Monday 10 August 2020

WANITA YANG MEMIMPIN

Beberapa waktu lalu  media tertarik dengan para pemimpin wanita beberapa negara dikarenakan negara-negara tersebut ternyata menangani krisis pandemi COVID-19 dengan lebih baik. Dalam artikel berjudul “Why women leaders are excelling during the coronavirus pandemic” membahas keunikan para pemimpin wanita dalam menangangi krisis seperti Jerman, New Zealand dan Taiwan. Pada tanggal 1 April 2020, Perdana Menteri Sint Maarten, Silveria Jacobs yang memimpin sebuah negara kecil dengan hanya 2 tempat tidur ICU mengatakan, “Simply Stop Moving. If you don’t have bread you like in your house, eat crackers. Eat cereal. Eat Oats. Eat…sardines.”

Saudari, sebagai kaum hawa Saudara mungkin merasa lebih lemah dan merasa tidak sebaik para pria. Mari kita belajar dari Hakim-hakim 4-5 yang mengisahkan peran dua orang wanita dalam sejarah Israel. Hakim-hakim adalah kitab yang mengisahkan sebuah zaman yang gelap, yakni setelah menempati tanah perjanjian, orang-orang Israel berbuat sesuka hati mereka. Mereka meninggalkan TUHAN dan sibuk dengan membangun rumah, membuka ladang baru, kandang domba baru (Hak. 5:16), menikmati perahu dan perikanan (Hak. 5:17) dan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Mereka melupakan perintah TUHAN (Hak. 2:1-3). 

Yabin, raja Kanaan mengirim Sisera, Panglima tentaranya untuk menyerang Israel. Mendapatkan berita tersebut, orang Israel berseru memohon kepada TUHAN. Saat itu, Israel dipimpin oleh seorang wanita bernama Debora. Dia memanggil Barak, pemimpin militer Israel untuk maju menghadapi Sisera. Ironisnya, Barak berkata, “Jika engkau turut maju, aku pun maju” (Hak. 4:8). Seorang pemimpin militer minta ditemanin seorang wanita di medan perang, seriously? Barak tidak percaya pada penyertaan TUHAN. Dia mau memastikan penyertaan TUHAN dengan kehadiran Debora. Hal tersebut menunjukkan Barak tidak mempunyai persahabatan yang dekat dengan TUHAN.

Debora berkata kepada Barak, “Engkau tidak akan mendapat kehormatan…sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang PEREMPUAN” (Hak. 4:9). Bagi seorang pemimpin militer, ini merupakan hal yang sangat memalukan. Dalam pelariannya, Sisera yang tadinya memimpin 900 kereta besi meminta air, Yael memberi dia susu. Sisera meminta Yael menjaga di pintu kemah, dia malah mengambil patok kemah dan membunuh sang panglima. Sisera mati di tangan seorang wanita sederhana. Apa yang seharusnya menjadi kehormatan Barak menjadi kehormatan Yael (Hak. 5:24). Dalam peristiwa tersebut, dua pemimpin militer dipermalukan (Sisera dan Barak) dan dua wanita (Debora dan Yael) ditinggikan. Yesus mengatakan, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan DIHORMATI Bapa” (Yoh. 12:26). Dalam melaksanakan rancangan-Nya, TUHAN dapat menggunakan siapa saja yang Dia kehendaki.

Saudara, terlepas dari soal gender, kita mungkin memandang rendah diri sendiri atau orang lain. Atau kita seperti Barak yang menyandarkan imannya pada orang lain. Debora dan Yael merupakan contoh wanita biasa yang dipakai TUHAN dalam melaksanakan rancangan-Nya.

Saudara, konteks masa itu tidak bisa dilihat dari kacamata sekarang yah, karena itu memang pada zaman perang. TUHAN memang berkehendak melenyapkan orang-orang Kanaan karena kejahatan mereka.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12