Saturday 14 January 2012

Spiritualitas dan Allah Tritunggal

Spiritualitas termasuk sebuah topik besar di zaman ini sebab setelah lama hidup dipengaruhi oleh sekularisasi dan modernisasi manusia mulai merasakan kehampaan. Tidak heran jika kita melihat kehadiran buku-buku spiritual di toko buku yang ditulis oleh para guru spiritual seperti penulis buku spiritual The Secret, Rhonda Byrne. TUHAN diinterpretasikan sebagai sebuah tenaga alam yang bekerja berdasarkan hukum tarik menarik. Dengan menggunakan pikiran yang patuh pada hukum tarik menarik seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan menjadi Tuhan. Spiritualitas tanpa pengenalan yang benar tentang TUHAN tidak dapat menolong seseorang untuk mencapai keutuhan spiritual. Manusia adalah makhluk spiritual sehingga memang mungkin bagi manusia untuk menggali spiritualitas namun spiritualitas tanpa TUHAN tidak akan sempurna. Yesus mengajarkan kita untuk beribadah dalam “Roh & Kebenaran”. Fondasi spiritualitas adalah dalam “Roh & Kebenaran.

Sebagai manusia kita harus harus menerima bahwa kita tidak mampu mengenal TUHAN kecuali TUHAN memperkenalkan Diri. Kita mesti menerima kenyataan bahwa TUHAN berada jauh di luar kemampuan dan kesanggupan kita untuk dapat dipahami. TUHAN terlalu sempurna, terlalu abstrak dan terlalu besar untuk dapat dikenal dan dipahami. TUHAN tidak dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan sehingga kita tidak dapat mengatakan “TUHAN adalah…”. Jika kita menjadikan TUHAN sebagai objek maka kita sedang membatasi TUHAN. Paulus mengatakan Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Baginyalah hormat dan kuasa yang kekal (1 Timotius 6.16). Kita hanya dapat mengenal TUHAN jika TUHAN memberikan kita hati yang bersih sebab TUHAN berfirman, “Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya (Yer. 24.7)

Segala pengetahuan di dunia ini akan berlalu kecuali teologia atau lebih tepat lagi pengetahuan yang tepat tentang TUHAN. Masalahnya setiap orang mengenal TUHAN dengan menggunakan interpretasi dirinya sendiri, ada yang mengatakan Dia adalah Yohanes pembaptis, Elia, Mesias, TUHAN dan bahkan ada juga yang menganggap Dia sebagai orang gila. Tidak jarang kita mendengarkan orang berkata, “Mengapa TUHAN tidak menghilangkan penderitaan? Mengapa TUHAN tidak menyatakan Diri di awan-awan hingga setiap orang melihat dan percaya? Mengapa TUHAN tidak menciptakan manusia yang tidak sakit? Mengapa TUHAN menyembuhkan yang seorang dan tidak menyembuhkan yang lain? Pertanyaan “Mengapa TUHAN tidak…?”merupakan sebuah kebodohan, menandakan pengenalan yang salah tentang TUHAN. TUHAN memiliki kebebasan penuh, kita tidak bisa membatasi Diri-Nya. Dan justru cara TUHAN bekerja selalu berada di luar dugaan kita, lebih ekstrem lagi, TUHAN selalu bekerja di luar zona adat istiadat dan tradisi.  TUHAN berfirman, Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?  (Yesaya 40:13). Siapakah kita sehingga kita menjadi penasihat TUHAN?

Oleh sebab itu penting bagi kita untuk tinggal diam dan memperhatikan pekerjaan TUHAN. Pemazmur mengatakan, “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah!” (Mazmur 46.11). Untuk mengenal TUHAN dengan benar, kita membutuhkan Roh hikmat dan wahyu (Efesus 1.17). TUHAN menyatakan Diri-Nya melalui Allah Tritunggal.  TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ulangan 6.4). TUHAN berfirman, “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku” (Yes 45.5) TUHAN tidak dapat dikenal kecuali Dia yang menyatakan Diri-Nya Sendiri.  TUHAN memperkenalkan Diri-Nya melalui 3 persona Diri-Nya – Bapa, Anak & Roh Kudus. Allah Tritunggal bukanlah matematika ilahi yang merumuskan Allah melainkan merupakan pernyataan Allah kepada manusia dalam tindakan yang menuntun “actus directus”. TUHAN itu transenden (transcendence), melalui Allah Tritunggal TUHAN menjadi immanen (ada bersama). Yesus berkata, Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa: bagaimana engkau berkata, “Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami (Yohanes 14.9). Roh Kudus adalah Roh TUHAN dan Roh Yesus sebab Yesaya mencatat Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu (Yes 44.3) dan Lukas juga mencatat, “Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka (Kis 16.7)

Spiritualitas kita harus dibangun atas dasar Allah Tritunggal. Allah Tritunggal merupakan misi Allah untuk dunia. TUHAN Semesta Alam memperkenalkan Diri-Nya melalui Bapa, Anak dan Roh Kudus. TUHAN bekerja dengan 3 persona tersebut. Melalui Allah Bapa, kita memahami identitas seluruh umat manusia adalah anak Bapa. Kita tidak lagi mendiskriminasi karena setiap orang adalah anak dari Bapa. Karena dunia ini adalah ciptaan-Nya maka kita tidak seharusnya menciptakan dikotomi antara dunia fisik dan dunia spiritual. Kita seharusnya mengasihi dan menghormati setiap umat manusia.  Kita merangkul dunia ini sebagai rumah sebelum kita berangkat menuju rumah kita yang di Sorga.

Melalui Allah Anak, kita belajar kebebasan dari belenggu dosa merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Selain diri kita yang dibebaskan dari dosa, kita juga menjunjungi tinggi nilai keadilan dan kebebasan. Kita seharusnya menghidupii kehidupan yang bebas. Kita membebaskan diri dari pengaruh egosentris, kebencian, perilaku obsesif serta pengaruh dosa. Keselamatan kita bukanlah sebuah pengalaman individual ataupun cinta diri tetapi selalu merupakan bagian dari komunitas. Karena Bapa itu kreatif, menyukai keharmonisan serta berestetika maka kita juga menjadi anak-Nya yang kreatif, harmonis dan berestetika.

Roh Kudus menunjukkan kehidupan yang dinamis dan tidak dapat diprediksi. Mendengarkan dan mengikuti Roh Kudus menolong kita untuk hidup bebas. Kita tidak mengatur maupun menasehati Roh Kudus. Banyak orang Kristen yang suka mengatur Roh Kudus bahwa Roh Kudus harus begini atau begitu. Yehezekiel mencatat, “Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya” (Yeh 36.27). Tetapi masuklah Roh ke dalam aku dan ditegakkannya aku, lalu Ia berbicara dengan aku, kata-Nya: "Pergilah pulang, kurunglah dirimu di dalam rumahmu. (Yeh 3.24). Kedekatan kita dengan TUHAN terjadi melalui Roh-Nya yang diam di dalam kita. Krusial bagi kita untuk mendengarkan dan menaati Roh TUHAN.

Spiritualitas tanpa Allah Tritunggal adalah Roh tanpa Kebenaran. Pengenalan yang benar terhadap TUHAN merupakan fondasi spiritual. Atas dasar ini kita dapat membangun kehidupan spiritual yang benar, bebas dan dinamis. Bersediakah Saudara?

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12