Setiap daerah merayakan natal dalam konteks masing-masing dan menurut keinginan masing-masing. Namun karakteristik perayaan Natal yang melekat pada masyarakat yaitu Natal biasanya diisi dengan kegembiraan “festive joy” dalam bentuk diskon, hadiah, pakaian baru, makanan lezat, BBQ, disco, resort, travel… (daftar yang panjang). Bagaimana orang-orang di Tanjungpinang merayakan Natal dan Tahun Baru? Biasanya orang-orang di Tanjungpinang akan membeli trompet yang terbuat dari kertas sambil mengelilingi kota Tanjungpinang dengan menggunakan sepeda motor. Bagi yang sudah mempunyai gandeng, ia akan membonceng atau dibonceng pacarnya dan bagi yang belum mempunyai pacar akan membonceng teman (atau sendiri) sambil mencari kesempatan untuk memperoleh seorang pacar demi mengisi hati yang kosong. Suasana Natal tidak terasa di jalan Tambak Tanjung Pinang karena tidak adanya dekorasi natal maupun musik natal. Yang tampak adalah orang-orang yang sibuk melintas, berbelanja dan nongkrong di warung-warung kopi.
Bagaimana dengan suasana natal pertama? Kaisar Agustus memerintah selama 41 tahun dari tahun 27 SM hingga 14 M. Nama sebenarnya adalah Gaius Octavius. Ia diangkat sebagai anak oleh Kaisar Julius sehingga ia memperoleh nama “kaisar” dari ayah angkatnya. Pemerintahannya ditandai dengan kedamaian dan keamanan – Pax Romana. Selama pemerintahannya dia merestorasi sebanyak 84 kuil di Roma. Tercatat 3 kali sensus yang dilakukan pemerintah Romawi sekitar masa pemerintahan Kaisar Agustus adalah masing-masing pada tahun 28 SM, 8 SM dan 14 SM. Umumnya para ahli memprediksi kelahiran Yesus pada tahun 4 SM sehingga kemungkinan besar sensus yang disebut Lukas adalah sensus 8 SM. Hal ini tidak heran, sebab pasti membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga pelaksanaan sensus tersebut untuk mencapai Palestina. Di zaman dulu, orang-orang belum bekerja dengan komputer dan tidak bepergian dengan kereta api atau pesawat sehingga tidak heran apabila pelaksanaan sensus bisa berlangsung hingga bertahun-tahun.
Kelahiran Yesus bukanlah momen yang mudah bagi Maria dan Yusuf. Selain pergumulan psikologis, mereka juga harus melakukan perjalanan sejauh 80 mil ke Betlehem pada masa kehamilan 9 bulan oleh karena sensus penduduk yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus. Sebuah keputusan Kaisar Agustus berdampak besar pada seluruh penduduk di bawah pemerintahan Romawi. Pemerintah Romawi perlu melakukan operasi lilin untuk melindungi orang-orang yang mudik pada saat itu. Rata-rata tempat penginapan penuh mulai dari president room, suite room, deluxe room hingga standard room. Restoran-restoran dan warung-warung pun dipenuhi dengan keramaian. Di mana-mana terlihat penjual yang merebut pelanggan. Sebagian orang juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menjadi calo tiket, calo penginapan, penjual koran dan makanan kecil.
Sebuah keputusan, sebuah kebijakan, sebuah birokrasi, sebuah penemuan bisa berdampak besar pada kehidupan banyak orang atau bahkan masyarakat. Apa yang berdampak pada masyarakat zaman ini? Konsekuensi dari industrisasi? Ancaman nuklir? Kapitalisme? Konsumerisme? Kepribadian narsis? Peristiwa Natal menunjukkan kehadiran TUHAN di tengah-tengah hiruk pikuk manusia. Manusia sedang menangung kuk yang membebani hidupnya. Kedatangan TUHAN adalah untuk membebaskan manusia dari kuk dan gandar di bahu mereka (Yesaya 9.3).
Misteri natal yang paling sulit dimengerti adalah “TUHAN menjadi manusia” – seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai (Yes 9.3). Ketika orang-orang sibuk travel, berjualan, berbelanja, mengosongkan gudang, menimbun gudang, menetapkan undang-undang baru, TUHAN hadir di tengah-tengah manusia tanpa diperhatikan. Yang sangat menakjubkan adalah TUHAN hadir di tengah pemerintahan Kaisar Agustus yang luar biasa dengan kesederhanaan. TUHAN hadir di tengah penderitaan, kelelahan, ketegangan emosi dan berbagai pergumulan. Tidak banyak yang bisa memahami atau bersedia menerima keputusan TUHAN untuk hadir di tengah-tengah manusia. Walaupun bergumul dan sulit menerima tetapi Maria dan Yusuf tetap menerimanya dengan sukacita. Maria menyadari dirinya sebagai seorang hamba TUHAN dan bersedia mengikuti apa yang TUHAN kehendaki di dalam diri-Nya. Karya keselamatan bagi umat manusia.