Saturday 27 October 2012

APAKAH ANDA TAKUT TUA?



Apakah Anda takut tua? Apa yang kita takuti tentang penuaan? Rambut berubanan, wajah semakin keriput, gerakan fisik semakin lambat, penglihatan semakin kabur, langkah semakin pelan dan harus mengandalkan bantuan orang lain. Penuaan menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Kultur Image menekankan bahwa kita harus selalu tampak muda alias “forever young”.  Penuaan menjadi sesuatu yang harus ditolak dan dilawan sehingga bermunculan berbagai metode “anti aging” atau anti penuaan.

Di zaman yang berkarakteristikan efektivitas dan efisiensi setiap waktu harus diisi dengan kegiatan produktif yang mendatangkan keuntungan keuangan dan kemudian mesti diisi dengan mengkonsumsikan waktunya untuk bersenang-senang. Seringkali ketika mengunjungi orangtua yang menghabiskan kebanyakan waktu mereka duduk di depan televisi (entah mereka menonton atau ditonton TV) saya sering bertanya kepada mereka, “Apakah Saudara bosan?” Dan biasanya jawaban yang saya terima adalah mereka tidak merasa bosan. Saya baru menyadari ternyata saya merupakan “generasi cepat bosan” sehinggga harus mengisi waktu dengan berbagai aktivitas. Nah, kepadatan waktu kita mempercepat berlalunya waktu sebab kita akan berteriak bosan apabila waktu berlalu dengan lamban. Namun dengan cepatnya waktu berlalu maka hidup kita pun cepat menua. Jadi apakah kita semestinya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa agar waktu berlalu dengan lambat? Tentu saja tidak. Persoalan diri kita adalah kita mengisi diri kita sendiri dengan banyak aktivitas tetapi kehilangan diri kita sendiri. Kita dekat dengan banyak hal kecuali dengan diri kita sendiri. “We attach ourselves to too many things but yet we are very detached from ourselves.”

Ironisnya, manusia selalu terjebak dalam dua extrems yakni orang-orang tua ingin tampil muda dan remaja ingin tampil dewasa. Kadangkala, manusia lebih cepat tua dari fisiknya yakni hatinya tua lebih dulu. Merasa sudah terlalu tua untuk mengerjakan ini dan itu. Berhenti belajar dan menghindari hal-hal baru dan lebih menyukai hal yang bersifat, “biasanya, lazimnya, umumnya”. Mulai menghabiskan banyak waktu untuk mengenang masa lalu dan mendengarkan lagu-lagu lama. Secara fisik seseorang mungkin tampil muda tetapi jiwanya menjadi tua dan bahkan sangat tua. Di sisi lain, jiwa yang takut tua menjadikan seseorang merasa sangat tertekan apabila mendengarkan komentar, “kamu sudah kelihatan tua” dan menemukan uban bertambah, wajah semakin keriput, kulit semakin kasar. Takut tua menjadi beban psikis yang sangat menekan manusia modern di tengah kultur image.

Pada masa kanak-kanak kita dipersiapkan untuk remaja, dan pada masa remaja dan dewasa kita dimotivasi untuk menjadi sukses. Tetapi sangat jarang dan bahkan hampir tidak pernah kita dididik untuk mempersiapkan diri buat mempersiapkan penuaan diri kita. Penuaan kita hanya disoroti dari segi jaminan ekonomi dan jaminan kesehatan. Telepon-telepon menyebalkan dari agen asuransi yang terus mempresentasikan (dengan sedikit memaksa) dan memberikan iming-iming biaya penggantian yang besar mulai dari 1 miliar rupiah hingga 100 miliar rupiah. Persiapan masa tua hanya disoroti dari sisi tabungan dan kesehatan. Bagaimana dengan persiapan jiwa?

Persiapan jiwa untuk menghadapi masa tua dilupakan dan ditinggalkan seolah-olah tidak penting atau tidak diperlukan. Diasumsikan bahwa setiap orang dapat menua dengan baik. Benar bahwa penuaan secara fisik ternyata begitu saja tetapi proses penuaan dari sisi jiwa tidak terjadi begitu saja. Ada orang-orang tua yang semakin tua semakin menyebalkan. Mereka menghabisi hidupnya untuk menggosipi dan menjelek-jelekkan orang lain. Mereka mempublikasikan persoalan rumah tangga mereka, bercerita tentang anak, menantu bahkan hingga ke cucu. Anjing tetangga pun tidak luput dari topic gossip mereka. Inilah akibatnya apabila seseorang tidak bertumbuh di dalam hikmatnya. Alkitab mencatat bahwa Yesus bertumbuh besar dalam fisik dan hikmat (Baca Lukas 2.52). Dengan kata lain “growing old” harus dibarengi dengan “growing up”. Ayub menegaskan bahwa “Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.” (Ayub 12.12) Apabila seseorang bertambah hikmat di dalam masa tuanya maka hidupya akan menjadi berkat bagi banyak orang. Perkataan, nasihat, motivasi, berkat dan doa mereka menjadi pemberian yang terindah bagi banyak orang. Hidup mereka menjadi bagaikan “hadiah” bagi banyak orang. Inilah yang dialami oleh Timotius sebab neneknya adalah seorang tua yang berhikmat yang sangat berdampak pada diri Timotius. Dalam suratnya, Paulus menulis “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu” (2 Tim 2.5).

Yahweh tidak bertambah tua seiring dengan bertambahnya usia kita. Yahweh yang menyelamatkan dan memimpin hidup kita tetap sama baik pada saat kita masih bayi, menjadi dewasa maupun pada masa tua. Yahweh bersabda, "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” (Yesaya 46.3-4). Bersedia mempersiapkan diri untuk menghadapi penuaan? Bersedia menjadi seorang tua yang berhikmat, yang disayang Yahweh dan dihormati sesama manusia?

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12