Pemerintahan
raja Nebukadnezzar semakin kokoh dan meluas. Ia mendoakan seluruh penduduk di
bawah pemerintahannya agar “kesejahteraan
mereka bertambah”. Tampaknya Nebukadnezzar
peduli pada kesejahteraan rakyatnya. Ia hidup dengan tenang dan senang di istananya.
Namun ia sekali lagi bermimpi dan mimpi ini kembali membuat dirinya gelisah.
Tetapi kali ini dia sudah semakin manusiawi, ia tidak lagi mengeluarkan titah
kepada para ahli untuk menceritakan mimpinya. Sepertinya ia sudah lebih tenang
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ketika ia masih muda. Ia meminta
arti dari mimpinya tetapi tidak ada yang mampu menjelaskannya. Maka Daniel
kembali menolong raja dengan menjelaskan makna mimpinya.
Singkat
cerita, raja memimpikan sebuah pohon yang sangat besar dimana seluruh mahkluk
hidup berteduh dan mendapatkan makanan dari pohon tersebut. Tetapi kemudian
muncullah seorang yang turun dari sorga dan memberikan perintah “tebanglah pohon itu tetapi sisakan tunggulnya.
Dan gantikan hati manusianya dengan hati binatang!”. Daniel tercengang dan
hatinya menjadi gelisah. Daniel mendoakan kiranya mimpi itu tidak menimpa raja
Nebukadnezzar. Sepertinya setelah sekian tahun, persahabatan Daniel dan raja
Nebukadnezzar sudah terjalin. Mereka tampak lebih dekat dan bahkan raja tidak
lagi memaksa Daniel untuk menyembah para dewa Babel.
Daniel
menjelaskan bahwa pohon itu adalah raja Nebukadnezzar. Ada banyak orang yang
hidupnya sangat tergantung pada dia. Tetapi raja akan dihalau dari manusia dan
hidup bersama binatang. Pemerintahan Nebukadnezzar akan dikembalikan setelah ia
mengaku bahwa Sorgalah yang mempunyai kekuasaan. Daniel menasihati
Nebukadnezzar agar dia melakukan keadilan, menunjukkan belas kasihan terhadap orang
yang tertindas.
Setelah setahun, raja yang selalu mengagumi
kehebatan karyanya lupa akan nasihat Daniel. Ia berkata pada dirinya sendiri,
bukankah dirinya yang membangun kerajaan Babel hingga mencapai kemuliaan? Ia
bangga pada kebesarannya sendiri. Dirinya yang narsis kembali berorientasi pada
“the grandiose self”. Bukankah ini
juga godaan setiap kita yang sudah memperoleh sedikit pencapaian? Kemudian
digenapilah mimpi yang sangat menakutkan itu bahwa raja Nebukadnezzar terhalau
dari antara manusia dan hidup di tengah binatang. Nebukadnezzar memakan rumput
seperti lembu, rambut dan kukunya menjadi panjang.
Mungkin penyakit yang diderita oleh Nebukadnezzar
adalah penyakit lycanthropy. Orang yang menderita penyakit ini membayangkan
diri sebagai binatang seperti serigala, anjing, kelinci, kucing, harimau. Pada
tahun 1946 R. K. Harrison meneliti seorang pasien di rumah sakit jiwa di
Inggris. Dia menemukan seorang pasien yang menderita penyakit lycanthropy.
Pasien tersebut membayangkan dirinya sebagai sapi, dia memakan rumput dan minum
air. Pasien tersebut memiliki kuku yang panjang serta rambut yang panjang dan
kasar.
Setelah
7 tahun, Nebukadnezzar sadar dan memuji kebesaran TUHAN. Ia tidak lagi
meninggikan dirinya. Ia menyadari bahwa TUHANlah yang berkuasa yang sanggup
merendahkan orang yang arogan. Pencapaian, prestasi, kapabilitas, kelebihan,
kesuksesan finansial memberikan perasaan berada di atas orang-orang. Mengagumi
diri sendiri merupakan tindakan pengilahian diri (self-idolatry). Menurut D. A.
Carson, “Idolatry is the heart of evil”
karena pengilahian “degodding” dan “dethroning” God. Hati yang sombong “mendetuhankan” Tuhan dan
menurunkan Tuhan dari takhta dan menggantikannya dengan “diri sendiri” yang
“grand” atau dapat disebut dengan “the
grandiose self”.