Daniel Pasal 4 mengisahkan Raja Nebukadnezar adalah seorang yang sangat berhasil. Sebagai negara adidaya saat itu, bangsa-bangsa takut sama dia. Kekuatan militernya ditakuti. Proyek pembangunannya sangat dikagumi. TUHAN memperingatkan Nebukadnezar akan kesombonganya melalui mimpi. Daniel juga mengartikan mimpinya kepada Nebukadnezar dengan nasihat untuk tidak menjadi sombong. Namun baru lewat setahun, Nebudkadnezar sudah lupa akan peringatan tersebut dan dia menjadi sombong. TUHAN menghukum Nebukadnezar sehingga dia menjadi sakit jiwa selama 7 tahun.
Daniel Pasal 3 mengisahkan 3 pemuda yang bekerja di bawah penguasa Babel, raja Nebukadnezar. Setiap orang di bawah pemerintahan Babel harus sujud menyembah kepada patung emas yang tinggi yang merupakan simbol kesuksesan Nebukadnezar. Barangsiapa yang menolak menyembahnya akan dihukum mati dengan dilemparkan ke dalam perapian. Tiga pemuda tersebut menolak sujud menyembah patung tersebut meskipun mereka setia pada Nebukadnezar. Mereka hari-hari bekerja dengan berintegritas di bawah pemerintahan raja Babel, tetapi mereka tidak memuja kesuksesannya. Orang-orang yang iri hati dengan tiga pemuda tersebut, memanfaatkan kesempataan ini untuk menyingkirkan mereka. Mereka melaporkan ketidaktaatan tiga pemuda ini sehingga mereka dibawa ke hadapan raja. Nebukadnezzar ingin memberikan mereka kesempatan kedua karena dia sangat sayang pada mereka. Namun tiga pemuda ini menyampaikan dengan yakin bahwa mereka percaya TUHAN sanggup melepaskan mereka dari bahaya tersebut. Namun sekalipun tidak, mereka memilih mati. Iman mereka kepada TUHAN, tidak demi keuntungan diri. Mereka tetap percaya kepada TUHAN sekalipun Dia tidak menyelamatkan mereka dari kematian. Kesombongan Nebekadnezar melahirkan kesombongan orang-orang yang bekerja baginya. Orang- orang itu berusaha meningkatkan kesombongan Nebukadnezzar dengan mengangkat dan meninggikannya sehingga dia merasa sangat tersanjung.
Dunia bangga dengan kemajuan militernya, kecanggihan teknologi dan pertumbuhan perekonomian. Dunia yang menjunjung tinggi kesombongan. Namun virus yang kecil yang tidak kasat mata dapat melumpuhkan perekonomian dunia. Wabah COVID-19 menunjukkan betapa rapuhnya kehidupan manusia. Pandemik Covid-19 menundukkan manusia. Kiranya manusia menyadari bahwa dirinya hanyalah debu tanah. Tidak ada yang perlu dibanggakan. Sebaliknya, manusia memiliki tanggungjawab terhadap sesama dan seluruh ciptaan.