Nebukadnezzar,
panglima kerajaan Babel juga dikenal sebagai raja pada masa tua pemerintahan
raja Nabopolasar ayahnya. Nebukadnezzar kemudian menjabat resmi sebagai raja
Babel setelah Nabopolasar, ayahnya wafat. Nebukadnezzar memimpin tiga kali
serangan ke Yerusalem. Serangan pertama pada tahun 605 SM, menawan raja
Yoyakim, membawa sebagian dari perkakas-perkasas Bait Allah beserta kaum
bangsawan yang masih remaja seperti Daniel dan tiga sahabatnya (2 Taw 36.5-6).
Serangan kedua pada tahun 597 SM menangkap raja Yoyakhin yang masih berumur 18
tahun dan membuang Yehezekiel (2 Taw 36.9-10). Dan Serangan ketiga pada tahun
586 SM, mengambil seluruh perkakas Bait Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan
membebaskan Yeremia dari kurungan (2 Taw 36.11-18 & Yer 40.1-6).
Dari
antara orang-orang yang ditawan ke Babel terdapat beberapa orang Yehuda yakni
Daniel dan ketiga sahabatnya. Mereka diharuskan menerima pendidikan Babel
selama 3 tahun. Di dalam Pendidikan Persiapan Kepegawaian, mereka harus
mempelajari bahasa Kasdim, sistem administrasi dan pemerintahan Babel, budaya
Babel dan tata krama kerajaan. Nama-nama mereka digantikan dengan nama baru
yang bernuasa Babel. Daniel (Tuhan adalah
Hakim) diganti menjadi Belteshazzar (pangeran
Bel), Hananiah (Yahweh Maha Pengasih)
diganti menjadi Sadrach (dicerahkan oleh
dewa matahari), Mishael (tiada Tuhan
lain selain Yahweh) diganti menjadi Meshach (siapakah dewa Venus) dan Azariah (Yahweh menolong) diganti menjadi Abednego (hamba dewa Nebo).
Penggantian
nama tidak meresahkan mereka dan mereka juga tidak menolak. Namun mereka
menolak mengkonsumsi menu kerajaan. Mereka tidak menolak dengan kasar,
melainkan mereka bernegosiasi dengan baik karena mereka juga peduli pada orang
yang bertanggungjawab atas mereka yakni pemimpin pegawai istana Babel. Sebab
apabila mereka ternyata sakit atau tampak kurang sehat, pemimpin pegawai istana
bisa dihukum oleh raja Babel. Mereka memohon
untuk mengkonsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan gandum (זרען zeraon
baca Daniel 1.12) selama 10 hari dan apabila ternyata mereka tampak sehat maka
mereka dapat melanjutkan diet tersebut. Yang mungkin menjadi pertanyaan kita
adalah mengapa mereka menolak mengkonsumsi makanan kerajaan? Apakah karena
makanan kerajaan dipersembahkan kepada dewa? Jika ya, bukankah sayur dan
buah-buahan juga mungkin dipersembahkan kepada dewa? Apakah karena makanan
kerajaan haram? Karena orang-orang Kasdim juga mengkonsumsi daging kuda. Atau
mungkinkah karena mereka ingin bersolider dengan orang-orang lain yang nasibnya
tidak sebaik mereka?
Yang
pasti, mereka menolak makanan kerajaan yang lezat dan menggiurkan. Sebenarnya
mereka bisa saja mengkonsumsinya, toh mereka sudah menerima perubahan nama dan
Pendidikan Persiapan Kepegawaian? Bukankah TUHAN tidak peduli dan membiarkan
Yerusalem hancur? Mengapa mesti tetap setia pada TUHAN atas segala sesuatu yang
baru saja terjadi pada Yerusalem dan Bait Allah? Dan mengapa harus menerima
pendidikan 3 tahun untuk bekerja bagi musuh mereka raja Nebukadnezzar?
Daniel
dan ketiga sahabatnya memahami bahwa inilah kehendak TUHAN seperti yang telah
dinubuatkan oleh nabi Yeremia (baca Yer
25:11-12 & 29.10 dan bandingkan dengan Daniel 9.24). Daniel tidak
menjalani dengan pahit sebab ia memahami bahwa inilah yang memang harus terjadi
sesuai dengan nubuat nabi Yeremia. Yang patut direnungkan adalah mengapa Daniel
menerima pendidikan Babel termasuk budaya, pakaian dan penggantian nama namun
menolak mengkonsumi makanan kerajaan? Daniel yang hidup di tengah masyarakat
pluralistik, ia mengadopsi budaya setempat, mematuhi dan bekerja untuk raja
Nebukadnezzar namun ia juga tetap setia dan tunduk pada Yang Mahatinggi dan
peduli pada sesama.