisa berjuang untuk menjadi istimewa untuk memperoleh kasih sayang TUHAN. Mendengarkan dan memelihara firman TUHAN dalam hidup kita menarik perhatian TUHAN.
Setelah menolak Saul, Yahweh memerintahkan nabi Samuel untuk mencari pengganti Saul. Namun Samuel takut kalau hal ini diketahui oleh raja Saul maka dia akan dibunuh (1 Sam 16:2). Maka Yahweh memberitahu Samuel untuk mengatakan kalau dia akan menyelenggarakan upacara pengorbanan (1 Sam 16:3). Yahweh berpesan agar Samuel mengundang Isai (keturuan Boas dan Rut) ke acara tersebut. 
Ketika Samuel melihat Eliab, Samuel merasa inilah orangnya sebab Eliab tampan dan tinggi. Tampaknya Samuel mencari pengganti raja Saul yang mirip dengan Saul yaitu orang yang tampan dan tinggi. Samuel melihat yang menurut dia istimewa, tetapi ternyata apa yang menurut Samuel istimewa tidak demikian bagi TUHAN. Anak-anak Isai satu per satu melewati depan Samuel namun tidak satupun yang dipilih TUHAN. Mungkin waktu itu, Samuel mulai merasa galau, “TUHAN, gimana sich, kok ga satupun terpilih. Bukankah mereka ini hebat-hebat” 
Ternyata Isai masih mempunyai seorang anak lagi. Dia masih kecil dan adalah seorang gembala. Umumnya, setiap keluarga mempunyai beberapa ekor domba, dan anak kecil dipercayakan untuk menggembalakan domba-domba tersebut. Pekerjaan sebagai gembala adalah pekerjaan rendah yang tidak berarti. Kakak-kakaknya pasti bertanya-tanya di dalam hati, kenapa adik bungsu mereka yang terpilih? Samuel juga pasti bertanya-tanya mengapa Daud yang terpilih? 
Daud menurut pandangan manusia:
  • Bagi kakak-kakaknya, Daud hanyalah seorang anak yang pemalas dan bandel (1 Sam 17:28)
  • Bagi Samuel, Daud hanyalah seorang anak kecil yang tampan (1 Sam 16:12)
  • Bagi Saul, Daud hanyalah seorang pelayan (1 Sam 16:22)
  • Bagi ayahnya, Daud hanyalah seorang gembala, pembawa makanan dan pencari kabar tentang kakak-kakaknya (1 Sam 17:15-18)
Daud mengerjakan tugasnya dengan setia. Setelah diurapi sebagai raja, Daud melayani sebagai seorang musikus bagi raja Saul untuk menenangkan hati Saul yang sangat bergejolak dan tidak stabil. Pekerjaan Daud sangat berbahaya karena dia melayani raja yang sakit jiwa, berkali-kali raja Saul ingin membunuh Daud tetapi tidak berhasil. Dan Daud masih menggembalakan kambing domba ayahnya (1 Sam 16:19). Daud tidak berjuang untuk menjadi istimewa melainkan dia menjalani tugas yang dipercayakan kepadanya sebagai gembala kambing domba ayahnya dan musikus bagi raja Saul. Daud tidak berjuang untuk menjadi signifikan tetapi dia setia pada tugasnya.
Daud menunggu. Daud tidak langsung memerintah sebagai raja walaupun dia sudah diurapi menjadi raja. Daud menjadi raja pada umur 30 (2 Sam 5:4). Berapa tahun Daud harus menunggu hingga dia menjadi raja, 10 tahun, 15 tahun? Daud tidak berambisi menjadi raja. TUHAN yang memilih dia menjadi raja. Dia tidak mengeluh mengapa dia sudah diurapi sebagai raja tetapi dia tidak memerintah sebagai raja. Setahun, dua tahun berlalu. 10 tahun dan bahkan mungkin 15 tahun berlalu dan masih saja dia belum menjadi raja. Apabila Daud diurapi di usia 15 tahun maka dia harus menunggu 15 tahun baru memerintah sebagai raja. Dia tidak marah sama TUHAN dan dia juga tidak marah kepada nabi Samuel. Karena dia tidak berambisi menjadi raja. Dia menunggu.
Daud menolong sesama walau dirinya menderita. Dan selama 10-15 tahun ini Daud hidup dalam pelarian, bersembunyi di dalam gua-gua dan mencari makanan untuk dirinya dan para pengikutnya. Karena bahaya dan letihnya hidup dalam pelarian, Daud kemudian menitipkan orangtuanya kepada raja Moab (1 Sam 22:3). Daud tidak sendirian, dia diikuti oleh 600 pria (1 Sam 27:2; 30:9). Daud menyediakan peristirahatan dan keteduhan bagi 600 pria yang sedih dan kehilangan. Setelah Daud menjadi raja, orang-orang ini dia angkat menjadi kepala pasukan (1 Taw 12). Selama pelarian, Daud juga memberikan bantuan kepada kota-kota yang membutuhkan bantuan - Daud menyelamatkan kota Kehilia (1 Sam 23).
Ketika Brenda McLain mendaki sebuah tebing gunung Santa Monica pada bulan Nopember 2006. Pada saat dia sedang istirahat sambil bergantung di tali, tiba-tiba salah satu tali menghempas wajahnya sehingga lensa matanya terlepas dan terjatuh. Dia merasa sangat sedih karena dia sedang berada di pertengahan tebing, sulit untuk naik dan juga sulit untuk turun karena tidak dapat melihat dengan jelas tanpa lensa matanya. Dia berdoa memohon ketenangan hati sambil berharap bisa menemukan lensa matanya. Dengan susah payah, akhirnya dia berhasil manjat ke atas. Di tempat perhentian, teman Brenda membantu mencari lensa matanya tetapi tidak menemukannya. 
Sore hari itu, dengan bantuan teman-temannya, Brenda berhasil turun ke bawah dan bertemu dengan tim pemanjat yang lain. Tiba-tiba ada seorang yang berseru, siapa yang kehilangan lensa  kontak mata pada hari ini? Ternyata orang tersebut melihat sebuah lensa mata yang bergerak karena diangkat oleh semut. Brenda menceritakan pengalaman tersebut kepada ayahnya dan ayahnya yang adalah seorang cartoonist menggambar semut mengangkat lensa dan mengucapkan, “Lord, I don’t know why in the world You want me to carry this thing. I can’t eat it. build with it and its awfully heavy. but if this is what You want me to do, I’ll carry it - as long as You want me to…
Daud tidak mengerti mengapa Dia dipilih oleh TUHAN untuk menjadi raja atas Israel dan Yehuda sebab tugas tersebut merupakan beban yang sangat berat. Dia dibenci oleh kakak-kakaknya yang cemburu. Dia harus melayani raja Saul yang ingin membunuhnya. Dia harus berada dalam pelarian selama mungkin 10 hingga 15 tahun. Daud tidak spesial di hadapan saudara-saudaranya. Dia tidak spesial di hadapan Samuel. Dia juga tidak spesial di hadapan raja Saul maupun ayahnya. Dia hanya seorang yang biasa-biasa saja. 

