Markus 10.46-52
|
I am blind but I see with my heart |
Mungkin kita merasa takjub
menyaksikan orang buta yang bisa membaca, menyeberangi jalan dengan
mengandalkan sebuah tongkat dan bahkan bisa berbelanja di mini market. Tidak
dipungkiri bahwa tuna netra sangat mengandalkan pendengaran dan ingatan mereka.
Mereka mengingat baik posisi barang-barang mereka dan mengingat jumlah langkah
yang diperlukan untuk menuju ke kamar mandi, ruang makan, ruang tamu dan kamar
tidur. Oleh karena sering mengandalkan pendengarkan, lama kelamaan pendengaran
mereka menjadi semakin tajam sehingga mereka dapat mengidentifikasi berbagai
suara. Mereka melihat dengan mendengar, melihat dengan merasakan.
|
Bartimus |
Hari-hari Bartimus duduk di
pinggir jalan di dekat gerbang Yeriko tempat lalu lalang banyak orang. Pintu
gerbang bagaikan “warung informasi” di zaman itu sebab berita-berita terkini
dapat didengarkan di sana. Mungkin secara fisik Bartimus adalah seorang tuna netra
tetapi ia dapat melihat (mengetahui) banyak hanya dengan duduk di pinggir jalan.
Walaupun buta, ia dapat mendengar (mengetahui) harga sebuah semangka, penjual
roti yang menjual habis seluruh dagangannya, penjual perfume dengan racikan
perfume terbarunya maupun pedagang anggur yang terlambat datang berjualan. Ia
mengetahui dagangan siapa lebih laku, pertengkaran keluarga A dengan keluarga
B, harga rumah dan harga tanah terkini, siapa yang jatuh cinta sama siapa dan
siapa yang baru saja putus cinta. Bartimus yang walaupun tidak melihat namun ia
banyak melihat.
Bartimus pasti juga sudah
mendengar kabar tentang Yesus orang Nazaret, ia mendengarkan tentang perbuatan
Yesus orang Nazaret serta pengajaran-pengajarannya yang baru, yang menghibur
dan menguatkan banyak orang tetapi tidak sedikit juga yang tersinggung dan
marah. Ia mengenal Yesus Anak Daud, ben Daud yang artinya anak atau keturunan
Daud. Keturunan Daud atau “the Son of David” merupakan janji tentang Sang
Juruselamat seperti yang dikenal oleh orang-orang beriman (Mat 15:22, 20:30 dan
Mark 10:47). Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat juga mengerti maksud dari
“Anak Daud” namun mereka terlalu buta untuk dapat melihat sehingga mereka
mempertanyakan kemesiasan Yesus (baca Markus 12:35-37). Bartimus melihat Yesus
dalam kebutaannya (Ia melihat Yesus
sebagai Mesias, Anak Daud). Ia melihat Yesus yang sanggup memulihkan
dirinya.
Bartimus melihat di dalam
kebutaan akan tetapi sebagian orang tidak melihat karena kebutaan. Mereka tidak
melihat Bartimus (mereka melihat tetapi
tidak melihat), mereka menganggap Bartimus sebagai “gangguan”. Gangguan
yang perlu disingkirkan. Gangguan yang menyebalkan. Pandangan mereka terhadap
Bartimus pasti dipenuhi dengan amarah dan menghakimi (judgemental). Bartimus dapat melihat emosi mereka, kejengkelan
mereka, amarah mereka tetapi mereka tidak dapat melihat harapan Bartimus,
kerinduan Bartimus, tekad Bartimus, iman Bartimus. Hati mereka terlalu buta
untuk melihat.
Walaupun banyak yang berpotensi
mengalihkan perhatian Yesus, Ia dapat melihat Bartimus dengan jelas. Ketenangan
hati Yesus memampukan Diri-Nya melihat di tengah banyaknya pengalihan
perhatian. Yesus melihat iman, kerinduan, ketulusan, harapan Bartimus.
Orang-orang tidak melihat Bartimus tetapi Yesus melihat Bartimus.
|
Do you notice me? |
Seringkali kita melihat tetapi
tidak melihat atau kita nampak tetapi tidak melihat. Hati kita berkabut,
ditutupi awan badai sehingga kita tidak melihat. Mungkin saja penglihatan kita
20/20 tetapi apabila hati kita ditutupi kabut kegelisahan, ketakutan, kegalauan
maka kita tidak dapat melihat orang-orang di sekitar kita. Penglihatan 20/20
merupakan definisi yang digunakan untuk pandangan mata normal yakni ketka
seseorang berdiri di jarak 20 kaki (6 meter) dapat melihat apa yang dapat
dipandang dengan mata normal pada jarak 20 kaki. Padangan elang berkisar antara
20/5 atau 20/4 yang artinya seekor elang dapat melihat seekor semut yang sedang
merangkak di tanah dari jarak ketinggian gedung 10 lantai. Tetapi penglihatan tidak hanya bersifat fisik, tetapi menilik, mengenal dan memahami. Nah, penglihatan di bagian inilah yang semakin melemah dari diri manusia.
Mengapa kita bisa kehilangan
kemampuan melihat (baca: memahami)
sesama manusia? Kita dikondisikan oleh budaya kita untuk tidak melihat. Kita
dikondisikan untuk menjadi semakin egosentris. Kita terlalu galau untuk dapat
melihat. Kita dikondisikan untuk skimming
dan browsing (menjelajah) but not
reading. Kita kehilangan kemampuan membaca orang karena kita memilih untuk
hanya skimming through. Oleh karena terlalu
banyak yang harus dibaca, didengar, ditonton dan diketahui sehingga penekanan
pada pemahaman pun kian memudar.
|
Do you see me? |
Orang-orang rindu dilihat,
rindu diperhatikan sehingga “apakah
engkau melihat saya?” menjadi pertanyaan yang mengusik hati. Orang banyak
tidak melihat Yesus, mereka juga tidak melihat Bartimus tetapi Bartimus melihat
Yesus dan Yesus melihat Bartimus.