Expandable 2 (2012) termasuk salah satu film yang
menimba banyak kritikan oleh karena alur ceritanya yang mudah ditebak dan
dialog yang terlalu dipaksakan untuk tampil lucu tapi monoton dan dull. Sebagian pengkritik mengatakan
bahwa film Expendable memang expendable
(dapat disingkirkan). Maklumlah,
sebab film ini masih ala “Rambo”. Berilah kesempatan bagi Sylvester Stallone
untuk berkarya dan mengekspresikan diri.
Apabila dibandingkan dengan film seri Rambo,
perbedaan drastis terletak pada “heroisme”. Film Rambo maupun banyak film-film
aksi lainnya cenderung bersifat “individualist” atau berorientasi “single-fighter”.
Sedangkan Expandable berusaha untuk menampilkan “teamwork” dan “kolegalitas”
dalam menjalani sebuah misi. Yang pasti, film tersebut menciptakan kesempatan
pembelajaran yang baru serta memberikan pengalaman baru bagi para aktor keras
berat.
Film Rambo sangat menitikberatkan “Amerikanisme” atau “pahlawan Amerika”
akan tetapi film ini sudah mengalami perubahan. Di bawah pengaruh globalisasi,
film ini mendemonstrasikan kolaborasi tingkat internasional. Secara menarik
ditampilkan pada saat tim Barney memperkenalkan timnya yang berasal dari kebangsaan
yang berbeda. Sepertinya Expendable merupakan upaya Sylvester Stallone dalam
refleksi diri. Apabila kita membandingkan Expendable 2 dengan Expandable 1,
kita akan menemukan bahwa Stallone menerima masukan dan melakukan perbaikan.
Ia menyadari keterbatasan dirinya sehingga ia tidak lagi menyutradai dan menyerahkannya kepada Simon West. Di zaman ini, tidak banyak orang yang bersedia menerima masukan dan memperbaiki diri.
Mengapa kita tidak memberikan kesempatan bagi orang yang bersedia memperbaiki
diri?