Friday 28 September 2012

RUT 3 - BERPROAKTIF MEMPEROLEH CINTA



Apabila Anda memutuskan untuk mengasihi seseorang, apa yang Anda lakukan? Apakah menjadikan diri kita dapat dicintai (lovable) untuk memperoleh cinta darinya? Atau menantikan cintanya siang dan malam? Tindakan Rut sangat ekstrem apalagi di zamannya dimana wanita semestinya lebih pasif soal cinta. Saya tidak memahami mengapa mertuanya, Naomi tidak langsung saja menemui Boas dan membicarakan pernikahan Rut melainkan ia meminta Rut yang berproaktif menemui Boas. Bukankah termasuk hal yang lazim di zaman dahulu kala bagi orangtua untuk membicarakan pernikahan anaknya?

Naomi juga memperhatikan kesejahteraan Rut. Ia bukan orang yang egois, ia peduli. Sepertinya Naomi mengerti kejiwaan Boas. Apakah Naomi bisa membaca orang? Kesan yang saya dapat dari bacaan Rut 3 adalah Naomi mampu membaca Boas dengan tepat. Naomi berkata, “Maka ia (Boas) akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.” (ayat 4). Setelah Rut pulang Naomi berkata, “Duduk, sajalah menanti, anakkku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga” (ayat 18). Sepertinya Naomi mengerti psikologi dan mampu membaca orang.

Rut berdandan dan mengenakan pakaian terbaiknya. Selain mempertandakan tindakan untuk mengakhiri masa perkabungannya, perbuatan Rut juga secara implisit menyatakan pentinganya penampilan seseorang. Akan tetapi kita harus membedakan memperhatikan penampilan karena menghargai dan mempresentasikan diri kita yang terbaik dengan memperhatikan penampilan secara berlebihan yang bersifat narsistik. Orang narsistik secara excessive memperhatikan penampilan diri karena ia mengharapkan sanjungan dan sorotan. Kehampaan dirinya (the empty-self) memotivasi dirinya untuk menampilkan dirinya demi memenuhi kebutuhan egonya. Memperhatikan penampilan diri secara wajar yakni mempresentasikan diri secara serasi dan sopan sehingga memberikan kenyamanan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan kita merupakan hal yang berbeda. Perbedaan utama terletak pada orientasi, yang pertama lebih bersifat narcissism oriented sedangkan yang kedua bersifat appreciative-oriented. Yang pertama bertujuan untuk mencapai self-aggrandizement sedangkan yang kedua menghargai diri sendiri sebagai ciptaan yang mulia, dengan hati yang bersyukur dan appreciative memberikan kenyamanan bagi orang lain (tidak ego-centris).

Tindakan Rut benar-benar sangat ekstrim dan beresiko menjadi gossip masyarakat sekitar. Pertama, dia berangkat di tengah malam. Yang kedua, berpakaian cantik dan memakai perfume di tengah malam. Yang ketiga, ia berangkat ke tempat pengirikan. Tempat pengirikan merupakan tempat kesukaan para pelacur untuk mendapatkan pelanggan di malam hari (baca Hosea 9.1). Bukankah ini perbuatan yang sangat berani dan terkesan “gila”? Bagaimana seandainya dilihat orang? Bukankah reputasinya akan segera hancur? Orang-orang bijak akan menasihati Rut “Jangan lakukan itu! Biarlah mertua mu saja yang membicarakannya dengan Boas. Kalau memang mau ketemu Boas sendiri, berangkatlah di siang hari.”

Lebih ekstrim lagi, setiba di tempat pengirikan, Rut menyingkap selimut dari kaki Boas. Kata kaki “margolet” diterjemahkan sebagai “paha” di Kitab Daniel 10:6. Dan kemudian Rut berbaring di situ. It is insane! Orang-orang yang sangat menjunjung tinggi dan super rohani akan mengatakan, “Oh, itu tidak benar. Itu amoral!”

