If
your life were a movie, how would it be? What would be the genre?
Bagaimana
apabila kisah hidup kita dijadikan sebuah film? “If your life were a movie, how would it be?” Boring, interesting
or meaningful? Apa yang akan menjadi genre
kisah hidup kita? Bagaimana dengan plot-nya? Jika hidup Anda ditayangkan dalam
sebuah film, kira-kira bagaimana respon para penonton terhadap kisah hidup
Anda? Apakah para penonton akan tertidur karena kebosanan, atau terharu mengalirkan
air mata atau tertawa sampai terbahak-bahak? Yang menarik adalah, kita bisa
menulis jalan cerita hidup kita sendiri. TUHAN yang adalah Sutradara dan kita
sebagai pemeran, tetapi TUHAN adalah Sutradara yang memberikan kita kebebasan
di dalam peran kita. Saya jadi teringkat Michael Bay ketika ia mensyuting salah
satu film Transfomers (saya lupa yang
skuel yang mana), Stephen Spielberg terheran-heran menyaksikan
perubahan-perubahan dialog dari naskah saat menyaksikan syuting. Michael Bay
terbuka untuk improvisasi dialog yang dilakukan oleh Shia Labeouf.
Jalan cerita
atau plot hidup kita akan sangat indah apabila kita mengizinkan TUHAN
menyutradarainya. Namun TUHAN juga sangat mengharapkan keputusan, komitmen,
loyalitas, kerendahan hati dari kita. Rut, seorang Moab, seorang janda, seorang
hamba memilih menjalani hidupnya dengan tegar dan indah. Ia memilih bertekad
mengikuti Naomi ke Betlehem. Ia berinisiatif bekerja di ladang dengan rajin. Ia
berproaktif mendekati Boas di malam hari di tempat pengirikan (sebuah tindakan yang berani dan ambigu).
Dan pada saat yang sama TUHAN juga menyutradai hidup Rut tanpa ia sadari. Tanpa
disadari, plot kehidupan Rut dimasukan ke dalam “The Grand Narrative” yakni plot film TUHAN. Hidup kita akan
menjadi indah dan sangat bermakna apabila mendapat bagian dalam salah satu bab
(chapter) di dalam “The Grand Story – The Story of God”. Jadi pertanyaannya adalah, “If your life were a movie, how would it
be?”
Setelah Rut
berproaktif mengekspresikan cinta kepada Boas, maka tibalah giliran Boas untuk
beraksi. Seperti yang sudah bisa diprediksi oleh Naomi, Boas bertindak dengan
cepat. Saya kagum dengan Naomi yang bisa membaca Boas dengan jelas. Apakah
Naomi adalah seorang psikolog? Hahaha. Boas mengambil jalur legal. Ia mengumpulkan
10 tua-tua untuk menjadi saksi. Ia menawarkan kepada penebus untuk membeli
tanah dari Naomi (Baca Bilangan 27
tentang peraturan mengenai hak milik tanah). Selain membeli tanah, penebus
harus menikahi Rut (Baca Ulangan 25.5-10
tentang pernikahan ipar). Tetapi penebus tersebut menolak. Mengapa ia
menolak? Mungkinkah karena ia tidak mau warisannya jatuh ke anak Rut?
Berdasarkan aturan di Ulangan 25.9-10, perempuan yang ditolak harus
menanggalkan kasut dari sang penebus dan meludahi wajahnya. Boas bukan seorang
yang legalistik (walaupun ia mengambil
tindakan legal). Boas tidak mengajak Rut dan meminta Rut untuk bertindak
berdasarkan apa yang tertulis di Ulangan 25.9-10.
Singkat
cerita, kemudian Boas menikahi Rut dan memperoleh seorang anak yang diberi nama
Obed. Penulis kitab Rut memberitahu pembaca bahwa Obed adalah ayah Isai, dan
Isai adalah ayah Daud. Setelah memaparkan drama keluarga kecil, di akhir
cerita, pembaca baru disadarkan bahwa ternyata Rut adalah nenek moyang Daud,
raja yang terkenal yang kemudian bakal menjadi nenek moyang Sang Juruselamat.
Pembaca disadarkan bahwa plot kehidupan Rut mendapat bagian di dalam “The Grand
Story”. Nah, sekarang, bagaimana dengan
jalan cerita hidupmu?