Saudara tidak perlu menjadi spesial dalam pandangan orang lain sebab jauh lebih penting apabila bila Saudara istimewa dalam pandangan TUHAN. Orang lain menilai Saudara dari kemampuanmu, kehebatanmu, daya gunamu sedangkan TUHAN melihat dirimu dari hatimu. TUHAN menghargaimu bukan karena prestasimu tetapi karena ketulusan hatimu. Jadilah istimewa di hadapan TUHAN. Kiranya TUHAN menolong kita!




Monday 11 May 2015

PANGGILAN SEORANG ISTRI

Dalam rancangan TUHAN, tidak baik bagi manusia untuk seorang diri saja. TUHAN memberikan manusia untuk melaksanakan mandat-Nya yakni “mengusahakan dan memelihara” ciptaan-Nya (Kej 2:15). TUHAN ingin manusia berkarya dan mengembangkan ciptaan-Nya dimulai dengan memberikan nama kepada binatang (Kej 2:20). Memberi nama merupakan upaya untuk mengenal ciptaan Allah. Mengenal karakteristik dan keunikannya setiap binatang merupakan tahap awal dalam mendominasi makhluk ciptaan Allah. Hal ini bagaikan ketika saudara dihadiahkan sebuah smartphone, Saudara belajar mengenal fitur dan cara penggunaan serta perawatan smartphone tersebut. Tuhan ingin manusia mengembangkan (progress) peradaban - sebuah progress dari Taman Eden hingga Kota Taman (Yerusalem Baru).
Penugasan dari Yahweh atau yang sering kali dikenal dengan istilah “mandat budaya” membutuhkan kerjasama. Oleh sebab itu TUHAN Allah berfirman, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong (ezer) baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:18).  Yahweh sedang berbicara dengan siapa? Ada yang berargumen bahwa Yahweh sedang berbicara kepada malaikat tetapi tidak ada indikasi bahwa malaikat dilibatkan dalam karya penciptaan. Para teolog berpendapat bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus berinteraksi dalam penciptaan. Kemudian mengapa Yahweh berkata, “Tidak baik”, bukankah sebelumnya Yahweh selalu berkata, “baik”? Mengapa setelah menciptakan manusia bahkan dengan kesimpulan “sungguh amat baik”, kini menjadi tidak baik?” Kesepian itu tidak baik, kesepian bukan bagian dari rancangan Yahweh. Yahweh menciptakan manusia dan ingin menjadikan manusia sebagai makhluk sosial.
Kata “penolong” di sini berarti mendukung, menolong, berbagi tugas yang sama dan juga bisa berarti bantuan militer, bantuan dari Tuhan. Juga berarti “tidak lengkap” tanpa penolong. Ezer berarti “helper-companion” (sahabat penolong). Jadi, kata “ezer” disini juga bisa diterjemahkan sebagai “sahabat” (baca Kidung Agung 5:16). Panggilan seorang istri adalah menjadi sahabat suaminya dan menolong suaminya untuk melaksanakan misi Allah di dunia ini yakni mengusahakan ciptaan Allah, mengusahakan kesejahteraan sesama dan menghadirkan Kerajaan Allah.   
Yahweh membuat penolong tersebut dari “tulang rusuk” manusia. Lalu Yahweh Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Yahweh mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging” (Kej 2:21). Hal ini mengimplikasikan bahwa perempuan bukan makhluk yang lebih rendah. Perempuan bukan untuk diremehkan, dihina atau diperbudak melainkan untuk dirangkul, dipeluk, disayang. Tulang rusuk mengimplikasikan “kesepadanan”. Dengan kata lain, suami-istri merupakan sahabat yang sepadan, sahabat yang intim. 

Ketika menerima “penolong” tersebut, manusia itu berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kel 2:23). Hal ini mengimplikasikan kedekatan dan keintiman - telanjang tetapi tidak malu (Kej 2:25). Penolong yang sepadan ini sangat dekat bahkan disebut “satu daging” (Kej 2:24). Orang yang terdekat dengan dirimu di dunia ini adalah suamimu sendiri. Petrus menegaskan bahwa istri merupakan “teman pewaris dari kasih karunia yaitu kehidupan”, oleh sebab itu mereka perlu dihormati agar doa para suami tidak terhalang (1 Pet 3:7).