Boas terbangun dan terkejut ternyata ada seorang wanita tidur di samping kakinya. Mungkin karena gelap, ia tidak dapat melihat Rut dengan jelas dan bertanya “siapakah engkau ini?”. Kemudian Rut menjawab, “Aku Rut, hambamu”. Boas tidak menegur Rut dan memakinya. Kemudian Rut berkata, “Kembangkanlah sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah kaum yang wajib menebus kami”. Rut minta dinikahi dengan “levirate marriage” (baca Ulangan 25.5-10).

Tindakan Rut merupakan tindakan yang proaktif di dalam memperoleh cinta. Ia tidak menanti, ia tidak tinggal diam melainkan ia berinisiatif bertindak. She had the courage to take action! Dia memperjuangkannya. Boas tidak menolak, sepertinya Boas juga tertarik dengan Rut, mungkin karena umurnya yang lebih tua sehingga ia tidak percaya diri untuk berinisiatif. Saya tidak tahu, Boas terkesen pasif dan pemalu. Boas adalah seorang gentleman. Ia meminta Rut untuk bangun pagi-pagi sebelum terang demi melindungi reputasi Rut. Ia tidak ingin Rut menjadi bahan pembicara kota Betlehem. Dan ia berjanji akan mengurus pernikahan ini secara legal. 

Saya yakin bahkan di zaman sekarang, tidak setiap orang dapat menerima perbuatan Rut. Pasti akan dianggap terlalu berani, terlalu ekstrim, terlalu agresif, bodoh, tidak bermoral, aneh, gila. Seringkali kita terjebak oleh “farisisme”, “jangan ini, tidak boleh itu” dan meninggalkan prinsip-prinsip spiritual. Kita bersembunyi di balik “aturan” dan meninggalkan “spirit” yang melandasi aturan. Semoga kisah cinta Rut yang berproaktif memperoleh cinta menjadi renungan yang sangat berharga bagi setiap kita.

DEBORA & BARAK



Debora (berarti lebah) terkenal sebagai nabiah yang duduk di bawah pohon korma. Apa kata yang cocok untuk mendeskrisipsikan Debora? Tenang, bijak, solitusi, atau di dalam bahasa Inggris “Serenity” dan “Tranquility”? Hubungan Debora dengan TUHAN terjalin dengan baik sehingga memberikan dia keyakinan dan ketenangan di dalam perlindungan TUHAN. Dengan bijak, ia melayani umat Israel sebagai hakim. Ketika menghadapi ancaman serangan dari pasukan Sisera yang secara kuantitas lebih banyak dan secara teknologi juga lebih canggih, ia sama sekali tidak goyah dan tidak takut. Ia menghadapinya dengan penuh keyakinan.

Barak (berarti petir) termasuk pemimpin besar yang namanya juga tercatat di kitab Ibrani (11.32). Peristiwa ini menggambarkan Barak yang tidak berani maju apabila tidak ditemani Debora. Mungkin karena dia tidak percaya diri dan dia tidak yakin akan adanya penyertaan TUHAN. Tetapi dia menyadari penyertaan TUHAN pada diri Debora sehingga ia berharap Debora turut hadir.

Peperangan melawan Sisera termasuk peperangan yang besar sehingga juga tercatat di Mazmur 83.10. Di dalam peperangan ini, TUHAN menggunakan strategi perang. Strategi perang yang dideploy di sini sangat menarik. TUHAN memerintah Barak untuk meminpin 10,000 pasukan dan menunggu (ambush) di gunung Tabor. Tindakan penyergapan (ambush) di gunung Tabor merupakan strategi perang yang hebat yakni mengambil posisi lebih tinggi. Strategi ini sangat ampuh untuk melawan kereta besi Sisera. Mengambil posisi lebih tinggi juga merupakan salah satu strategi perang yang diterapkan oleh Sun Tzi (544-496 SM), ahli strategi perang di China pada zaman dinasti yang terkenal sebagai penulis The Art of War. Debora akan mengumpan angkatan perang Sisera dan menuntun mereka menuju sungai Kison.

