Outbreak virus corona yang sejak Maret 2020 menjadi pandemik menyebabkan banyak orang merenungkan kembali makna kesuksesan. Selama ini manusia menilai dirinya berdasarkan kemampuan memperoleh kekayaan (acquisition power) dan kemampuan mengonsumsi (consumptive ability).
Wabah COVID-19 kembali mendemonstrasikan hikmat Pengkhotbah yang menyerukan semua kesibukan manusia adalah sia-sia bagaikan menjaring angin (Pkh. 2:4-11). Gedung-gedung besar yang kita dirikan dan agungkan menjadi sepi. Tidak ada orang yang memuji-muji kehebatan dan kesuksesan yang kita capai. Raja Salomo menegur bahwa sebagian besar jerih payah dan peningkatan kemampuan manusia disebabkan oleh IRI HATI (Pkh. 4:4).
Pertemuan Ibadah sejak pertengahan Maret 2020 telah diubah menjadi Ibadah virtual. Hal tersebut seharusnya memaksa kita untuk memikirkan sikap dan tujuan kita beribadah selama ini. Pengkhotbah menyampaikan sebuah poin yang menarik untuk direnungkan. Dia mengatakan, “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk MENDENGAR adalah lebih baik daripada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu bahwa mereka berbuat jahat.” (Pkh. 4:17).
Teguran Pengkhotbah sangat menusuk hati, bukan? Apa gunanya mempraktekkan ritus keagamaan, tetapi kita hidup dalam kejahatan? Mungkin Saudara berpikir, “Saya tidak terlibat dalam kejahatan.” Pernahkah Saudara bergosip? Pernahkah kita menyadari sebuah perbuatan baik, tetapi tidak kita lakukan? Pernahkah Saudara memandang remeh seseorang karena dia tidak sepintar dirimu? Bukankah kita juga berpartisipasi dalam merusak bumi ini? Itu juga kejahatan! Bukankah mendengarkan TUHAN dan menaati-Nya merupakan prioritas kehidupan kita? Sebab hidup ini bukan tentang kita, tetapi tentang Dia.
COVID-19 menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada yang dapat dibanggakan dalam kehidupan ini. Sebuah virus yang tidak kasat mata dapat mengganggu perputaran roda perekonomian global. Dunia ingin mempertahankan perenomian dan memerangi COVID-19 bersamaan. Bill Gates mengatakan, “It is very irresponsible for somebody to suggest that we can have the best of both worlds.” Menurut Gates, sebaiknya dunia memprioritaskan penanganan pandemi tersebut. Gates mengatakan bahwa memulihkan perekonomian jauh lebih mudah daripada menghidupkan orang dari kematian.
Firman TUHAN mengajarkan bahwa jangan ada yang bermegah dengan kesuksesannya, tetapi jika ada yang ingin bermegah, bermegahlah karena persahabatan kita dengan TUHAN (Yer. 9:23-24). Firman TUHAN sudah mengingatkan, “Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan” (Ul. 8:18). Jangan sampai setelah kita memperoleh kekayaan, atau memperoleh kehidupan yang baik, kita kemudian berkata dalam hati kita, “Karena jasakulah!” (Ul. 9:4). Semestinya kita selalu mengingat, “Bukan karena jasa-jasamu TUHAN Allahmu, memberikan kepadamu” (Ul. 9:6).
Pandemi COVID-19 mengajarkan kita tidak “take things for granted.” Kita bahkan tidak seharusnya “take our success for granted.” Sebaliknya, syukurilah kehidupan kita dan ingatlah bahwa hidup ini bukan tentang kita, tetapi tentang Dia.