CINTA KASIH IBU YANG TRANS-RASIONAL

Rasional (masuk akal) dan irasional (tidak masuk akal) sedangkan trans-rasional berarti bukan rasional dan juga bukan irasional melainkan melampaui logika. Apa yang dilakukan oleh ibu Musa untuk menyelamatkan bayinya bersifat trans-rasional. Keluaran 2:1-10 tidak menyebut siapa nama ibu Musa. Nama ibu Musa baru diperkenalkan setelah perutusan Musa oleh TUHAN (Kel 6:19). Ketika seorang murid berprestasi orang akan bertanya, “siapa gurunya?” Jarang orang bertanya, “siapa ibunya?” Ibu merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Yang terpenting bagi dirinya bukan keberhasilan dirinya melainkan keberhasilan suami dan anak-anaknya. Mereka hidup seolah-olah mencurahkan seluruh hidupnya bagi orang lain. Tidak heran banyak wanita yang walaupun berprofesi sebagai wanita karir tetap menghindari dikenal sebagai wanita karir, tetap menekankan bahwa mereka adalah “istri dan ibu rumah tangga”. Walaupun berkarir, yang menjadi prioritas mereka bukan menaiki tangga karir sebab kesuksesan mereka adalah kebahagiaan dan kesejahteraan anggota keluarga. 
Yokhebed mengandung Musa di saat yang tidak tepat sebab Firaun memerintahkan pembunuhan terhadap setiap laki-laki yang lahir dari budak orang-orang Ibrani. Firaun termasuk orang yang paranoid, ia kuatir akan terjadi pemberontakkan apabila jumlah laki-laki orang-orang Ibrani terus bertambah dari tahun ke tahun. Maka ia menggencarkan pembunuhan terhadap semua bayi laki-laki Ibrani sebagai bentuk pengendalian jumlah budak. Dalam kondisi seperti demikian Yokhebed mengandung. Apakah dia berusaha untuk menyembunyikan kehamilannya? Firaun memerintah bidan-bidan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dalam keluar Ibrani. Firaun berharap para bidan ini bisa menjadi “pembunuh bayaran”. Namun ternyata, bidan-bidan itu takut kepada Yahweh. Mereka mengatakan kepada raja Mesir bahwa perempuan-perempuan Ibrani itu kuat-kuat, perempuan-perempuan Ibrani sudah bersalin sebelum mereka tiba. Seolah-olah mereka melahirkan semudah ayam bertelur. Maka Firaun memerintahkan seluruh rakyatnya untuk melemparkan setiap bayi laki-laki yang lahir ke dalam sungai Nil. Tidak heran apabila setiap ibu-ibu Ibrani yang mengandung harus sangat berhati-hati sebab mereka telah menjadi perhatian seluruh rakyat Mesir. Tidak sedikit orang-orang Mesir yang menantikan kesempatan untuk melemparkan bayi laki-laki yang lahir ke dalam sungai Nil. Membuang bayi orang-orang Ibrani ke sungai Nil menjadi permainan yang seru dan menyenangkan. 
Yokhebed tidak bisa melakukan USG di RS Awal Bros maupun klinik Aeskulap oleh karena teknologi USG belum ada pada saat itu. Tidak bisa diketahui terlebih dahulu apakah anak Yokhebed ini berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Apakah Yokhebed berharap ia melahirkan anak perempuan? Saya tidak tahu. Yang jelas, jika anak yang dilahirkan ini perempuan, maka dia dapat hidup bersama mereka akan tetapi jika anak ini laki-laki, dia akan dibunuh. Yokhebed pasti sangat takut ketika masa bersalin sudah tiba. Dia harus hati-hati, jangan sampai ada orang Mesir yang mengetahui persalinannya sebab mereka akan merampas bayinya dan dibuang ke dalam sungai Nil apabila bayi ini laki-laki. Amran mungkin juga gelisah, “bagaimana kalau ternyata anak ini berjenis kelamin laki-laki?” Pada saat persalinan, Amran melihat bayinya, “Cilukkk ba, celaka! Ternyata laki-laki”. 
