Penglihatan
Daniel 8 ini menyebabkan Daniel jatuh sakit selama beberapa hari (ayat 27).
Daniel melihat kambing jantan menabrak domba jantan dengan keras sehingga domba
jantan menjadi tidak berdaya, terhempas dan kemudian diinjak-injak. Penglihatan yang
tampaknya sangat sadis dan berdarah-darah. Tidak sulit untuk memahami makna
dari penglihatan Daniel sebab Gabriel menjelaskan artinya. Domba jantan adalah
aliansi raja-raja Media dan Persia sedangkan kambing jantan merupakan raja
negeri Yunani (ayat 20).
Daniel
melihat penglihatan ini pada tahun pemerintahan ketiga raja Belsyazar yakni
sekitar tahun 522 SM. Diperkirakan Daniel berumur sekitar 70 tahun pada saat
itu. Pada masa pemerintahan Belsyazar, raja Cyrus sedang bersiap-siap untuk
menyerang Babel. Setelah kematian Nebukadnezzar, Babel terus mengalami
kemunduran. Pembangunan yang dilakukan Nebukadnezzar secara besar-besar juga
menyebabkan inflasi yang parah. Pada masa pemerintahan Nabonidus, ia memimpin
pasukan ke Palestina dan bagian utara Arabia dan menyerahkan pemerintahan Babel
kepada Belsyazar. Cyrus menyerang Babel dan menaklukkannya pada tanggal 12
Oktober 539 SM. (http://www.pre-trib.org/data/pdf/Missler-TheFallofBabylonVers.pdf
akses pada tanggal 25 September 2012).
Alexander Agung, raja Yunani (kambing jantan) bergerak dengan kecepatan tinggi (tanpa menginjak bumi dalam penglihatan
Daniel). Alexander lahir pada tahun 356 SM. Ia belajar dari Aristoteles. Ia
menjadi raja pada umur 20 tahun. Pada umur 21 tahun ia menyerang Persia.
Pada saat yang sama ia mengalahkan Asia kecil.
Pada umur 25 tahun, dia menguasai Media-Persia. Pada umur 28 tahun dia menguasai
seluruh Timur Tengah. Alexander menyerang kerajaan Media-Persia dengan ganas
dengan tujuan untuk membalas dendam atas serangan yang pernah dilakukan oleh
Media-Persia di kampung halamannya. Ketika Alexander wafat, ia meninggalkan 2
orang putra yang kemudian mati terbunuh. Kerajaannya diambil alih oleh 4 orang
militer Yunani yang kemudian terpecah menjadi 4 kerajaan.
Kemudian sebuah tanduk kecil muncul dari salah
satu tanduk kambing jantan. Orang ini adalah raja Antiochus IV (175-163 SM). Ia
menyerang Mesir, Persia, Parthia, Armenia dan Tanah Indah (Palestina).
Palestina disebut Tanah Indah (11:16, 41; Yer 3:19). Ketika Antiochus IV
menyerang Yerusalem, ia membunuh 80,000 orang yang terdiri dari pria, wanita,
anak-anak dan bayi. Dia juga mendirikan kuil Zeus. Dia juga melarang
penyembahan terhadap Yahweh. Dia menentang Yahweh dan penyembah Yahweh. Dia
membakar kitab-kitab suci dan barangsiapa ditemui memiliki kitab suci akan
dihukum mati. Menurut dia, dia dan dewa-dewanya lebih hebat daripada Yahweh. Peristiwa
ini terjadi selama 2300 hari yakni sekitar 6 tahun 4 bulan.
Tanduk yang kecil yang kemudian menjadi besar,
menginjak-injak, menentang Panglima bala tentara, menentang ibadah kepada Yang
Mahatinggi dan membinasakan orang-orang kudus. Gambaran seperti ini masih
terjadi di zaman sekarang. Yakni orang-orang yang menyombongkan diri, menentang
TUHAN dan melakukan tindakan kekerasan menyiksa dan melarang ibadah orang-orang
kudus. “Tanduk yang kecil” ini tidak mengenal toleransi beragama oleh karena
arogansinya.
“Tanduk yang kecil” juga menggambarkan orang-orang yang memperoleh kursi kekuasaan dan menjadi semakin berkuasa. Dirinya dikuasai ego untuk menjadi semakin besar dan berupaya untuk menyusahkan orang-orang kudus. Mereka menikmati penindasan pada orang-orang kudus sebab perasaan berhasil menaklukkan memuaskan ego mereka. Narsisme di dalam diri mereka haus akan pengakuan dan sanjungan. Perasaan berkuasa (sovereign) sangat penting sebab perasaan demikian menjadikan mereka semakin eksis. Mereka hidup dengan mengkonsumsi sanjungan, pengakuan, pujian dan perasaan menaklukkan yang lemah. Tanduk yang kecil meremehkan setiap orang dan menganggap hanya dirinya yang paling “superior”. Superioritas menjadi kepuasaan yang sangat menggembirakan tanduk yang kecil. Tanduk kecil menggunakan “penipuan”, membesarkan diri dalam hatinya dan membinasakan orang-orang kudus. Karena kecerdasan mereka, penipuan mereka selalu berhasil (ayat 25a). Penyiksaan tanduk kecil menyebabkan orang-orang kudus harus berdoa, “Oh TUHAN, selamatkanlah kami dari tanduk kecil. Oh, TUHAN, berapa lama lagi kami harus menderita?” Orang-orang kudus menjadi lelah dan jatuh sakit. Tetapi TUHAN berjanji bahwa tanpa perbuatan tangan manusia, tanduk kecil akan dihancurkan (ayat 25b).
“Tanduk yang kecil” juga menggambarkan orang-orang yang memperoleh kursi kekuasaan dan menjadi semakin berkuasa. Dirinya dikuasai ego untuk menjadi semakin besar dan berupaya untuk menyusahkan orang-orang kudus. Mereka menikmati penindasan pada orang-orang kudus sebab perasaan berhasil menaklukkan memuaskan ego mereka. Narsisme di dalam diri mereka haus akan pengakuan dan sanjungan. Perasaan berkuasa (sovereign) sangat penting sebab perasaan demikian menjadikan mereka semakin eksis. Mereka hidup dengan mengkonsumsi sanjungan, pengakuan, pujian dan perasaan menaklukkan yang lemah. Tanduk yang kecil meremehkan setiap orang dan menganggap hanya dirinya yang paling “superior”. Superioritas menjadi kepuasaan yang sangat menggembirakan tanduk yang kecil. Tanduk kecil menggunakan “penipuan”, membesarkan diri dalam hatinya dan membinasakan orang-orang kudus. Karena kecerdasan mereka, penipuan mereka selalu berhasil (ayat 25a). Penyiksaan tanduk kecil menyebabkan orang-orang kudus harus berdoa, “Oh TUHAN, selamatkanlah kami dari tanduk kecil. Oh, TUHAN, berapa lama lagi kami harus menderita?” Orang-orang kudus menjadi lelah dan jatuh sakit. Tetapi TUHAN berjanji bahwa tanpa perbuatan tangan manusia, tanduk kecil akan dihancurkan (ayat 25b).