Sunday 14 October 2012

BAHAYA CANGKIR YANG TERLALU PENUH





Mark 10.17-31


Seorang pemimpin (Luk 18.18) muda (Mat 19.20) dan kaya berlari-lari mendapatkan Yesus. Ia begitu antusias untuk memperoleh jawaban dari Yesus. Ia sudah memiliki apa yang diidamkan oleh banyak orang yakni ia adalah seorang pemimpin yang kaya dan masih muda. Di zaman yang sangat mengutamakan penampilan “age of image”, penampilan adalah segalanya. Setiap orang ingin selalu tampak muda seperti yang didemonstrasikan di film The Surrogates (2009) dengan pemeran utama Bruce Willis. Manusia ingin tampil muda dan menawan dengan robot pengganti. Manusia tidak keluar rumah dengan dirinya melainkan dengan menggunakan robot pengganti. Jadi seorang pria bisa menggunakan robot perempuan yang cantik dan seksi. Dengan kata lain, setiap orang mempresentasikan dirinya yang palsu. Film In Time (2011) yang disutradarai oleh Andrew Niccol juga menceritakan hal yang serupa yakni di dalam plotnya, manusia berhenti menua pada umur 25 tahun. Umur dapat dijualbelikan, jadi hanya orang-orang kaya yang bisa panjang umur. Di dunia realita, produk-produk kecantikan, operasi plastik, produk anti-penuaan sudah menjadi tren. Berpenampilan muda dan kaya merupakan target yang dikejar orang-orang. “Muda, kaya & sukses” merupakan kata kunci zaman sekarang. Muda, kaya dan sukses juga menjadi kriteria yang dicari-cari orang. Dengan kata lain, orang yang muda, kaya dan sukses merupakan produk yang paling dicari di pasar (the most desirable product in the market)

Orang muda ini menyapa Yesus, “Guru yang baik”. Ia mengenal Yesus sebagai seorang Guru yang baik, yang mengajar, yang berhikmat, yang memahami, yang mengayomi. Anak muda ini tidak menjawab pertanyaan Yesus, “Mengapa kaukatakan Aku baik?” Padahal Yesus memberikan dia “petunjuk” atau hint “Tak seorang pun yang baik selain daripada Allah saja”, tetapi anak muda ini tidak ngeh. Ia tidak memahami karena ia terlalu berfokus pada dirinya sendiri. Ia mengalihkan perhatiannya dari Yesus, ia terlalu ego sentris. Ia terlalu berfokus pada pencapaian dan perbuatan pribadi sehingga ia memandang kekekalan sebagai sesuatu yang dapat ia raih. Ia tidak dapat melihat kekalahan sebagai anugerah. Mungkin ia termasuk tipe craving yang selalu ingin menangkap dan enggan melepaskan.

Kemudian Yesus bertanya apakah ia sudah menuruti hukum Taurat (tentang sesama manusia) dengan memposisikan hukum ke 5 ke posisi terakhir. Mungkin karena ia sangat ego sentris sehingga Yesus ingin ia memperhatikan sesama. Ia menjawab, “Semuanya telah kuturuti sejak masa mudaku”. Sekali lagi ia terlalu penuh untuk belajar. Ia memandang hidupnya telah mencapai banyak termasuk pencapaian standar moralnya yang tinggi. Ia merasa tidak kurang apa-apa. Hidupnya bagaikan cangkir yang sudah terisi penuh. Dan beginilah bahaya gelas yang terlalu penuh. Tepat seperti yang dikatakan Bruce Lee yang mempromosi “Chinese Kungfu” hingga ke Amerika Serikat dan mempopularkannya melalui Hollywood bahwa “seseorang mesti terlebih dahulu mengosongkan cangkirnya sebelum ia dapat diisi”. Anak muda ini sudah terlalu penuh, ia mempunyai “strong sense of self-completion”. Cangkirnya sudah terlalu penuh.

Maka Yesus mengatakan, “Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, datanglah ke mari dan ikutlah Aku”. Orang ini perlu dikosongkan, dirinya terlalu penuh, terlalu lengkap. Dirinya telah melekat dan menyatu dengan harta kekayaannya. Ia tidak hanya kaya secara materi, tetapi pikirannya, pengetahuan dirinya juga terlalu kaya. Ia memandang hidupnya sebagai seorang “pencapai, peraih” atau “achiever”. Ia tidak dapat membuka dirinya dan menyerahkan dirinya untuk diisi oleh TUHAN, untuk menerima pemberian TUHAN. Inilah persoalan dengan orang yang sudah terlalu kaya dengan dirinya sendiri (being too rich of oneself).

Maka Yesus mengatakan, “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Parafrase Eugene Peterson di dalam The Message menulis, “people who have it all”. Orang yang merasa sudah penuh, cukup, berkemampuan, berkompetensi sulit untuk bisa memasuki Kerajaan Allah. Masih lebih mudah bagi seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang yang “have it all” memasuki Kerajaan Sorga. Sebab memang tidak mungkin apabila manusia mengandalkan kemampuan diri sendiri kecuali biar TUHAN yang mengerjakan baginya. Oleh sebab itu kita perlu mengosongkan diri dan belajar berserah. Ingatlah akan bahaya cangkir yang sudah terlalu penuh!

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12