Saturday 27 October 2012

APAKAH ENGKAU MELIHAT SAYA?


Markus 10.46-52

I am blind but I see with my heart
Mungkin kita merasa takjub menyaksikan orang buta yang bisa membaca, menyeberangi jalan dengan mengandalkan sebuah tongkat dan bahkan bisa berbelanja di mini market. Tidak dipungkiri bahwa tuna netra sangat mengandalkan pendengaran dan ingatan mereka. Mereka mengingat baik posisi barang-barang mereka dan mengingat jumlah langkah yang diperlukan untuk menuju ke kamar mandi, ruang makan, ruang tamu dan kamar tidur. Oleh karena sering mengandalkan pendengarkan, lama kelamaan pendengaran mereka menjadi semakin tajam sehingga mereka dapat mengidentifikasi berbagai suara. Mereka melihat dengan mendengar, melihat dengan merasakan.

Bartimus
Hari-hari Bartimus duduk di pinggir jalan di dekat gerbang Yeriko tempat lalu lalang banyak orang. Pintu gerbang bagaikan “warung informasi” di zaman itu sebab berita-berita terkini dapat didengarkan di sana. Mungkin secara fisik Bartimus adalah seorang tuna netra tetapi ia dapat melihat (mengetahui) banyak hanya dengan duduk di pinggir jalan. Walaupun buta, ia dapat mendengar (mengetahui) harga sebuah semangka, penjual roti yang menjual habis seluruh dagangannya, penjual perfume dengan racikan perfume terbarunya maupun pedagang anggur yang terlambat datang berjualan. Ia mengetahui dagangan siapa lebih laku, pertengkaran keluarga A dengan keluarga B, harga rumah dan harga tanah terkini, siapa yang jatuh cinta sama siapa dan siapa yang baru saja putus cinta. Bartimus yang walaupun tidak melihat namun ia banyak melihat. 

Bartimus pasti juga sudah mendengar kabar tentang Yesus orang Nazaret, ia mendengarkan tentang perbuatan Yesus orang Nazaret serta pengajaran-pengajarannya yang baru, yang menghibur dan menguatkan banyak orang tetapi tidak sedikit juga yang tersinggung dan marah. Ia mengenal Yesus Anak Daud, ben Daud yang artinya anak atau keturunan Daud. Keturunan Daud atau “the Son of David” merupakan janji tentang Sang Juruselamat seperti yang dikenal oleh orang-orang beriman (Mat 15:22, 20:30 dan Mark 10:47). Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat juga mengerti maksud dari “Anak Daud” namun mereka terlalu buta untuk dapat melihat sehingga mereka mempertanyakan kemesiasan Yesus (baca Markus 12:35-37). Bartimus melihat Yesus dalam kebutaannya (Ia melihat Yesus sebagai Mesias, Anak Daud). Ia melihat Yesus yang sanggup memulihkan dirinya. 

Bartimus melihat di dalam kebutaan akan tetapi sebagian orang tidak melihat karena kebutaan. Mereka tidak melihat Bartimus (mereka melihat tetapi tidak melihat), mereka menganggap Bartimus sebagai “gangguan”. Gangguan yang perlu disingkirkan. Gangguan yang menyebalkan. Pandangan mereka terhadap Bartimus pasti dipenuhi dengan amarah dan menghakimi (judgemental). Bartimus dapat melihat emosi mereka, kejengkelan mereka, amarah mereka tetapi mereka tidak dapat melihat harapan Bartimus, kerinduan Bartimus, tekad Bartimus, iman Bartimus. Hati mereka terlalu buta untuk melihat.

Walaupun banyak yang berpotensi mengalihkan perhatian Yesus, Ia dapat melihat Bartimus dengan jelas. Ketenangan hati Yesus memampukan Diri-Nya melihat di tengah banyaknya pengalihan perhatian. Yesus melihat iman, kerinduan, ketulusan, harapan Bartimus. Orang-orang tidak melihat Bartimus tetapi Yesus melihat Bartimus.
Do you notice me?
Seringkali kita melihat tetapi tidak melihat atau kita nampak tetapi tidak melihat. Hati kita berkabut, ditutupi awan badai sehingga kita tidak melihat. Mungkin saja penglihatan kita 20/20 tetapi apabila hati kita ditutupi kabut kegelisahan, ketakutan, kegalauan maka kita tidak dapat melihat orang-orang di sekitar kita. Penglihatan 20/20 merupakan definisi yang digunakan untuk pandangan mata normal yakni ketka seseorang berdiri di jarak 20 kaki (6 meter) dapat melihat apa yang dapat dipandang dengan mata normal pada jarak 20 kaki. Padangan elang berkisar antara 20/5 atau 20/4 yang artinya seekor elang dapat melihat seekor semut yang sedang merangkak di tanah dari jarak ketinggian gedung 10 lantai. Tetapi penglihatan tidak hanya bersifat fisik, tetapi menilik, mengenal dan memahami. Nah, penglihatan di bagian inilah yang semakin melemah dari diri manusia.

Mengapa kita bisa kehilangan kemampuan melihat (baca: memahami) sesama manusia? Kita dikondisikan oleh budaya kita untuk tidak melihat. Kita dikondisikan untuk menjadi semakin egosentris. Kita terlalu galau untuk dapat melihat. Kita dikondisikan untuk skimming dan browsing (menjelajah) but not reading. Kita kehilangan kemampuan membaca orang karena kita memilih untuk hanya skimming through. Oleh karena terlalu banyak yang harus dibaca, didengar, ditonton dan diketahui sehingga penekanan pada pemahaman pun kian memudar.

Do you see me?
 Orang-orang rindu dilihat, rindu diperhatikan sehingga “apakah engkau melihat saya?” menjadi pertanyaan yang mengusik hati. Orang banyak tidak melihat Yesus, mereka juga tidak melihat Bartimus tetapi Bartimus melihat Yesus dan Yesus melihat Bartimus.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12