Sebagai seorang pejabat pemerintah, selain
mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, Daniel juga memperhatikan
peristiwa-peristiwa dunia. Ia mempelajari kitab Taurat Musa (Imamat 26) dan
juga kitab Yeremia (Yeremia 34.12-22) dan mengetahui bahwa apa yang bangsa
Israel alami merupakan akibat dari ketidaktaatan mereka sehingga mereka harus
menderita selama 70 tahun. Menyadari hal ini, Daniel memanjatkan doa memohon
belas kasihan TUHAN untuk umat Israel dan di dalam doanya, Daniel memposisikan
diri sebagai bagian dari komunitas. Dia tidak berdoa seolah-olah dirinya
sebagai orang ketiga atau a third party melainkan
ia berdoa sebagai bagian dari komunitas. Di zaman sekarang, ketika melihat
gereja terpuruk, kekecewaan seringkali menjadikan orang percaya memilih untuk
meninggalkan gereja. Orang Kristen zaman sekarang suka memilih untuk
mengkarantina diri. Daniel bertindak sebaliknya, walaupun menyadari kesalahan
Gereja di zamannya, Daniel mengharapkan pemulihan. Nah, mengapa Daniel berada
di tepi sungai Tigris bersama dengan orang-orang lain? Apakah Tigris merupakan
tempat mereka berkumpul dan beribadah bersama? (10.4-7)
Daniel bukan orang yang hanya mendoakan kesuksesan
pribadi, pencapaian karier, kenyamanan pribadi maupun kekayaan pribadi.
Khotbah-khotbah kontemporer banyak mengajarkan “Kejarlah Keberhasilan. Jadilah Sukses.”
Namun Daniel tidak berorientasi pada
kesuksesan pribadi. Daniel tampak peduli pada kesejahteraan umat TUHAN. Ia tidak
narsis, tidak egosentris ia berdoa, mengakui dosa sebagai komunitas dan memohon
pemulihan dari TUHAN. Padahal ia sudah memperoleh karier yang baik, hidupnya
sukses, sebenarnya ia tidak perlu mempedulikan apa yang dialami oleh umat
TUHAN. Mengapa harus menyusahkan diri buat orang-orang lain? Bukankah hidupnya
baik-baik saja dan cukup mempedulikan hidup sendiri? Bukankah apa yang Daniel
miliki diidamkan oleh banyak orang? Status, reputasi baik, kekayanan sudha
diperoleh Daniel. Kita memperoleh kesan bahwa Daniel peduli pada Gereja TUHAN,
ia mendambakan pemulihan.
Daniel mengenakan kain kabung, serta abu dan
berpuasa. Daniel menghadap Yahweh dan berdoa. Ia tidak hidup untuk dirinya
sendiri, ia peduli. Daniel merendahkan diri di hadapan TUHAN untuk memperoleh
pengertian (10:12) dan ia dijuluki sebagai yang dikasihi (10:18). Bahkan
sebelum Daniel berdoa, TUHAN sudah mengutus Gabriel kepada Daniel untuk memberikan
respon terhadap doa Daniel (9:21). Di Daniel pasal 10, Seseorang datang kepada
Daniel. Ia berpakaian lenan, berikat
pinggang emas dari ufas, wajahnya seperti cahaya kilat, matanya seperti suluh
yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga, suaranya seperti
gadu orang banyak. Daniel ketakutan hingga ia jatuh pingsan. Ia menyentuh
Daniel dan memberdirikan Daniel dan berkata kepada Daniel, “Engkau orang yang dikasihi. Jangan takut”. TUHAN mengungkapkan
rahasia atas apa yang akan terjadi kelak kepada Daniel. Dan yang sangat indah
dari kehidupan Daniel adalah ia tidak hidup untuk dirinya sendiri. Ia tidak
mengejar kesuksesan pribadi melainkan ia hidup bagi Yang Mahatinggi sebagai anggota
Kerajaan Allah.