Yesus dan murid-murid-Nya bertamu di rumah Simon, si kusta. Rumah seorang pasien atau kemungkinan besar seorang mantan pasien. Penyakit kusta di zaman Yesus identik dengan penyakit AIDS di masa kini. Masyarakat modern sulit untuk bisa menerima maupun bersosialisasi dengan penderita AIDS demikian juga masyarakat di zaman Yesus sulit untuk bersosialisasi dengan penderita penyakit kusta. Penyembuhan Simon si kusta tidak di catat di keempat Injil. Namun kita bisa berpresumsi bahwa penyakitnya telah disembuhkan akan tetapi panggilan “si kusta” masih melekat pada dirinya. Mungkin dikarenakan lamanya ia menderita penyakit kusta sehingga ia dikenal sebagai Simon Si kusta.
Seperti biasanya Marta sibuk mempersiapkan makanan untuk para tamu yang sudah berkumpul di dalam ruangan yang dipenuhi dengan bau kaki yang kemungkinan besar belum dicuci. Kemudian datanglah Maria menggunakan minyak narwastu yang sangat mahal, dipecahkannya dan kemudian meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Bau minyak semerbak memunuhi seluruh ruangan. Bau yang harum seharusnya menyenangkan murid-murid yang berada di dalam ruangan. Akan tetapi murid-murid menutup hidung (memilih untuk tidak memperhatikan harumnya minyak dan pemberian Maria) menjadi gusar dan mengeluh “untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan harga yang mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Ini adalah bentuk “penyerangan” dengan “alasan yang logis” dan “baik”. Seringkali kita menggunakan alasan yang masuk akal bagi kita sebagai dasar untuk melakukan penyerangan. Apa yang dilakukan oleh Maria tidak bertahan, tidak efektif, tidak bijak dan yang pasti pemborosan luar biasa. Nilai kapitalisme, nilai ekonomi tidak dapat melihat keberhargaan dari apa yang dilakukan oleh Maria. Tetapi TUHAN telah melihatnya.
Dengan tulus, polos dan generous Maria menggunakan minyak narwastu yang sangat mahal untuk meminyaki Yesus. Apa yang Maria lakukan adalah dalam bentuk “pengobatan”, Yesus berkata, “Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku”. Pembelaan Yesus untuk Maria juga bersifat “mengobati”, Ia berkata, “Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
Karena penyerangan tahap pertama gagal, Yudas meninggalkan rumah itu dan pergi menemui para imam. Ia bersedia menerima 30 uang perak yang jumlahnya jauh dibawah nilai minyak narwastu. Dipicu oleh “ketamakan” Yudas melakukan “penyerangan”. Ketamakan juga memotivasi beberapa negara di abad ke-16 untuk menjajah negara-negara di Asia dan mengeksploitasi hasil alam di Asia. Pada saat yang hampir bersamaan sekitar tahun 1581- 1712, 372 pendeta Jesuits dikirim ke China dan diantaranya 127 orang meninggal karena sakit dan sebagian karena kapal yang mereka tumpangi tenggelam. Seperti yang dikatakan oleh Kosuke Koyama, modernisasi menghasilkan kerusakan “gun” dan juga memberikan pengobatan “ointment”. Dengan kemajuan teknologi, manusia berhasil memperpanjang kehidupan dengan perlengkapan medis dan pada saat yang sama juga membunuh jutaan manusia. Sebagai contoh, di antara tahun 1820 dan 1949 dunia telah kehilangan 46,8 jiwa oleh karena peperangan. Senjata penjajahan datang bersamaan dengan perfume berita baik.
Ketamakan dan keegoisan akan menjadi motivasi untuk menyerang. Keinginan untuk “lebih” – lebih banyak penghasilan, lebih sedikit pekerjaan, lebih banyak bonus, lebih sedikit tanggungjawab, lebih banyak uang tunai, lebih sedikit beban, lebih banyak perhatian, lebih hemat waktu. Karena ingin mendapatkan lebih maka seseorang akan merancang serangan-serangan dan lupa bahwa hidupnya dapat menjadi perfume yang harum.