Yokhebed melihat Musa manis dan cantik. Para Majelis Jemaat mengunjungi Yokhebed dan berkata bahwa anak ini “lucu”. Yokhebed menyembunyikan Musa selama 3 bulan. Yokhebed mengambil resiko yang besar yang tidak rasional demi melindungi anak ini. Jika diketahui, mungkin hal tersebut bisa membahayakan nyawa seluruh anggota. Yokhebed mungkin bertanya kepada suaminya, “yang, bagaimana yah dengan anak bungsu kita? Harus di ke manakan ya? Apakah Yahweh akan melindungi anak ini?” Suaminya mungkin berespon, “Bagaimana Yahweh pernah menyelamatkan manusia?” Yokhebed mendapat ide cemerlang, “Ah hah! Bahtera Nuh!” Yahweh pernah menyelamatkan manusia dengan menggunakan bahtera Nuh. Bagaimana kalau kita membuatkan bahtera kecil dari peti pandan dan kita masukan bayi ini ke dalamnya. Semoga Yahweh menyelamatkan putra kita ini.” Mereka menyadari bahwa mereka tidak sanggup menyelamatkan bayi mereka tetapi Yahweh bisa. Dengan penuh iman mereka percayakan putra bungsu mereka kepada Yahweh. Oleh sebab itu, Ibrani 11:23 mencatat, “Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orangtuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.” Iman Yokhebed dan Amram telah menyelamatkan Musa dari pembunuhan raja karena merekat tidak takut kepada ancaman raja.  
Atas pemeliharaan Yahweh, Musa diangkat sebagai anak oleh puteri Firaun. Puteri Firaun tidak tega melihat seorang anak bayi yang mungkin tampak kedinginan dan kelaparan. Ia tidak tega membiarkan anak ini mati. Maka ia mengadopsi anak ini ke dalam asuhannya dan memberikan dia nama Moshe. Kakak Musa, Mariam menawarkan jasa babysitter kepada puteri Firaun dan disetujui. Mariam pun segera mendapati ibunya untuk mengasuh Musa. Kita tidak mengetahui berapa tahun Yokhebed mengasuh Musa. Saya percaya selain menerima pendidikan “universitas kerajaan Mesir”, Musa juga memperoleh didikan tentang Sang Pencipta akan kuasa dan janji-janji-Nya serta pimpinan-Nya kepada Nuh, Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf. 
Peran seorang ibu dan seorang istri memiliki dampak yang sangat besar baik pada diri suaminya maupun anaknya. Didikan seorang ibu menjadi bekal yang sangat berharga bagi anaknya. Walalupun seorang anak sering ngambek, kesal tetapi ketika mereka sakit mereka akan merindukan ibunya. Ketika bepergian mereka merindukan masakan ibunya. Walaupun sering menganggap ibunya cerewet tetapi jauh di dalam hati mereka menyadari perhatian dan kasih sayang ibunya. Anak-anak menyadari niat baik ibunya. Petrus berpesan, “hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Pet 3:7). 
Apa yang mampu seorang ibu kerjakan juga bersifat trans-rasional. Seorang ibu rumah tangga mampu bermulti-profesi. Dia adalah seorang waitress (Amsal 31:14), seorang chef (ayat 15), seorang investor (ayat 16), seorang akuntan (ayat 18), seorang philanthropist (ayat 20), seorang konsultan butik (ayat 21), seorang model yang stylist (ayat 22), seorang pebisnis (ayat 24), seorang planner (ayat 25), seorang edukator/pendidik (ayat 26). Seorang ibu rumah tangga juga berperan sebagai dokter, perawat dan juga barber. Tidak jarang, ia juga berperan sebagai seorang pencari barang, sebab setiap barang yang tidak bisa ditemukan oleh suami maupun anak-anaknya dapat ditemukan oleh dia. 

