Monday 21 January 2013

KASIH BUAT MANUSIA YANG RUSAK




Film musikal Les Miserables (orang-orang yang menderita) dimulai dengan sebuah lagu yang berjudul “look down”. Lihatlah ke bawah, Yesus tidak peduli (Look down, for Jesus does not care). Sebagai manusia yang menderita kita akan memandang bahwa hidup ini tidak berarti, kita ini tidak berfungsi, kita ini bagaikan barang rusak. Saya sangat terkesan dengan perkataan Hugo Cabret dalam film Hugo tahun 2011 yang diangkat dari novel Brian Selznick yang berjudul “The invention of Hugo Cabret”. Berikut ini kutipan perkataan Hugo Cabret yang patut disimak:

Everything has a purpose, even machines. Clocks tell the time, trains take you places. They do what they're meant to do, like Monsieur Labisse. Maybe that's why broken machines make me so sad, they can't do what they're meant to do. Maybe it's the same with people. If you lose your purpose, it's like you're broken.

Segala sesuatu memiliki fungsinya dan apabila ia tidak berfungsi lagi berarti ia sudah rusak. Begitu juga dengan manusia yang diciptakan dan dirancang untuk sebuah tujuan. Apabila ia tidak lagi berfungsi berdasarkan tujuan spiritualnya maka ia dinyatakan rusak secara spiritual. Seseorang mungkin mengatakan, “keberadaan saya adalah sebuah kesiasiaan, kelebihan (baca spare parts). Saya ini tidak ada gunanya”. Tidak ada manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang tidak ada gunanya atau hanya berupa “sampah”. Setiap kita diciptakan dengan sebuah tujuan. Setiap kita memiliki peran yang sangat berarti yang seringkali tidak kita sadari. Hugo Cabret mengatakan… 

I'd imagine the whole world was one big machine. Machines never come with any extra parts, you know. They always come with the exact amount they need. So I figured if the entire world was one big machine, I couldn't be an extra part. I had to be here for some reason. And that means you have to be here for some reason too.
Ada alasan mengapa Anda dan saya hadir di dunia ini. Kita tidak ditempatkan secara acak oleh Sang Pencipta, Perancang alam semesta ini. Mungkin Anda akan berpikir, “Keberadaan saya sangat tidak berarti, tidak berguna, sia-sia, kelebihan alias ada tidak ada sama saja. Keberadaan saya tidak dihargai, peran saya terlalu kecil, sendirian, terisolasi, kesepian dan tidak diperlukan. Saya hanya seorang manusia yang berdosa dan sekali berdosa selamanya pendosa. Tidak ada kesempatan untuk membenahi diri. Tidak ada kesempatan untuk berbalik”. Sepertinya dunia kita sudah hancur, sudah tidak berarti lagi. Karena tidak mampu menyelesaikan persoalan sendiri kita berharap kita dapat menyelesaikan hidup kita (baca mati saja). Tetapi Yesus mengatakan, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mark 2.17).

Perasaan ditolak dan tidak diterima dapat menimbulkan kepahitan dan kebencian. Apabila kita tidak dapat mentransformasi (transforms) rasa sakit kita maka kita akan menjangkiti (transmits) rasa sakit kita. Yang kita perlukan adalah membunuh kepahitan tanpa menjadi kepahitan. Kiranya perasaan diperbudak oleh kehidupan tidak menjadikan kita “korban”.  Sebab apabila kita menjadi korban atau merasa sebagai korban maka kita akan semakin merasa dirugikan, kesal, marah, pahit dan kemudian kita akan mengorbankan (victimize) orang lain. Berhentilah membenci dirimu sendiri! Hidup ini tidak harus selalu menang dan berdiri di tempat yang tinggi. Hidup ini juga termasuk sukacita di tengah kegagalan. Lebih baik gagal tetapi mendalami kehidupan daripada berhasil namun kehilangan hidup. Kita adalah manusia yang rusak (broken people) tetapi tidak ditinggalkan. Kita dikasihi dan disayang. Kata "sayang" dalam bahasa Mandarin 疼爱 (baca teng ai) mengandung arti “sakit” & “kasih”. Yesus mengasihi (疼爱) kita berarti Ia mengasihi kita dengan merasakan sakit (baca penderitaan) kita. Pandanglah ke atas sebab Yesus peduli (Look up for Jesus cares, He looks down and He came down).

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12