Saturday, 1 September 2012

DANIEL 3 - RAJA YANG NARSIS


Nebukadnezzar tidak dapat menampilkan dirinya di Youtube, Facebook maupun Myspace. Ia juga tidak dapat menyebarkan berita kehebatannya melalui BBC ataupun CNN. Akan tetapi ia memperoleh inspirasi dari mimpi sebelumnya. Ia mendirikan sebuah patung yang tinggi di dataran Dura di propinsi Babel dan memerintahkan para menteri, pajabat, anggota militer kerajaan untuk menyatakan kesetiaan mereka pada dirinya melalui penyembahan pada patung yang telah ia buat.

Setelah kenaikan jabatan, Daniel sudah berpisah dengan ketiga sahabatnya. Kemungkinan besar posisi Daniel jauh dari Dura atau karena tugas kerajaan sehingga ia tidak perlu hadir dalam acara besar tersebut. Sadrakh, Meshakh dan Abednego yang juga setia pada raja Nebukadnezzar, walaupun sudah mengetahui akan perintah raja, mereka tetap saja menghadiri upacara tersebut untuk menyatakan kesetiaan mereka terhadap raja. Namun demikian, loyalitas mereka terhadap Yang Mahatinggi tidak dapat diragukan lagi ketika mereka tidak menyembah patung raja. Perbuatan mereka seharusnya bisa berlalu begitu saja sebab raja tidak mengetahui bahwa mereka tidak sujud menyembah. Tetapi seperti biasanya ada orang-orang yang iri hati yang kemudian melaporkan ketiga orang ini kepada raja Nebukadnezzar. Akan tetapi sepertinya raja lebih percaya kepada mereka daripada orang-orang yang melaporkan mereka sehingga raja bertanya, “Apakah benar, kalian tidak menyembah…?” Raja mengenal mereka dan memberikan mereka kesempatan kedua. Mungkin raja mengingat bahwa ketiga orang ini adalah sahabat baik Daniel dan sekaligus asset yang sangat berharga bagi kerajaannya oleh karena kebijaksanaan, integritas dan loyalitas orang-orang ini. Namun raja juga terdesak dan dipojokkan oleh perintahnya sendiri. Inilah kenapa sebagian besar para pemimpin juga seringkali terjepit oleh kebijakan atau sistem mereka sendiri. Maka satu-satunya solusi untuk menyelamatkan mereka adalah memberikan mereka kesempatan kedua untuk sujud menyembah dan kemudian mereka dapat dibebaskan.

Sadrakh, Meshakh dan Abednego menganut spiritualitas “tetapi seandainya tidak”. Sebab mereka berkata, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (ayat 18). Spiritualitas “tetapi seandainya tidak” adalah tetap setia walaupun tidak ditolong, tidak sembuhkan, tidak lulus ujian, tidak mendapatkan pasangan hidup, tidak memperoleh apa yang diinginkan.

Pemimpin yang egonya kuat cenderung mudah marah dan mudah tersinggung. Karena marah, raja memerintahkan perapian dipanaskan hingga maksimal, mengikat ketiga orang ini dan melemparkan mereka ke dalam perapian. Raja terheran-heran karena tiga orang yang dimasukkan ke dalam perapian tetapi kenapa terlihat empat orang di dalam perapian? TUHAN tidak menyelamatkan mereka dari perapian, TUHAN tidak menghentikan kekejian para orang yang melapor maupun kekejaman raja yang narsis. Tetapi TUHAN “hadir” bersama mereka di dalam perapian. TUHAN tidak meniadakan penderitaan. TUHAN tidak menghabisi orang-orang yang berniat jahat. TUHAN tidak membuang ancaman tetapi TUHAN “menyertai” di tengah penderitaan, di tengah dukacita, di tengah kekecewaan, di tengah sakit hati.






Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12