Pernah nonton
film Superman? Superman adalah seorang jurnalis yang biasa-biasa saja. Dia
tidak terkenal dan tidak berhasil dalam mendaki tangga kariernya. Dia juga
gagal di dalam kehidupan cintanya, ia tidak berhasil memikat perempuan yang ia
cintai. Hidup merupakan sebuah kegagalan baginya. Namun itu hanyalah satu sisi dari hidupnya.
Hidupnya yang gagal dibungkusi oleh kacamata dan kemeja lengan panjangnya. Dia
adalah seorang yang mempunyai tenaga ‘super’ jika ia melepaskan kacamata dan
membuka kemejanya. Dia dapat mengalahkan penjahat dengan mudah.
Superman merupakan fantasi banyak orang sebab Superman
mengisahkan apa yang menjadi pergumulan dan impian banyak orang. Hidup ini
dipenuhi dengan kekecewaan, kegagalan, kesengsaraan dan penderitaan. Setiap
orang berfantasi untuk menjadi lebih hebat, lebih berhasil, diakui dan
dihormati. Dengan kata lain, setiap orang ingin menjadi ‘SuperMe” (Super Saya).
Banyak anak-anak muda, terutama
anak-anak remaja yang memilih untuk terobsesi di dalam online game. Mereka
beralih dari dunia realita ke dalam dunia fantasi. Kegagalan di dunia nyata
digantikan dengan kesuksesan di dunia computer game. Mereka bisa menjadi
SuperMe di dalam game dan menjadi orang yang penuh kegagalan di dunia nyata.
Ada yang menjadi bully dan gangster untuk menjadi “SuperMe”, mereka ingin
ditakuti. Ada juga yang berjudi untuk menjadi kaya mendadak agar menjadi
“SuperMe”.
Sartre mengatakan bahwa keberadaan kita melampaui
esensi diri kita, manusia menciptakan dirinya sendiri. Setiap pengalaman dan
kebiasaan kita membentuk diri kita. Dengan kata lain, manusia hidup karena
dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri, tidak ada yang disebut ‘Supreme
Being’. Hidup ini dipenuhi dengan perasaan putus asa, kekecewaan dan kegagalan.
Karena tidak ada TUHAN maka manusia harus berjuang sendiri. Tidak adak
Juruselamat, tidak ada solusi sehingga manusia harus menyelamatkan dirinya
sendiri. Oleh sebab itu, manusia perlu menjadi ‘SuperMe’, Nietzsche mengatakan
bahwa Superman, adalah orang yang dapat menjadi tuan atas nasib dirinya
sendiri. Nietzsche menyarankan bahwa solusi persoalan manusia ada pada dirinya
sendiri.
Yang mesti kita pertanyakan adalah apakah manusia
sanggup mengatasi masalahnya sendiri? Apa yang menjadi solusi untuk kehidupan
yang lebih baik? Apakah etika, moralitas, kesejahteraan sosial, dogma, ekonomi
dan politik? Akan tetapi dari zaman ke zaman para ahli filsafat dengan
pandangan yang berbeda-beda menawarkan rumusan untuk kehidupan sosial yang
lebih baik namun tidak pernah berhasil. Manusia tidak pernah menjadi lebih baik.
Peradaban manusia dari zaman batu sampai dengan Revolusi Industri dan tiba di
zaman Informasi Teknologi manusia tetap hidup di dalam rasa takut, kepanikan,
kekhawatiran, kekecewaan dan
kebingungan. Apakah manusia dapat menjadi tuan atas hidupnya sendiri?
Hanya Sang Supreme Being
yakni TUHAN Sendirilah yang dapat memberikan solusi kepada manusia. TUHAN
memiliki rancangan yang indah untuk kita sehingga Ia berkata, Sebab Aku
ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia
29:11). Kita tidak sendiri di dunia ini. TUHAN memiliki rancangan yang baik
untuk kita. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita bersedia menempatkan
diri kita di dalam rancangan TUHAN atau kita memilih untuk bersikeras menentang
rancangan TUHAN untuk kita. Petrus berkata, Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab
Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7).
Ketika kita terlalu sering mengaktifkan rasio,
pikiran untuk mengambil keputusan, lama- kelamaan roh kita menjadi tidak aktif.
Saya tidak mengatakan bahwa rasio dan pikiran tidak penting tetapi saya mau
mengingatkan bahwa pikiran manusia memiliki tendensi kejahatan. Oleh sebab itu
Paulus mengingatkan kita untuk selalu dipenuhi oleh Roh Kudus. Hidup kita harus
dipimpin oleh Roh dan belajar lebih sensitif di dalam mengikuti TUHAN. Kita
mesti ingat bahwa TUHAN memiliki rancangan yang baik dan indah untuk kita.
Hidup ini bukan untuk menunjukkan kehebatan kita (life is not a show). Hidup ini juga bukan untuk meremehkan dan
mengalahkan orang lain. Hidup ini adalah untuk kehidupan (to life) dalam bahasa Ibrani L’Chayim. Ketika orang Yahudi hendak
toast saat minum mereka selalu mengatakan L’Chayim. Tujuan hidup ini seharusnya
hanya satu yaitu ‘untuk kehidupan’. Ada banyak peristiwa berharga yang terjadi
dalam hidup sehari-hari, jika tidak kita perhatikan akan berlalu begitu saja.
Jika kita berjuang untuk menjadi “SuperMe” diri kita yang hebat dan super maka
kita akan kehilangan banyak kesempatan untuk menikmati kehidupan ini. Yesus
berkata, “Follow Me”, mari kita beralih dari SuperMe kepada “Follow Me”.
Tinggalkanlah cara kita sendiri dan ikutlah Yesus menuju Jalan Kehidupan.