Thursday 18 October 2012

THE BUCKET LIST (2007)



The Bucket List (2007) disutradarai oleh Bob Reiner dan ditulis oleh Justin Zackham. Film ini bercerita tentang pertemuan seorang mekanik, Carter Chambers (Morgan) dengan seorang kaya sekaligus pemilik rumah sakit Edward Cole (Jack Nicholson). Kedua orang ini sama-sama didiagnosa menderita kanker dengan waktu mereka yang hanya sisa 6 hingga 12 bulan.

Pada masa mudanya, Carter bercita-cita menjadi seorang professor sejarah akan tetapi cita-citanya sirna ketika istrinya mengandung sehingga ia mendefinisikan kondisi dirinya saat itu dengan 3 B – black, broke and with a baby on the way. Sebenarnya ia ingin kembali studi tetapi tanpa disadari waktu berlalu dengan cepat. Hobinya adalah menonton acara Jeopardy. 

Edward adalah seorang yang sangat kaya yang sudah 4 kali cerai. Kesukaan Edward adalah kopi luwak. Salah satu hal yang suka ia lakukan adalah mengubah nama orang. Ia selalu memanggil asistennya Thomas padahal asistennya bernama Matthew. Menurut Edward, Matthew terlalu “alkitabiah” sehingga ia gantikan dengan Thomas. Sikap Edward yang menyebalkan membuat dirinya tidak disukai banyak orang bahkan ketika ia menjalani operasi besar di rumah sakit, tidak ada satu orang pun yang mengunjungi dia.


Menyadari waktunya yang terbatas, Carter menulis sebuah daftar yang ia ingin kerjakan sebelum ia meninggal dunia yang disebut dengan “The bucket list” (a to do list before someone kicks the bucket). Carter menulis di Bucket list –
-          Witness something majestic.
-          Help a complete stranger for the good
Daftar tersebut kemudian dibaca oleh Edward dan ia menambahnya dengan hal baru seperti, skydiving, kiss a beautiful girl… Edward mendesak Carter untuk melaksanakan apa yang sudah tertulis di Bucket Lists maka mulailah perjalanan ke Eropa, India, Mesir dan China.

Film yang sederhana ini dibungkus dengan dialog yang menarik dan mendalam untuk direnungi. Pada saat mereka membicarakan tentang TUHAN dan iman Edward berkata, ”I envy people who have faith, I just can’t get my head around it.” Dan Carter menjawab, “Maybe because your head’s in the way.”

Ungkapan Carter tentang mendengarkan suara gunung sangat menarik perhatian saya. Carter mengatakan bahwa ia pernah mendengar seorang pendaki yang membagikan pengalamannya ketika mencapai puncak gunung Himalaya. Ia mendengarkan suara keheningan “profound silence” yakni “the sound of the mountain” seolah-olah ia mendengarkan suara TUHAN.

Berikut ini isi surat Carter kepada Edward..
”Dear Edward, I’ve gone back and forth the last few days trying to decide whether or not I should even write this. In the end, I realized I would regret it if I didn’t, so here it goes. I know the last time we saw each other, we weren’t exactly hitting the sweetest notes-certain wasn’t the way I wanted the trip to end. I suppose I’m responsible and for that, I’m sorry. But in all honestly, if I had the chance, I’d do it again. Virginia said I left a stranger and came back a husband; I owe that to you. There’s no way I can repay you for all you’ve done for me, so rather than try, I’m just going to ask you to do something else for me-find the joy in your life. You once said you’re not everyone. Well, that’s true-you’re certainly not everyone, but everyone is everyone. My pastor always says our lives are streams flowing into the same river towards whatever heaven lies in the mist beyond the falls. Find the joy in your life, Edward. My dear friend, close your eyes and let the waters take you home.”

Klimaks film ini terjadi pada saat sharing Edward di sebuah gereja pada kebaktian penghiburan/pemakaman Carter. Edward berkata, “
“I hope that it doesn’t sound selfish of me, but the last months of his life were the best months of mine. He saved my life, and he knew it before I did. I’m deeply proud that this man found it worth his while to know me. In the end, I think it’s safe to say that we brought some joy to one another’s lives, so one day, when I go to some final resting place, if I happen to wake up next to a certain wall with a gate, I hope that Carter’s there to vouch for me and show me the ropes on the other side.”

Di dalam narasi Carter di akhir film, penonton dikabarkan bahwa Edward mengalami perubahan hidup dan menjadi seorang yang beriman. Edward menyelesaikan apa yang ditulis di Bucket List seperti mencium cucunya, “kiss the most beautiful girl in the world”. Berikut ini narasi Carter di akhir film…
“Edward Perryman Cole died in May. It was a Sunday in the afternoon and there wasn’t a cloud in the sky. He was 81 years old. Even now, I can’t claim to understand the measure of a life, but I can tell you this: I know that when he died, his eyes were closed and his heart was open..”.

Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan (Roma 15.13)



Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12