Tuesday 17 February 2015

DIPANGGIL UNTUK MENJADI PENJALA MANUSIA


Canis lupus familiaris merupakan nama ilmiah anjing yang berarti “anjing serigala yang ramah”. Kata ini tidak bermakna apa-apa apabila kita tidak ada keterkaitan khusus dengan pengalaman hidup kita. Misalnya, dalam sebuah percakapan kita mengira bahwa Canis Lupus Familiaris merupakan nama orang, maka ini menjadi pengalaman memalukan yang menarik. Atau kita menemukan bahwa Canis lupus familiaris merupakan password email pacar kita. Atau teman kita yang memperkenalkan kita istilah Canis lupus familiaris dan kemudian teman ini menceritakan kepada kita pengalaman dia hilang celana dalam di WC. Ketika di dalam WC teman kita ini terus berpikir kenapa celana dalamnya bisa hilang padahal tidak terdapat jendela di dalam WC, dan juga tidak ada yang bisa masuk karena pintu terkunci. Jadi celana dalamnya kenapa bisa hilang. Dia berpikir dengan keras, kemana celana dalamnya pergi, terakhir dia baru sadar ternyata celana dalamnya dikalungkan di lehernya. Kita mungkin lupa kata Canis lupus familiaris tapi kita mungkin tidak akan lupa pengalaman lucu teman kita ini.

Saudara, begitu juga dengan kata Kerajaan Allah dan Injil, kedua kata ini tidak berarti apa-apa apabila tidak ada keterkaitan dengan kehidupan kita. Apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah merupakan tema utama dalam pelayanan Kristus, sehingga dalam pengajaran-Nya Yesus banyak membahas topik Kerajaan Allah. Memberitakan “Kerajaan Allah” merupakan prioritas Yesus (Mat. 4:23) dan Yesus mengkehendaki manusia untuk “Mencari Kerajaan Allah” (Mat. 6:33). Kerajaan Allah merupakan Berita Baik (Injil) bagi orang-orang yang bertobat. Dalam bahasa sederhana, Kerajaan Allah merupakan pemerintahan Allah dengan visi untuk menyelamatkan dan memulihkan seluruh ciptaan-Nya. Pemulihan ini terjadi melalui pemulihan relasi dengan Allah dan pemulihan gambar diri. Pemulihan ini mencakup seluruh dimensi kehidupan: spiritual (relasi dengan Allah), fisikal (pembaruan tubuh dan alam) dan pemikiran (pemikiran yang berorientasi pada Kerajaan Allah). Dan apa itu Injil? Injil (berita bahagia) yang terkandung dalam Kerajaan Sorga adalah terjadinya pemulihan hubungan dengan Allah. Sebab “dosa” memisahkan manusia dari Allah dan karya keselamatan Allah memulangkan manusia kepada Allah.

Melalui Kristus kita diperdamaikan dengan Allah sehingga kita disebut sebagai anak-anak Allah. Karya Kristus dan pemerintahan Kristus dalam hidup kita merupakan Injil bagi kehidupan kita sehingga kita tidak lagi hidup di dalam ketakutan. Kita bisa mengalami, merasakan dan meyakini pimpinan TUHAN dalam hidup kita. Dan Kristus memperbarui kehidupan kita sehingga kita dapat meninggalkan diri kita yang lama yang dibelenggu oleh dosa. Oleh sebab itu, kita dipanggil untuk berbalik dari kehidupan yang didominasi oleh dosa. Kehidupan yang didominasi oleh dosa bagaikan kehidupan yang tertindas di bawah pemerintah Firaun di Mesir. Injil membebaskan kita dari perbudakan dosa.

Saudara, Setelah Yohanes Pembaptis, nabi yang menyeru-nyerukan pertobatan ditangkap Yesus berseru, “Waktunya, telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mark 1:14-15). Apa yang dimaksud dengan bertobat? Bertobat berarti melakukan U-Turn alias berbalik. Jadi, bertobat berarti pulang kepada Allah. Pulang kepada Allah bukan berarti kita meninggalkan dunia ini melainkan hubungan kita dengan Allah dipulihkan. Hubungan kita dengan Allah menjadi dekat. Sedemikian dekatnya sehingga kita dapat mencurahkan isi hati kita dan bercanda dengan Allah dalam komunikasi kita dengan Allah. Kedekatan kita akan memberikan kita kepekaan untuk mendengarkan isi hati Allah. Namun ego kita merupakan penghalang utama untuk menuju pertobatan sehingga kita harus menciptakan berbagai cerita demi menutupi jejak dosa kita sehingga pada akhirnya kita berada dalam keadaan harus selalu menipu diri kita sendiri.

