Monday 9 January 2012

Bekerja Keras Namun Cerdas

Bekerja keras dan kegigihan merupakan kualitas diri yang timbul oleh karena kesadaran dan keinginan untuk mengubah hidup yang susah menjadi hidup yang lebih baik. Dan umumnya demi memperjuangkan hidup yang lebih baik secara ekonomis. Sebagian orang mengartikan kerja keras sebagai workaholic atau gila bekerja hingga melalaikan anggota keluarga dan bahkan hidupnya sendiri.

Mungkin kita perlu mendefinisi ulang arti “bekerja keras”. Tujuan orang-orang bekerja keras adalah untuk mengejar sukses. Nah setiap orang menerjemahkan sukses dengan arti yang berbeda-beda. Seseorang bisa bekerja keras untuk menghasilkan bom biokimia dan merancang sebuah pembunuhan massal. Seseorang juga bisa bekerja keras mengumpulkan uang yang banyak kemudian menghambur-hamburkannya. Bekerja keras seharusnya menjadi kualitas intrinsik seseorang. Bekerja keras harus diimbangi dengan kecerdasan dan pengertian sebab bekerja keras tanpa hikmat adalah suatu kebodohan. Mari kita memperhatikan contoh di Alkitab tentang seorang nabi yang bekerja sangat giat untuk TUHAN.

Elia merasa dirinya telah bekerja dengan segiat-giatnya bagi TUHAN. Dia telah dengan setia menjalankan tugasnya sebagai nabi di Israel. Dia merasa sendirian sebab yang kelihatan baginya - orang-orang telah meninggalkan TUHAN, meninggalkan perjanjian TUHAN (tidak lagi setia), meruntuhkan mezbah-mezbah TUHAN dan membunuh nabi-nabi TUHAN. Seringkali, kita juga memposisikan diri seperti nabi Elia. Kita telah bekerja dengan sangat giat bagi TUHAN. Kita aktif di dalam seluruh kegiatan gerejawi sepanjang minggu. Kita tidak pernah absen untuk setiap kegiatan gerejawi dan kita selalu bekerja paling giat di dalam setiap aktivitas. Kita mengunjungi orang di rumah sakit, di penjara dan di rumah-rumah. Kita memberikan khotbah mini kepada orang-orang yang kita temui. Sama seperti Elia kita mungkin berkata, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN”. Perkataan Elia mengimplikasikan bahwa dia telah berkorban besar untuk Allah, bahwa dialah yang bekerja paling giat di Israel. Paulus berkata mereka Sungguh-sungguh giat untuk Allah tetapi tanpa pengertian (Roma 10:2). Bekerja keras tanpa hikmat adalah kebodohan.

Filsafat China mengajarkan tentang bekerja dengan kata “wu wei” yang berarti “tanpa tindakan (non action). Filsafat tersebut diperkuat dengan paradoks “wei wu wei” yang berarti “tindakan tanpa tindakan”. Ketenangan kreatif “creative quietude” dan pengertian terhadap alam dan sekitar menjadi dasar untuk wei wu wei. Bekerja keras cenderung menjadikan seseorang berkepala besar seperti Elia. Orang yang cerdas adalah orang yang bekerja tanpa kelihatan bekerja karena ia mengerti apa yang sedang ia kerjakan tanpa harus membunyikan gong. Alam ini bekerja tanpa kelihatan bekerja; bumi berputar, angin meniup, tanaman bertumbuh. Ketika mendidik Elia TUHAN menghadirkan angin kencang, gempa bumi dan api tetapi TUHAN tidak ada di dalamnya. TUHAN sedang mengajar Elia untuk tidak hanya memperhatikan hal-hal besar yang spektakuler dan memposisi dirinya dalam kebesararan. TUHAN mengajarkan agar dia tidak membesarkan kepala melainkan belajar memahami bahwa TUHAN ada di dalam angin sepoi-sepoi, TUHAN ada di dalam keheningan (tranquility).

Tantangan tersebesar di dalam pelayanan adalah kepala kita tidak menjadi besar oleh karena berbagai sukses yang kita gapai. TUHAN mengingatkan Elia bahwa dia bukan satu-satunya yang setia dan hebat melainkan masih ada 7,000 orang yang telah direservasi, yang tidak sujud menyembah Baal. Untuk misi terakhirnnya, TUHAN memanggil Elia untuk mengurapi 2 orang – satu raja dan satu nabi yaitu pekerjaan yang penting tetapi tidak spektakuler.

Bekerja keras namun cerdas yaitu bekerja dengan memahami apa yang sedang kita kerjakan dan bukan bekerja dengan sibuk tanpa arti. Bekerja keras namun cerdas juga berarti bekerja tanpa kelihatan sedang bekerja sebab kita mengerti cara TUHAN bekerja sehingga kita tidak bekerja sendiri melainkan bekerja bersama Roh Kudus. Tidak memposisikan diri sebagai orang yang sangat penting melainkan menjadi orang yang bekerja di dalam keheningan atau saya sebut dengan ‘service in quietude”.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12