Yang lebih menarik adalah Sisera berhasil diumpan menuju gunung Tabor. Mengapa Sisera tidak terpikir bahwa 900 kereta besinya tidak efektif untuk menyerang pasukan Barak yang berada di atas gunung? Mereka juga menggunakan sungai Kison untuk menghanyutkan musuh (Hak 5.21). Saya jadi teringat strategi perang yang digunakan Guan Yu untuk mengalahkan Cao Ren di benteng Fan Chen (Kisah Tiga Kerajaan). Guan Yu membendung sungai di tengah hujan deras dan kemudian membanjiri benteng Fan Chen. Apakah Barak menggunakan strategi yang sama? Saya tidak tahu, tetapi yang jelas sungai Kison ini dimanfaatkan untuk menghanyutkan musuh. 

Mengapa Sisera tidak sadar bahwa dirinya akan dijebak? Apakah kesombongan dia telah mengkelabui dirinya? Sebab ia telah menindas orang Israel selama 20 tahun. Dan dia terkenal atas pasukan kereta besinya. Jadi pada hari itu, ia dengan hati yang menggebu-gebu hendak melenyapkan pasukan Barak. Di luar dugaannya, ia malah terjebak di sungai Kison. Hujan yang turun pada hari itu (Hak 5.4) pasti semakin mempersulit pergerakan kereta besi Sisera. Apalagi harus melawan pasukan Israel yang berada di atas gunung. Maka pada hari itu, ia mengalami kekalahan yang sangat fatal sehingga ia harus melarikan diri.

Semestinya kehormatan diperuntukkan bagi Barak, namun karena ketidakyakinan dirinya serta spiritualitas dia yang rapuh. Spiritualitasnya tidak memiliki fondasi yang dibangun pada hubungan yang dekat dengan TUHAN melainkan ia lebih membangun imannya pada diri orang lain yakni Debora. Oleh sebab itu, ia tidak dapat menyakini penyertaan TUHAN pada dirinya. Sehingga kehormatan tersebut diberikan kepada seorang perempuan yang bernama Yael. Iman di dalam TUHAN tidak dapat dibangun pada diri orang lain. Hubungan yang dekat dengan TUHAN harus terjalin di dalam Dia dan bukan melalui orang lain. Hubungan yang dekat dengan TUHAN memberikan ketenangan jiwa sehingga seseorang dapat hidup di dalam serenity dan tranquility di tengah krisis dan badai.

Wednesday 26 September 2012

KASIH ITU PROAKTIF


Mid Autumn Festival(中秋节 zhong qiu jiejuga dikenal sebagai “East Valentine” atau hari Kasih Sayang Timur (东方情人节 dong fang qing ren jie). Mid Autumn Festival dirayakan pada tanggal 15 bulan ke 8 pada kalender Lunar. Perayaan Mid Autumn Festival selalu tidak luput dari 2 items penting yakni lentera dan kue bulan (月饼yue bing atau dalam bahasa Hokkien Tiong Chiu Pia). Di Indonesia perayaan tersebut dikenal sebagai Cap Goh Meh (malam tanggal 15). Cap Goh Meh merupakan hari yang istimewa di mana orang-orang merayakan “kasih sayang” yakni hari yang istimewa untuk dirayakan bersama dengan orang yang Anda kasihi.

Allah adalah Kasih (1 Yoh 4.8). Sejak kejatuhan di dalam dosa, keterpisahan manusia dengan Allah menyebabkan keterpisahan manusia dengan kasih. Sehingga kasih mengalami degradasi menjadi “objek” yang dikejar-kejar manusia. Hal ini disebabkan pengetahuan manusia tentang kasih mengalami distorsi. Erich Fromm di dalam The Arts of Loving mendemonstrasikan bahwa upaya untuk mengejar sukses dan membangun daya tarik merupakan upaya untuk memperoleh kasih atau menjadi loveable.[1] Jean Twenge dan Keith Cambell di dalam buku mereka The Narcissism Epidemic menyatakan bahwa narsisme merupakan epidemik yang sudah meng-global.[2] Di dalam diagnosa mereka, narsisme sebagai epidemik global bisa terjadi karena budaya sekarang yang sangat menekankan pada keistimewaan diri dan mengagumi diri sendiri secara berlebihan.[3]