Cinta kasih ibu yang trans-rasional mencermikan Sang Pencipta yang mencintai dan memelihara ciptaan-Nya. Ibu-ibu mengalami paradoks antara penderitaan sakit bersalin dengan pengalaman cinta kasih terhadap bayinya. Ibu-ibu dikaruniakan kesempatan untuk mencintai dan mengasuh keajaiban ciptaan TUHAN yang termulia. Para isteri dan para ibu merupakan kawan sekerja Allah dalam memelihara ciptaan Allah. Mari kita mendoakan para isteri dan para ibu di dunia!

Tuesday 17 February 2015

DIPANGGIL UNTUK MENJADI PENJALA MANUSIA


Canis lupus familiaris merupakan nama ilmiah anjing yang berarti “anjing serigala yang ramah”. Kata ini tidak bermakna apa-apa apabila kita tidak ada keterkaitan khusus dengan pengalaman hidup kita. Misalnya, dalam sebuah percakapan kita mengira bahwa Canis Lupus Familiaris merupakan nama orang, maka ini menjadi pengalaman memalukan yang menarik. Atau kita menemukan bahwa Canis lupus familiaris merupakan password email pacar kita. Atau teman kita yang memperkenalkan kita istilah Canis lupus familiaris dan kemudian teman ini menceritakan kepada kita pengalaman dia hilang celana dalam di WC. Ketika di dalam WC teman kita ini terus berpikir kenapa celana dalamnya bisa hilang padahal tidak terdapat jendela di dalam WC, dan juga tidak ada yang bisa masuk karena pintu terkunci. Jadi celana dalamnya kenapa bisa hilang. Dia berpikir dengan keras, kemana celana dalamnya pergi, terakhir dia baru sadar ternyata celana dalamnya dikalungkan di lehernya. Kita mungkin lupa kata Canis lupus familiaris tapi kita mungkin tidak akan lupa pengalaman lucu teman kita ini.

