Wednesday, 12 September 2012

DANIEL 4 - RAJA YANG SOMBONG



Pemerintahan raja Nebukadnezzar semakin kokoh dan meluas. Ia mendoakan seluruh penduduk di bawah pemerintahannya agar “kesejahteraan mereka bertambah”.  Tampaknya Nebukadnezzar peduli pada kesejahteraan rakyatnya. Ia hidup dengan tenang dan senang di istananya. Namun ia sekali lagi bermimpi dan mimpi ini kembali membuat dirinya gelisah. Tetapi kali ini dia sudah semakin manusiawi, ia tidak lagi mengeluarkan titah kepada para ahli untuk menceritakan mimpinya. Sepertinya ia sudah lebih tenang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ketika ia masih muda. Ia meminta arti dari mimpinya tetapi tidak ada yang mampu menjelaskannya. Maka Daniel kembali menolong raja dengan menjelaskan makna mimpinya.

Singkat cerita, raja memimpikan sebuah pohon yang sangat besar dimana seluruh mahkluk hidup berteduh dan mendapatkan makanan dari pohon tersebut. Tetapi kemudian muncullah seorang yang turun dari sorga dan memberikan perintah “tebanglah pohon itu tetapi sisakan tunggulnya. Dan gantikan hati manusianya dengan hati binatang!”. Daniel tercengang dan hatinya menjadi gelisah. Daniel mendoakan kiranya mimpi itu tidak menimpa raja Nebukadnezzar. Sepertinya setelah sekian tahun, persahabatan Daniel dan raja Nebukadnezzar sudah terjalin. Mereka tampak lebih dekat dan bahkan raja tidak lagi memaksa Daniel untuk menyembah para dewa Babel.

Daniel menjelaskan bahwa pohon itu adalah raja Nebukadnezzar. Ada banyak orang yang hidupnya sangat tergantung pada dia. Tetapi raja akan dihalau dari manusia dan hidup bersama binatang. Pemerintahan Nebukadnezzar akan dikembalikan setelah ia mengaku bahwa Sorgalah yang mempunyai kekuasaan. Daniel menasihati Nebukadnezzar agar dia melakukan keadilan, menunjukkan belas kasihan terhadap orang yang tertindas.

Setelah setahun, raja yang selalu mengagumi kehebatan karyanya lupa akan nasihat Daniel. Ia berkata pada dirinya sendiri, bukankah dirinya yang membangun kerajaan Babel hingga mencapai kemuliaan? Ia bangga pada kebesarannya sendiri. Dirinya yang narsis kembali berorientasi pada “the grandiose self”. Bukankah ini juga godaan setiap kita yang sudah memperoleh sedikit pencapaian? Kemudian digenapilah mimpi yang sangat menakutkan itu bahwa raja Nebukadnezzar terhalau dari antara manusia dan hidup di tengah binatang. Nebukadnezzar memakan rumput seperti lembu, rambut dan kukunya menjadi panjang. 

Mungkin penyakit yang diderita oleh Nebukadnezzar adalah penyakit lycanthropy. Orang yang menderita penyakit ini membayangkan diri sebagai binatang seperti serigala, anjing, kelinci, kucing, harimau. Pada tahun 1946 R. K. Harrison meneliti seorang pasien di rumah sakit jiwa di Inggris. Dia menemukan seorang pasien yang menderita penyakit lycanthropy. Pasien tersebut membayangkan dirinya sebagai sapi, dia memakan rumput dan minum air. Pasien tersebut memiliki kuku yang panjang serta rambut yang panjang dan kasar.

Setelah 7 tahun, Nebukadnezzar sadar dan memuji kebesaran TUHAN. Ia tidak lagi meninggikan dirinya. Ia menyadari bahwa TUHANlah yang berkuasa yang sanggup merendahkan orang yang arogan. Pencapaian, prestasi, kapabilitas, kelebihan, kesuksesan finansial memberikan perasaan berada di atas orang-orang. Mengagumi diri sendiri merupakan tindakan pengilahian diri (self-idolatry). Menurut D. A. Carson, “Idolatry is the heart of evil” karena pengilahian “degodding” dan “dethroning” God.  Hati yang sombong “mendetuhankan” Tuhan dan menurunkan Tuhan dari takhta dan menggantikannya dengan “diri sendiri” yang “grand” atau dapat disebut dengan “the grandiose self”.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12