Di tengah kultur konsumerisme, kasih menjadi sesuatu yang diperdagangkan. Bisnis memanfaatkan kesempatan hari-hari istimewa untuk menawarkan produk-produk special, menciptakan momentum untuk meraup keuntungan melalui pemasaran produk-produk kasih seperti gift, special love dinner, rose, paket spa valentine, maupun penginapan hotel yang memperlakukan customer seperti VVIP. Manusia juga mem-package dirinya semenarik mungkin untuk dipajang di etalase dengan catatan “I am special and available, please choose me”. Kasih yang bersifat transaksi bisnis ini berslogan, “If you love me, I will love you back”. Di tengah budaya sensual, kasih menjadi sebuah produk yang dibeli dan dikonsumsi. Kasih menjadi sebuah objek eksternal yang dikonsumsi oleh konsumen. Kasih seperti ini bagaikan “zombie-love”, kasih yang hanya memakan dan mengkonsumsi demi memuaskan diri sendiri.

Kasih Allah merupakan kasih yang diinternalisir dan bersifat proaktif. Tidak menanti untuk dikasihi tetapi mengasihi (an act to love). Kasih tidak bersifat pasif melainkan proaktif dan memilih untuk mengasihi atau “love is not an option but a choice”. Kasih, komitmen dan loyalitas merupakan  sebuah pilihan. Sehingga kasih yang sejati tidak membutuhkan alasan tetapi sebuah pilihan yang menyatakan, “I love you because I choose to love you” (no other reasons needed). Kasih tidak membenci, tidak mencurigai, tidak membelenggu, tidak menyimpan kepahitan, tidak egosentris, tidak narsis, tidak hedonistik melainkan mengampuni, mengayomi, membebaskan dan memberikan penyegaran dan keceriaan sebab kasih merupakan vitamin kehidupan.


Tasikmalaya, 26 September 2012

[1] Fromm, Erich, The Art of Loving, (NY: Harper Perennial, 2006)pp. 1-2
[2] Twenge, Jean & Campbell, Keith, The Narcissism Epidemic: Living in the Age of Entitlement, (NY: Free Press, 2009), p. 230.
[3] Ibid, pp.13-7

Tuesday 25 September 2012

DANIEL 8 - AROGANSI DAN KEKEJAMAN SI TANDUK KECIL


Penglihatan Daniel 8 ini menyebabkan Daniel jatuh sakit selama beberapa hari (ayat 27). Daniel melihat kambing jantan menabrak domba jantan dengan keras sehingga domba jantan menjadi tidak berdaya, terhempas dan kemudian diinjak-injak. Penglihatan yang tampaknya sangat sadis dan berdarah-darah. Tidak sulit untuk memahami makna dari penglihatan Daniel sebab Gabriel menjelaskan artinya. Domba jantan adalah aliansi raja-raja Media dan Persia sedangkan kambing jantan merupakan raja negeri Yunani (ayat 20).

Daniel melihat penglihatan ini pada tahun pemerintahan ketiga raja Belsyazar yakni sekitar tahun 522 SM. Diperkirakan Daniel berumur sekitar 70 tahun pada saat itu. Pada masa pemerintahan Belsyazar, raja Cyrus sedang bersiap-siap untuk menyerang Babel. Setelah kematian Nebukadnezzar, Babel terus mengalami kemunduran. Pembangunan yang dilakukan Nebukadnezzar secara besar-besar juga menyebabkan inflasi yang parah. Pada masa pemerintahan Nabonidus, ia memimpin pasukan ke Palestina dan bagian utara Arabia dan menyerahkan pemerintahan Babel kepada Belsyazar. Cyrus menyerang Babel dan menaklukkannya pada tanggal 12 Oktober 539 SM. (http://www.pre-trib.org/data/pdf/Missler-TheFallofBabylonVers.pdf akses pada tanggal 25 September 2012).

