Sunday 27 January 2013

LEBIH DARI EMAS 比金可贵


Mazmur 19.8-12 & Lukas 1.1-4 & 4.14-21



Daud mengatakan bahwa Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa, memberikan hikmat, menyukakan hati, membuat mata bercahaya, lebih indah daripada emas, lebih manis daripada madu (baca Mazmur 19.8-12). Apakah sebagian besar orang Kristen menyakini kebenaran tersebut? Jika ya, mengapa pada umumnya, orang Kristen tidak mempelajari firman TUHAN sendiri melainkan lebih memilih untuk menyerahkannya kepada para professional untuk menjelaskannya bagi mereka? Apakah karena takut menghadapi diri sendiri di saat membaca Alkitab? Di sisi lain, setiap orang membaca Alkitab dengan motivasi yang berbeda-beda. Ada yang membaca Alkitab demi tantangan intelektual, melakukan riset dan mendalami Alkitab. Ada juga yang membaca Alkitab demi hal-hal praktis seperti untuk memperoleh petunjuk untuk hidup sehat, menjadi kaya dan berhasil. Ada juga yang membaca Alkitab demi inspirasi sebab Alkitab mengandung inspirasi yang sangat kaya. Yang pasti, membaca Alkitab bukan untuk mengumpulkan informasi atau menambah pengetahuan. Juga bukan untuk menguasai Alkitab, menjadi ahli Alkitab atau mempunyai diploma atau master Alkitab melainkan untuk membaca secara partisipatif untuk melihat ke dalam kehidupan interior kita melalui interaksi dengan Sang Pengwahyu Alkitab yaitu TUHAN Sendiri.


Ketika TUHAN memilih untuk menggunakan “penulisan” untuk mengkomunikasikan firman-Nya, Ia sedang mengambil resiko. Bahasa selalu melekat atau tertanam pada budaya. Saya sering mendengar orang Tionghoa yang meresponi ucapan 谢谢 (baca xie xie) dengan kata 不用谢 (baca bu yong xie) artinya tidak perlu mengucapkan terima kasih atau terima kasihnya ditolak. Orang Indonesia sering meresponi ucapan “terima kasih” dengan “sama-sama” atau “kembali”. Artinya terima kasihnya tidak diperlukan tetapi di kembalikan kepada pemberi ucapan terima kasih. Budaya Barat agak berbeda, ucapan “thank you” dibalas dengan “you are welcome”, ucapan terima kasihmu diterima dengan baik. Begitu juga dengan budaya Jepang, “Arigato gozaimasu” (terima kasih banyak) direspon dengan “dou itashimashite” (ini kesenangan saya).
 

Pernahkah Anda berpikir mengenai etimologi kata “sate” dan “tahu”? Dalam bahasa hokkien sate (sha teh) mengandung arti “tiga potong” sebab sate terdiri dari tiga potong daging sehingga disebut (sha teh – tiga potong). Sedangkan “tahu” (bahasa Tiochiu tao hu), tao berarti kacang dan hu berarti “busuk” / “fermentasi”. Pada masa kecil saya sering mendengarkan orang mengatakan “balikut” kepada anak-anak nakal yang terjatuh atau mainan mereka rusak. Akhirnya saya baru sadar ternyata yang dimaksud dengan “balikut” adalah “very good”. Pernah ketika saya naik bus bersama dengan teman saya dari Puncak menuju Bandung, di tengah perjalanan ada seorang anak muda naik ke atas bus dan berjualan buah salak. Ia berbicara panjang lebar memperkenalkan buah salaknya dalam bahasa Sunda. Saya hanya mendengar kata “salak”, “manis”, “Garut”, “murah” dan sisanya asing bagi saya. Saya kira anak muda ini sedang memperkenalkan salak dari Garut dengan panjang lebar dan setelah saya tanyakan kepada teman saya yang mengerti bahasa Sunda baru saya sadar bahwa ternyata anak muda tersebut bukan sedang mempromosi buah salak dari Garut melainkan sedang memarah-marahi penumpang karena tidak ada yang mau membeli buah salaknya. Karena tidak mengerti bahasanya, saya jadi salah memahami. TUHAN tidak menggunakan bahasa sorgawi untuk berkomunikasi dengan manusia melainkan Ia memilih untuk menggunakan bahasa yang dimengerti oleh manusia namun dengan demikian Ia harus menghadapi resiko salah interpretasi. Jika mau aman, TUHAN bisa menggunakan ilmu pasti seperti rumus aljabar, algoritma atau rumus perkalian untuk berkomunikasi namun rumus matematika tidak dapat menyampaikan pesan tentang kasih TUHAN bagi umat manusia.


Pepatah bahasa Inggris mengatakan, “one man’s tool is another man’s weapon” (alat di tangan seseorang dapat menjadi senjata di tangan orang lain). Kalimat ini juga muncul dalam film The Dark Knight Rises oleh Bruce Wayne. Setiap orang membaca Alkitab dengan praduga masing-masing. Seorang ilmuwan cenderung membaca Alkitab dengan sudut pandang ilmiah sedangkan seorang ahli sejarah akan memperhatikan berbagai unsur sejarah dalam Alkitab. Seorang ahli komputer mungkin akan membaca Alkitab dari sudut pandang komputerisasi. Diakui atau tidak, setiap kita mulai dengan sebuah “praduga”. Jadi, tidak heran ketika para Ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sangat menguasai kitab Taurat menolak dan bahkan hendak membunuh Yesus. Oleh sebab itu, seseorang dapat membaca Alkitab dan menjadi semakin rohani sedangkan yang lainnya menjadi semakin berhati keras dan cenderung mencari-cari kesalahan orang lain dan memanfaatkan pengetahuan Alkitab yang telah ia kuasai seperti yang dikatakan oleh Yesus, “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Yoh 16.2).


