Wednesday 26 September 2012

KASIH ITU PROAKTIF


Mid Autumn Festival(中秋节 zhong qiu jiejuga dikenal sebagai “East Valentine” atau hari Kasih Sayang Timur (东方情人节 dong fang qing ren jie). Mid Autumn Festival dirayakan pada tanggal 15 bulan ke 8 pada kalender Lunar. Perayaan Mid Autumn Festival selalu tidak luput dari 2 items penting yakni lentera dan kue bulan (月饼yue bing atau dalam bahasa Hokkien Tiong Chiu Pia). Di Indonesia perayaan tersebut dikenal sebagai Cap Goh Meh (malam tanggal 15). Cap Goh Meh merupakan hari yang istimewa di mana orang-orang merayakan “kasih sayang” yakni hari yang istimewa untuk dirayakan bersama dengan orang yang Anda kasihi.

Allah adalah Kasih (1 Yoh 4.8). Sejak kejatuhan di dalam dosa, keterpisahan manusia dengan Allah menyebabkan keterpisahan manusia dengan kasih. Sehingga kasih mengalami degradasi menjadi “objek” yang dikejar-kejar manusia. Hal ini disebabkan pengetahuan manusia tentang kasih mengalami distorsi. Erich Fromm di dalam The Arts of Loving mendemonstrasikan bahwa upaya untuk mengejar sukses dan membangun daya tarik merupakan upaya untuk memperoleh kasih atau menjadi loveable.[1] Jean Twenge dan Keith Cambell di dalam buku mereka The Narcissism Epidemic menyatakan bahwa narsisme merupakan epidemik yang sudah meng-global.[2] Di dalam diagnosa mereka, narsisme sebagai epidemik global bisa terjadi karena budaya sekarang yang sangat menekankan pada keistimewaan diri dan mengagumi diri sendiri secara berlebihan.[3]

Di tengah kultur konsumerisme, kasih menjadi sesuatu yang diperdagangkan. Bisnis memanfaatkan kesempatan hari-hari istimewa untuk menawarkan produk-produk special, menciptakan momentum untuk meraup keuntungan melalui pemasaran produk-produk kasih seperti gift, special love dinner, rose, paket spa valentine, maupun penginapan hotel yang memperlakukan customer seperti VVIP. Manusia juga mem-package dirinya semenarik mungkin untuk dipajang di etalase dengan catatan “I am special and available, please choose me”. Kasih yang bersifat transaksi bisnis ini berslogan, “If you love me, I will love you back”. Di tengah budaya sensual, kasih menjadi sebuah produk yang dibeli dan dikonsumsi. Kasih menjadi sebuah objek eksternal yang dikonsumsi oleh konsumen. Kasih seperti ini bagaikan “zombie-love”, kasih yang hanya memakan dan mengkonsumsi demi memuaskan diri sendiri.

Kasih Allah merupakan kasih yang diinternalisir dan bersifat proaktif. Tidak menanti untuk dikasihi tetapi mengasihi (an act to love). Kasih tidak bersifat pasif melainkan proaktif dan memilih untuk mengasihi atau “love is not an option but a choice”. Kasih, komitmen dan loyalitas merupakan  sebuah pilihan. Sehingga kasih yang sejati tidak membutuhkan alasan tetapi sebuah pilihan yang menyatakan, “I love you because I choose to love you” (no other reasons needed). Kasih tidak membenci, tidak mencurigai, tidak membelenggu, tidak menyimpan kepahitan, tidak egosentris, tidak narsis, tidak hedonistik melainkan mengampuni, mengayomi, membebaskan dan memberikan penyegaran dan keceriaan sebab kasih merupakan vitamin kehidupan.


Tasikmalaya, 26 September 2012

[1] Fromm, Erich, The Art of Loving, (NY: Harper Perennial, 2006)pp. 1-2
[2] Twenge, Jean & Campbell, Keith, The Narcissism Epidemic: Living in the Age of Entitlement, (NY: Free Press, 2009), p. 230.
[3] Ibid, pp.13-7

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12