Alexander Agung, raja Yunani (kambing jantan) bergerak dengan kecepatan tinggi (tanpa menginjak bumi dalam penglihatan Daniel). Alexander lahir pada tahun 356 SM. Ia belajar dari Aristoteles. Ia menjadi raja pada umur 20 tahun. Pada umur 21 tahun ia menyerang Persia. Pada saat yang sama ia mengalahkan Asia kecil. Pada umur 25 tahun, dia menguasai Media-Persia. Pada umur 28 tahun dia menguasai seluruh Timur Tengah. Alexander menyerang kerajaan Media-Persia dengan ganas dengan tujuan untuk membalas dendam atas serangan yang pernah dilakukan oleh Media-Persia di kampung halamannya. Ketika Alexander wafat, ia meninggalkan 2 orang putra yang kemudian mati terbunuh. Kerajaannya diambil alih oleh 4 orang militer Yunani yang kemudian terpecah menjadi 4 kerajaan.

Kemudian sebuah tanduk kecil muncul dari salah satu tanduk kambing jantan. Orang ini adalah raja Antiochus IV (175-163 SM). Ia menyerang Mesir, Persia, Parthia, Armenia dan Tanah Indah (Palestina). Palestina disebut Tanah Indah (11:16, 41; Yer 3:19). Ketika Antiochus IV menyerang Yerusalem, ia membunuh 80,000 orang yang terdiri dari pria, wanita, anak-anak dan bayi. Dia juga mendirikan kuil Zeus. Dia juga melarang penyembahan terhadap Yahweh. Dia menentang Yahweh dan penyembah Yahweh. Dia membakar kitab-kitab suci dan barangsiapa ditemui memiliki kitab suci akan dihukum mati. Menurut dia, dia dan dewa-dewanya lebih hebat daripada Yahweh. Peristiwa ini terjadi selama 2300 hari yakni sekitar 6 tahun 4 bulan.

Tanduk yang kecil yang kemudian menjadi besar, menginjak-injak, menentang Panglima bala tentara, menentang ibadah kepada Yang Mahatinggi dan membinasakan orang-orang kudus. Gambaran seperti ini masih terjadi di zaman sekarang. Yakni orang-orang yang menyombongkan diri, menentang TUHAN dan melakukan tindakan kekerasan menyiksa dan melarang ibadah orang-orang kudus. “Tanduk yang kecil” ini tidak mengenal toleransi beragama oleh karena arogansinya.

“Tanduk yang kecil” juga menggambarkan orang-orang yang memperoleh kursi kekuasaan dan menjadi semakin berkuasa. Dirinya dikuasai ego untuk menjadi semakin besar dan berupaya untuk menyusahkan orang-orang kudus. Mereka menikmati penindasan pada orang-orang kudus sebab perasaan berhasil menaklukkan memuaskan ego mereka. Narsisme di dalam diri mereka haus akan pengakuan dan sanjungan. Perasaan berkuasa (sovereign) sangat penting sebab perasaan demikian menjadikan mereka semakin eksis. Mereka hidup dengan mengkonsumsi sanjungan, pengakuan, pujian dan perasaan menaklukkan yang lemah. Tanduk yang kecil meremehkan setiap orang dan menganggap hanya dirinya yang paling “superior”. Superioritas menjadi kepuasaan yang sangat menggembirakan tanduk yang kecil. Tanduk kecil menggunakan “penipuan”, membesarkan diri dalam hatinya dan membinasakan orang-orang kudus. Karena kecerdasan mereka, penipuan mereka selalu berhasil (ayat 25a). Penyiksaan tanduk kecil menyebabkan orang-orang kudus harus berdoa, “Oh TUHAN, selamatkanlah kami dari tanduk kecil. Oh, TUHAN, berapa lama lagi kami harus menderita?” Orang-orang kudus menjadi lelah dan jatuh sakit. Tetapi TUHAN berjanji bahwa tanpa perbuatan tangan manusia, tanduk kecil akan dihancurkan (ayat 25b).

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12