Saudara, begitu juga dengan kata Kerajaan Allah dan Injil, kedua kata ini tidak berarti apa-apa apabila tidak ada keterkaitan dengan kehidupan kita. Apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah merupakan tema utama dalam pelayanan Kristus, sehingga dalam pengajaran-Nya Yesus banyak membahas topik Kerajaan Allah. Memberitakan “Kerajaan Allah” merupakan prioritas Yesus (Mat. 4:23) dan Yesus mengkehendaki manusia untuk “Mencari Kerajaan Allah” (Mat. 6:33). Kerajaan Allah merupakan Berita Baik (Injil) bagi orang-orang yang bertobat. Dalam bahasa sederhana, Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah dengan visi untuk menyelamatkan dan memulihkan seluruh ciptaan-Nya. Pemulihan ini terjadi melalui pemulihan relasi dengan Allah dan pemulihan gambar diri. Pemulihan ini mencakup seluruh dimensi kehidupan: spiritual (relasi dengan Allah), fisikal (pembaruan tubuh dan alam) dan pemikiran (pemikiran yang berorientasi pada Kerajaan Allah). Dan apa itu Injil? Injil (berita bahagia) yang terkandung dalam Kerajaan Sorga adalah terjadinya pemulihan hubungan dengan Allah. Sebab “dosa” memisahkan manusia dari Allah dan karya keselamatan Allah memulangkan manusia kepada Allah.

Melalui Kristus kita diperdamaikan dengan Allah sehingga kita disebut sebagai anak-anak Allah. Karya Kristus dan pemerintahan Kristus dalam hidup kita merupakan Injil bagi kehidupan kita sehingga kita tidak lagi hidup di dalam ketakutan. Kita bisa mengalami, merasakan dan meyakini pimpinan TUHAN dalam hidup kita. Dan Kristus memperbarui kehidupan kita sehingga kita dapat meninggalkan diri kita yang lama yang dibelenggu oleh dosa. Oleh sebab itu, kita dipanggil untuk berbalik dari kehidupan yang didominasi oleh dosa. Kehidupan yang didominasi oleh dosa bagaikan kehidupan yang tertindas di bawah pemerintah Firaun di Mesir. Injil membebaskan kita dari perbudakan dosa.

Saudara, Setelah Yohanes Pembaptis, nabi yang menyeru-nyerukan pertobatan ditangkap Yesus berseru, “Waktunya, telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mark 1:14-15). Apa yang dimaksud dengan bertobat? Bertobat berarti melakukan U-Turn alias berbalik. Jadi, bertobat berarti pulang kepada Allah. Pulang kepada Allah bukan berarti kita meninggalkan dunia ini melainkan hubungan kita dengan Allah dipulihkan. Hubungan kita dengan Allah menjadi dekat. Sedemikian dekatnya sehingga kita dapat mencurahkan isi hati kita dan bercanda dengan Allah dalam komunikasi kita dengan Allah. Kedekatan kita akan memberikan kita kepekaan untuk mendengarkan isi hati Allah. Namun ego kita merupakan penghalang utama untuk menuju pertobatan sehingga kita harus menciptakan berbagai cerita demi menutupi jejak dosa kita sehingga pada akhirnya kita berada dalam keadaan harus selalu menipu diri kita sendiri.

Yesus bersabda, “Mari ikut Aku, dan kamu akan Kujadikan Penjala manusia” (Mark 1:17). “Menjala manusia” terdengar sebagai istilah yang tidak terlalu baik seolah-olah manusia 
diperlakukan secara tidak manusiawi. Karena seperti yang kita ketahui ikan yang dijala oleh nelayan akan dijual ke pasar dan kemudian dibeli oleh saudara dan saya, digoreng, di-steam, dimasak ikan asam pedas dan lain sebagainya. Apakah menjadi penjala manusia berarti kita menciptakan “manusia goreng gosong” melalui penindasan, atau “manusia asam pedas” melalui tekanan emosi, atau “manusia steam” dengan membelenggu mereka?Kita perlu membaca Yeremia 16:15-16a yang berbunyi “Demi TUHAN yang hidup yang menuntun orang Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negeri ke mana Ia telah mencerai-beraikan mereka! Sebab Aku akan membawa mereka pulang ke tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyang mereka. Sesungguhnya, Aku mau menyuruh banyak “penangkap ikan”, demikianlah firman TUHAN, yang akan menangkap mereka.” Jadi maksud dari menjadi penjala manusia bukan untuk menangkap manusia dan melakukan indoktrinasi melainkan untuk membawa pulang manusia kepada Allah.  

