Wednesday 4 January 2012

Lihatlah! Dia lebih berhasil!

Ketika melihat orang banyak berbondong-bondong mengikuti Yesus, orang-orang Farisi menyimpulkan bahwa Yesus lebih berhasil. Mereka mengatakan, “Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia” (Yoh 12.19). Keirihatian orang-orang Farisi memperbesar apa yang mereka lihat sehingga mereka menggunakan kata “superlative” bahwa “seluruh dunia mengikuti” Dia padahal kita ketahui bahwa hanya sekelompok orang yang telah menyaksikan kebangkitan Lazarus dan mendengarkan muzijat mengikuti Dia di dalam perjalanan ke Yerusalem sambil berteriak “Hosana”. Ternyata inilah keinginan orang-orang Farisi selama ini yaitu disanjung tinggi dan dipuji-puji. Bukankah orang Farisi sangat narsis?

Pemazmur mengajarkan bahwa keberhasilan seseorang bukan ditentukan oleh jumlah pengikut. Perekonomian ditentukan oleh permintaan pasar “orang banyak” tetapi rumus ekonomi tidak dapat diberlakukan untuk kehidupan. Pemazmur mengatakan, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru” (Mzm 118.22). Hidup ini tidak seperti multilevel marketing atau Twitter yang ditentukan oleh jumlah pengikut “follower”.  Yesus mengajarkan bahwa seseorang disebut berhasil jika ia dihormati Bapa (Yoh 12.26). Yesus telah menunjukkan visi kehidupan ini yaitu untuk memperoleh hormat dari Bapa “TUHAN yang Maha Tinggi”. TUHAN yang menjadi manusia menunjukkan esensi kehidupan bagi setiap umat manusia. Melalui Injil Yohanes 12.24-26 Yesus menunjukkan tiga karakteristik keberhasilan.
1). Kematian narsisme (Being),
2). Tidak mengadopsi “populer mind” (Having)
3). Melayani Kristus  dengan pendirian yang sama dengan Kristus (Doing)

Dan hasil akhir dari tiga langkah ini adalah memperoleh hormat dari Bapa. Yesus berkata, Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (ayat 24). Self-centredness atau keegoisan mesti terlebih dahulu mati. Di dalam keegoisan terkandung “kerakusan makanan, amarah, ketamakan, iri hati, keangkuhan, hawa nafsu, sikap acuh tak acuh dan keputusasaan (8 dosa mematikan). “Jatuh ke dalam tanah dan mati” berarti “tidak pamer” yaitu mati dan hilang, tidak membanggakan diri. Yesus mengajarkan bahwa bagian yang tersembunyi di dalam diri kita harus terlebih dahulu mati. Sebab bagian yang tersembunyi ini adalah motor yang menjalani hidup kita, yang menentukan sikap dan setiap pilihan kita. 

Kemudian Yesus berkata, “Tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” (ayat 25). Dunia menawarkan sudut pandang ataupun pola pikir yang saya sebut dengan “the popular mind”. Pikiran atau pendapat orang banyak mengajarkan cara kita hidup. Seseorang mengadopsi “popular mind” karena “narsisme”. Hanya ketika narsisme kita disalibkan kita sanggup melepaskan pengaruh sudut pandang dunia. Dunia memberikan kita konsep sukses dan konsep kehidupan yang menyesatkan. Jika kita mengadopsi “popular mind” maka kita sangat mudah dialihkan dari berkat TUHAN sebab kita akan menganggap suara TUHAN sebagai suara guntur. Suara TUHAN tidak terdengar oleh kita akibat kebutaan spiritual.

Terakhir, Yesus menuntut positioning kita yang sama dengan Diri-Nya. Ketika kita melayani Dia maka kita akan menjadi berbeda dengan “popular mind”. Kita akan ditolak oleh karena pendirian kita. Kita akan menjadi batu-batu yang dibuang oleh para tukang. Kita akan dianggap bodoh oleh dunia dan mungkin saja kita tidak dihormati dunia tetapi kita akan dihormati Bapa. Yang mana yang ingin Anda kejar? Dihormati dunia atau dihormati Bapa? Yang mana yang ingin Anda peroleh? Dimuliakan dunia atau dimuliakan Bapa?  Definisi keberhasilan Yesus berbeda dengan definisi keberhasilan orang Farisi. Keberhasilan orang Farisi ditentukan oleh orang banyak sedangkan keberhasilan Yesus ditentukan Bapa. 

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12