Friday, 12 October 2012

RUT 4 - APABILA HIDUPMU ADALAH SEBUAH FILM



If your life were a movie, how would it be? What would be the genre?

Bagaimana apabila kisah hidup kita dijadikan sebuah film? “If your life were a movie, how would it be?” Boring, interesting or meaningful? Apa yang akan menjadi genre kisah hidup kita? Bagaimana dengan plot­-nya? Jika hidup Anda ditayangkan dalam sebuah film, kira-kira bagaimana respon para penonton terhadap kisah hidup Anda? Apakah para penonton akan tertidur karena kebosanan, atau terharu mengalirkan air mata atau tertawa sampai terbahak-bahak? Yang menarik adalah, kita bisa menulis jalan cerita hidup kita sendiri. TUHAN yang adalah Sutradara dan kita sebagai pemeran, tetapi TUHAN adalah Sutradara yang memberikan kita kebebasan di dalam peran kita. Saya jadi teringkat Michael Bay ketika ia mensyuting salah satu film Transfomers (saya lupa yang skuel yang mana), Stephen Spielberg terheran-heran menyaksikan perubahan-perubahan dialog dari naskah saat menyaksikan syuting. Michael Bay terbuka untuk improvisasi dialog yang dilakukan oleh Shia Labeouf.

Jalan cerita atau plot hidup kita akan sangat indah apabila kita mengizinkan TUHAN menyutradarainya. Namun TUHAN juga sangat mengharapkan keputusan, komitmen, loyalitas, kerendahan hati dari kita. Rut, seorang Moab, seorang janda, seorang hamba memilih menjalani hidupnya dengan tegar dan indah. Ia memilih bertekad mengikuti Naomi ke Betlehem. Ia berinisiatif bekerja di ladang dengan rajin. Ia berproaktif mendekati Boas di malam hari di tempat pengirikan (sebuah tindakan yang berani dan ambigu). Dan pada saat yang sama TUHAN juga menyutradai hidup Rut tanpa ia sadari. Tanpa disadari, plot kehidupan Rut dimasukan ke dalam “The Grand Narrative” yakni plot film TUHAN. Hidup kita akan menjadi indah dan sangat bermakna apabila mendapat bagian dalam salah satu bab (chapter) di dalam “The Grand Story – The Story of God”.  Jadi pertanyaannya adalah, “If your life were a movie, how would it be?”

Setelah Rut berproaktif mengekspresikan cinta kepada Boas, maka tibalah giliran Boas untuk beraksi. Seperti yang sudah bisa diprediksi oleh Naomi, Boas bertindak dengan cepat. Saya kagum dengan Naomi yang bisa membaca Boas dengan jelas. Apakah Naomi adalah seorang psikolog? Hahaha. Boas mengambil jalur legal. Ia mengumpulkan 10 tua-tua untuk menjadi saksi. Ia menawarkan kepada penebus untuk membeli tanah dari Naomi (Baca Bilangan 27 tentang peraturan mengenai hak milik tanah). Selain membeli tanah, penebus harus menikahi Rut (Baca Ulangan 25.5-10 tentang pernikahan ipar). Tetapi penebus tersebut menolak. Mengapa ia menolak? Mungkinkah karena ia tidak mau warisannya jatuh ke anak Rut? Berdasarkan aturan di Ulangan 25.9-10, perempuan yang ditolak harus menanggalkan kasut dari sang penebus dan meludahi wajahnya. Boas bukan seorang yang legalistik (walaupun ia mengambil tindakan legal). Boas tidak mengajak Rut dan meminta Rut untuk bertindak berdasarkan apa yang tertulis di Ulangan 25.9-10.

Singkat cerita, kemudian Boas menikahi Rut dan memperoleh seorang anak yang diberi nama Obed. Penulis kitab Rut memberitahu pembaca bahwa Obed adalah ayah Isai, dan Isai adalah ayah Daud. Setelah memaparkan drama keluarga kecil, di akhir cerita, pembaca baru disadarkan bahwa ternyata Rut adalah nenek moyang Daud, raja yang terkenal yang kemudian bakal menjadi nenek moyang Sang Juruselamat. Pembaca disadarkan bahwa plot kehidupan Rut mendapat bagian di dalam “The Grand Story”.  Nah, sekarang, bagaimana dengan jalan cerita hidupmu?

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12