Inilah perintah yang Yunus terima dari Allah yaitu untuk berangkat ke Niniewe dan membawa seluruh penduduk Niniwe pulang kepada Allah yang juga termasuk seluruh ternak. Tetapi Yunus memilih untuk melarikan diri dari hadapan TUHAN. Padahal jarak Joppa ke Niniwe berkisar 550 mil tetapi ia memiliki Tarsis yang berjarak 2500 mil. Tidak hanya itu, dia turun ke kapal bagian yang terbawah dan tidur di sana. Sebab dia ingin melarikan diri jauh dari tugas yang diberikan TUHAN kepadanya. Namun TUHAN memanggil dia untuk menyampaikan berita Kerajaan Allah kepada seluruh penduduk Niniwe. TUHAN ingin Yunus menjadi penjala manusia untuk “membawa pulang”seluruh kota Niniwe - manusia, ternak, lembu sapi dan kambing domba serta pohon jarak (4:6). Tetapi Yunus menolak, dan apakah Yunus bertobat? Kitab Yunus dibiarkan terbuka. Kita tidak mengetahui keputusan Yunus setelah ditegur Allah. Kitab ini tetap terbuka untuk mengingatkan setiap kita untuk memutuskan apakah kita bersedia melakukan U-Turn yakni pulang kepada Allah. Bersediakah kita pulang dan menjadi penjala manusia yaitu untuk membawa orang-orang pulang kepada Allah?

Kerajaan Allah tidak terlepas dari “bekerja” atau “profesi”. Gembala dan nelayan merupakan dua profesi yang cukup signifikan dalam Alkitab. Kedua profesi tersebut termasuk pekerjaan rendahan, yang ditekuni oleh mayoritas masyarakat menengah ke bawah. Namun TUHAN memberikan pemaknaan baru terhadap kedua profesi tersebut. Seorang gembala dipanggil menggembalakan manusia dan seorang nelayan dipanggil untuk menjala manusia. Paulus menegaskan, “waktu telah singkat!” (1 Kor 7:29) dan “akan berlalu” (1 Kor 7:31) untuk mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat dan waktu akan berlalu. Paulus mengatakan, “orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah tidak beristeri, dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli” (1 Kor 7:29b-30). Paulus sedang menegaskan akan pentingnya “ketidakterikatan”. Tidak mudah untuk tidak terikat dengan apa yang kita kerjakan, apa yang kita upayakan dan perjuangkan. 

Setiap kita dipanggil untuk menjadi penjala manusia yang berarti memulihkan gambar Allah dalam diri manusia dan merestorasi martabat manusia. Pada saat krisis ekonomi di Amerika Serikat, perusahaan coklat Hershey yang didirikan oleh Milton Hershey berjuang untuk tidak melakukan pemecatan massal terhadap karyawan mereka. Dengan penuh perjuangan, para karyawan pada saat itu diminta untuk membangun rumah, taman, dan hotel. Hershey juga mendirikan sekolah dan panti asuhan bagi masyarakat. Henry Ford ketika pabrik mobilnya sering macet akibat demonstrasi besar-besaran para pekerja, ia menaikkan gaji karyawan 2,5 kali lipat dari perusahaan lain. Karyawannya selain berhenti berdemonstrasi juga mulai menabung untuk membeli mobil Ford.


Selain menciptakan TUHAN juga mencintai, memperhatikan dan memelihara ciptaan-Nya. Profesi kita mesti mencerminkan karya ciptaan Allah. Menjadi penjala manusia bukan mengkristenkan orang. Menjadi penjala manusia juga bukan menaklukkan orang dengan bendera Kristen. Menjadi penjala manusia adalah membawa manusia pulang kepada Allah. Menjadi penjala manusia adalah membawa manusia kepada kasih sayang Allah. Ingatlah perkataan Kristus, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mark 1:14-15). Amin.

Batam, 17 Februari 2015

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12