Yesus bersabda, “Mari ikut Aku, dan kamu akan Kujadikan Penjala manusia” (Mark 1:17). “Menjala manusia” terdengar sebagai istilah yang tidak terlalu baik seolah-olah manusia 
diperlakukan secara tidak manusiawi. Karena seperti yang kita ketahui ikan yang dijala oleh nelayan akan dijual ke pasar dan kemudian dibeli oleh saudara dan saya, digoreng, di-steam, dimasak ikan asam pedas dan lain sebagainya. Apakah menjadi penjala manusia berarti kita menciptakan “manusia goreng gosong” melalui penindasan, atau “manusia asam pedas” melalui tekanan emosi, atau “manusia steam” dengan membelenggu mereka?Kita perlu membaca Yeremia 16:15-16a yang berbunyi “Demi TUHAN yang hidup yang menuntun orang Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negeri ke mana Ia telah mencerai-beraikan mereka! Sebab Aku akan membawa mereka pulang ke tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyang mereka. Sesungguhnya, Aku mau menyuruh banyak “penangkap ikan”, demikianlah firman TUHAN, yang akan menangkap mereka.” Jadi maksud dari menjadi penjala manusia bukan untuk menangkap manusia dan melakukan indoktrinasi melainkan untuk membawa pulang manusia kepada Allah.  

Inilah perintah yang Yunus terima dari Allah yaitu untuk berangkat ke Niniewe dan membawa seluruh penduduk Niniwe pulang kepada Allah yang juga termasuk seluruh ternak. Tetapi Yunus memilih untuk melarikan diri dari hadapan TUHAN. Padahal jarak Joppa ke Niniwe berkisar 550 mil tetapi ia memiliki Tarsis yang berjarak 2500 mil. Tidak hanya itu, dia turun ke kapal bagian yang terbawah dan tidur di sana. Sebab dia ingin melarikan diri jauh dari tugas yang diberikan TUHAN kepadanya. Namun TUHAN memanggil dia untuk menyampaikan berita Kerajaan Allah kepada seluruh penduduk Niniwe. TUHAN ingin Yunus menjadi penjala manusia untuk “membawa pulang”seluruh kota Niniwe - manusia, ternak, lembu sapi dan kambing domba serta pohon jarak (4:6). Tetapi Yunus menolak, dan apakah Yunus bertobat? Kitab Yunus dibiarkan terbuka. Kita tidak mengetahui keputusan Yunus setelah ditegur Allah. Kitab ini tetap terbuka untuk mengingatkan setiap kita untuk memutuskan apakah kita bersedia melakukan U-Turn yakni pulang kepada Allah. Bersediakah kita pulang dan menjadi penjala manusia yaitu untuk membawa orang-orang pulang kepada Allah?

Kerajaan Allah tidak terlepas dari “bekerja” atau “profesi”. Gembala dan nelayan merupakan dua profesi yang cukup signifikan dalam Alkitab. Kedua profesi tersebut termasuk pekerjaan rendahan, yang ditekuni oleh mayoritas masyarakat menengah ke bawah. Namun TUHAN memberikan pemaknaan baru terhadap kedua profesi tersebut. Seorang gembala dipanggil menggembalakan manusia dan seorang nelayan dipanggil untuk menjala manusia. Paulus menegaskan, “waktu telah singkat!” (1 Kor 7:29) dan “akan berlalu” (1 Kor 7:31) untuk mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat dan waktu akan berlalu. Paulus mengatakan, “orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah tidak beristeri, dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli” (1 Kor 7:29b-30). Paulus sedang menegaskan akan pentingnya “ketidakterikatan”. Tidak mudah untuk tidak terikat dengan apa yang kita kerjakan, apa yang kita upayakan dan perjuangkan. 

Setiap kita dipanggil untuk menjadi penjala manusia yang berarti memulihkan gambar Allah dalam diri manusia dan merestorasi martabat manusia. Pada saat krisis ekonomi di Amerika Serikat, perusahaan coklat Hershey yang didirikan oleh Milton Hershey berjuang untuk tidak melakukan pemecatan massal terhadap karyawan mereka. Dengan penuh perjuangan, para karyawan pada saat itu diminta untuk membangun rumah, taman, dan hotel. Hershey juga mendirikan sekolah dan panti asuhan bagi masyarakat. Henry Ford ketika pabrik mobilnya sering macet akibat demonstrasi besar-besaran para pekerja, ia menaikkan gaji karyawan 2,5 kali lipat dari perusahaan lain. Karyawannya selain berhenti berdemonstrasi juga mulai menabung untuk membeli mobil Ford.


Selain menciptakan TUHAN juga mencintai, memperhatikan dan memelihara ciptaan-Nya. Profesi kita mesti mencerminkan karya ciptaan Allah. Menjadi penjala manusia bukan mengkristenkan orang. Menjadi penjala manusia juga bukan menaklukkan orang dengan bendera Kristen. Menjadi penjala manusia adalah membawa manusia pulang kepada Allah. Menjadi penjala manusia adalah membawa manusia kepada kasih sayang Allah. Ingatlah perkataan Kristus, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mark 1:14-15). Amin.

Batam, 17 Februari 2015

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12