Ada yang pernah mengatakan bahwa BIBLE singkatan dari “Basic Instructions Before Leaving Earth” yang artinya instruksi dasar sebelum meninggalkan bumi. Tetapi Alkitab bukan buku magic dan juga bukan Fortune Cookies (kue keberuntungan). Kita tidak dapat mengundi ayat firman TUHAN untuk memperoleh petunjuk dari-Nya. Seseorang mungkin berkata, “TUHAN saya mau bunuh diri, bolehkah? Dan ternyata ayat yang terundi adalah Yohanes 13.27 “Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah segera”. Alkitab tidak dapat dibaca dengan sembarangan dipenggal. Pembagian Alkitab menjadi pasal dan ayat dilakukan dikemudian hari untuk mempermudah pencarian dan pengutipan. Ada yang karena membaca Wahyu 12:3 kemudian menyimpulkan bahwa naga itu sama dengan iblis tanpa memperhatikan bahwa naga yang dimaksudkan oleh Yohanes berkepala tujuh. Bagaimana dengan naga yang memuji TUHAN di Mazmur 148:7? Alkitab banyak menggunakan bahasa metafora seperti “TUHAN adalah batu”, bukan berarti setiap batu adalah TUHAN. Yesus adalah Singa Yehuda, tidak berarti singa itu Juruselamat sehingga kita harus menyembah singa di kebun binatang. TUHAN juga memerintahkan Yohanes, Yehezekiel dan Yeremia untuk memakan kitab (Why 10.9-10, Yeh 2.8-3.3, Yer 15.16), tentunya kita tidak diminta untuk memakan dan mengunyah Alkitab secara harafiah. Alkitab harus dibaca secara menyeluruh. 


Pada tahun 1966, Guinness World records mencatat Paul Getty sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaan sebesar 2 miliar dollar AS. Namun demikian, Paul Getty adalah orang yang sangat pelit, ia bahkan memasang telepon umum di dalam rumahnya sehingga setiap orang yang hendak meminjam telepon pada saat di rumahnya harus membayar saat menggunakan telepon. Pada saat anaknya diculik, ia menolak membayar 17 juta tuntutan penculik hingga telinga cucunya dipotong. Setelah tawar menawar yang cukup lama akhirnya ia membayar 2,2 juta kepada para penculik. Guinness World Records juga mencatat Henrietta “Hetty” sebagai orang terkikir di dunia, dengan kekayaan melebihi 100 juta dollar US pada tahun 1700-an (sekitar 2 miliyar US pada saat ini). Pada saat anak laki-lakinya patah tulang, Hetty menolak membawanya ke rumah sakit, melainkan ia membawa anaknya ke klinik kesehatan gratis khusus orang miskin. Sebaliknya TUHAN peduli dan secara ontologis ia hadir bagi umat manusia dan menanggung malu, derita serta mengorbankan Diri-Nya di atas kayu salib.


Firman TUHAN tidak hanya bersifat abstrak, filosofis maupun konseptual tetapi juga ontologis “Firman menjadi manusia”. Firman TUHAN memberitakan kabar baik bagi orang miskin, pembebasan bagi orang tawanan, penglihatan bagi orang buta, kebebasan bagi yang tertindas dan ini semua digenapi dalam diri Yesus Kristus melalui Diri-Nya dan karya-Nya. TUHAN hadir bagi les miserables (baca orang-orang yang menderita). Tema besar Alkitab adalah “kasih” dimana TUHAN bersolidaritas, TUHAN menyamakan Diri-Nya dengan orang-orang yang menderita. Ia menyimpan air mata kita dalam kirbat-Nya (baca botol air) (Mazmur 56.9). Barangsiapa memberikan pertolongan kepada yang lemah, yang terkecil, yang tertindas, yang terbelenggu telah melakukannya pada Diri TUHAN. Ia mengajak kita untuk melihat wajah-Nya pada sesama seperti yang diungkapkan oleh Yakub kepada Esau yang kemudian juga muncul di dalam dialog film Les Miserables. Yakub berkata kepada Esau, “melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah” (Kejadian 33.10). 


Alkitab tidak untuk dipajang di rak buku tetapi untuk dikonsumsi secara spiritual. Ia lebih berharga dari emas karena ia dapat menyegarkan jiwa kita dan membuat mata kita bercahaya. Membuka hati untuk firman TUHAN juga berarti masuk ke dalam Cerita Allah dan klimaks dari Cerita tersebut adalah Firman menjadi manusia. Cerita tersebut di mulai di taman Eden dan akan berakhir di kota kudus, dimulai dengan pohon kehidupan dan akan diakhiri dengan pohon kehidupan. Inilah Cerita Sang Alfa dan Omega. Cerita ini masih berlangsung…



Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.  (Mazmur 19.8)









"Without Divine assistance I cannot succeed;  With it I cannot fail!" ~ Abraham Lincoln
"There are more sure marks of authenticity in the BIBLE than in any profane history." ...
I have a fundamental belief in the BIBLE as the Word of G-D, written by men who were inspired.  I study the BIBLE daily." ~ Sir Isaac Newton
"Suppose a nation in some distant Region should take the BIBLE for their only law Book,  and every member should regulate his conduct by the precepts there exhibited!   Every member would be obliged in conscience, to temperance, frugality,  and industry;  to justice, kindness,  and charity towards his fellow men;  and to piety, love,  and reverence toward  Almighty  G-D ...  What a Utopia,  what a Paradise would this region be" ~ John Adams

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12