Mid Autumn Festival(中秋节 zhong qiu jie)juga dikenal sebagai “East Valentine” atau hari Kasih Sayang Timur (东方情人节 dong fang qing ren jie). Mid
Autumn Festival dirayakan pada tanggal 15 bulan ke 8 pada kalender Lunar.
Perayaan Mid Autumn Festival selalu tidak luput dari 2 items penting yakni
lentera dan kue bulan (月饼yue bing atau dalam bahasa
Hokkien Tiong Chiu Pia). Di Indonesia perayaan tersebut dikenal sebagai Cap
Goh Meh (malam tanggal 15). Cap Goh Meh
merupakan hari yang istimewa di mana orang-orang merayakan “kasih sayang” yakni
hari yang istimewa untuk dirayakan bersama dengan orang yang Anda kasihi.
Allah
adalah Kasih (1 Yoh 4.8). Sejak kejatuhan di dalam dosa, keterpisahan manusia
dengan Allah menyebabkan keterpisahan manusia dengan kasih. Sehingga kasih
mengalami degradasi menjadi “objek” yang dikejar-kejar manusia. Hal ini
disebabkan pengetahuan manusia tentang kasih mengalami distorsi. Erich Fromm di
dalam The Arts of Loving
mendemonstrasikan bahwa upaya untuk mengejar sukses dan membangun daya tarik
merupakan upaya untuk memperoleh kasih atau menjadi loveable.[1]
Jean Twenge dan Keith Cambell di dalam buku mereka The Narcissism Epidemic menyatakan bahwa narsisme merupakan
epidemik yang sudah meng-global.[2]
Di dalam diagnosa mereka, narsisme sebagai epidemik global bisa terjadi karena
budaya sekarang yang sangat menekankan pada keistimewaan diri dan mengagumi
diri sendiri secara berlebihan.[3]
Di tengah
kultur konsumerisme, kasih menjadi sesuatu yang diperdagangkan. Bisnis
memanfaatkan kesempatan hari-hari istimewa untuk menawarkan produk-produk
special, menciptakan momentum untuk meraup keuntungan melalui pemasaran
produk-produk kasih seperti gift, special
love dinner, rose, paket spa valentine, maupun penginapan hotel yang memperlakukan customer seperti VVIP. Manusia
juga mem-package dirinya semenarik mungkin untuk dipajang di etalase dengan
catatan “I am special and available,
please choose me”. Kasih yang bersifat transaksi bisnis ini berslogan, “If you love me, I will love you back”.
Di tengah budaya sensual, kasih menjadi sebuah produk yang dibeli dan
dikonsumsi. Kasih menjadi sebuah objek eksternal yang dikonsumsi oleh konsumen.
Kasih seperti ini bagaikan “zombie-love”,
kasih yang hanya memakan dan mengkonsumsi demi memuaskan diri sendiri.
Kasih Allah merupakan kasih yang diinternalisir dan bersifat proaktif. Tidak
menanti untuk dikasihi tetapi mengasihi (an
act to love). Kasih tidak bersifat pasif melainkan proaktif dan memilih
untuk mengasihi atau “love is not an
option but a choice”. Kasih, komitmen dan loyalitas merupakan sebuah pilihan. Sehingga kasih yang sejati
tidak membutuhkan alasan tetapi sebuah pilihan yang menyatakan, “I love you because I choose to love you”
(no other reasons needed). Kasih tidak membenci, tidak mencurigai, tidak
membelenggu, tidak menyimpan kepahitan, tidak egosentris, tidak narsis, tidak
hedonistik melainkan mengampuni, mengayomi, membebaskan dan memberikan penyegaran
dan keceriaan sebab kasih merupakan vitamin kehidupan.