Daniel
pasal 11 memaparkan rangkaian peristiwa yang akan terjadi. Politik, power play,
power exhibition, kompetisi militer, perebutan kekuasaan, pembalasan dendam,
kesombongan, siasat dan peperangan menjadi tema dari peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi. Ketika kejahatan memerintah, hal-hal yang sangat menakutkan akan
terjadi – saling membohongi, menggunakan kata-kata yang licin, bertindak sesuka
hati, meninggikan diri, menggunakan kata-kata tak senonoh dan menajiskan tempat
kudus. “Kehormatan, Kekayaan dan Kekuasaan” dimanfaatkan sebagai umpan untuk menipu
dan menjauhkan orang-orang percaya dari Yang Maha Kudus. “Kejahatan” (baca: Yang Jahat) berkehendak untuk
memusnahkan banyak orang. Kuasa Kejahatan ini seperti Mordor yang diceritakan
di dalam film The Lord of the Rings. Mordor yang dikuasai kegelapan, Mordor yang menyeramkan. Kejahatan menginjak-injak, meremukkan,
menghancurkan, memusnahkan dan membinasakan. Orang-orang kudus diserang,
disiksa dan dijatuhkan. Orang-orang kudus hanya dapat menangis sambil saling
berpegangan tangan dan berkata, “Bersabarlah”
dan kemudian berteriak, “Oh, TUHAN sampai
berapa lama lagi?” TUHAN, selamatkanlah kami dari orang-orang yang mencengkeram
kami dengan tangan baja dan mencekik kami hingga kami tidak dapat bernafas.”
Orang-orang
kudus tampak sangat lemah di hadapan Sang Penyiksa. Penyiksa bergembira dan
menikmati penderitaan yang disiksa. Penyiksa menikmati suara-suara teriakan
memohon ampun dan meminta tolong namun tetap saja hatinya tidak tergerak untuk
melepaskan cengkeramannya yang mematikan. Berita baiknya adalah “Kejahatan”
tidak akan memerintah selamanya. Pemerintahannya akan berakhir dan orang-orang
yang namanya tercatat di dalam Kitab Kehidupan akan diselamatkan untuk memperoleh
hidup yang kekal. Kemudian orang-orang yang tetap setia akan bercahaya.
Orang-orang fasik tidak mampu memahami misteri tersebut. Hanya orang-orang
bijaksana yang dapat memahaminya. Orang-orang fasik menggaruk-garuk kepalanya
yang tidak gatal karena tidak sanggup memahaminya. Janji TUHAN adalah
orang-orang yang setia akan “beristirahat” dan akan “dibangkitkan” kembali
untuk kekekalan. Iman memampukan orang-orang kudus untuk tidur di tengah badai.
Membangun ketenangan jiwa di tengah penderitaan. Bertahanlah, walaupun TUHAN
tampak absen di tengah penderitaan!