Rasa takut akan penderitaan, penyakit dan tidak ingin merepotkan orang menyebabkan kebanyakan orang mengharapkan kematian yang tenang. Setiap orang mengharapkan masa tua yang tenang tetapi tidak demikian seperti yang dialami oleh Daud. Adonia yang elok perawakannya sudah tidak sabar menanti kematian ayahnya. Dia mulai merencanakan kudeta. Dia memperoleh dukungan militer dari Yoab, komandan berbintang lima serta dukungan gereja yaitu imam Abyatar. Peluang kudeta Adonia tampak sangat optimis. Di dalam kondisi politik yang memanas, Daud yang sudah tua, lemah dan kedinginan ditemani oleh Abisag, seorang perawat perawan yang sangat cantik di kamar pribadinya. Kehadiran Abisag bagaikan titik terang kehidupan bagi Daud yang sudah sangat dekat dengan ambang kematian.
Menyadari krisis politik, Batsyeba datang kepada Daud. Batsyeba mendapatkan dukungan nabi Nathan. Nabi Nathan adalah seorang yang sangat penting dalam kehidupan Daud. Nabi Nathan adalah seorang yang berani berkata jujur kepada raja Daud, ia mewakili TUHAN, ia tidak memiliki agenda pribadi maupun niat jahat. Keberadaan dirinya adalah untuk menolong dan membangun kehidupan spiritual raja Daud. Dia adalah seorang penasehat dan Pembina spiritual raja Daud. Laporan Batsyeba kepada raja tampaknya tidak terlalu dihiraukan oleh raja, tetapi kehadiran nabi Nathan membangunkan raja Daud. Daud mendengarkan masukan nabi Nathan dan segera memerintahkan pengangkatan Salomo sebagai penerus. Berbeda dengan Adonia, Salomo tidak mendapatkan dukungan militer maupun dukungan gereja tetapi Salomo mendapatkan dukungan TUHAN melalui Nabi Nathan dan orangtuanya.
Ketika mendekat kematiannya, Daud berpesan kepada Salomo “Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia kepada TUHAN Allahmu dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya seperti yang tertulis dalam hukum Musa supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju” (1 Raja-raja 2.2-3). Kemudian Salomo diperintahkan untuk menyingkirkan beberapa orang. Yang pertama adalah Yoab anak Zeruya yang telah sangat menyusahkan Daud selama 40 tahun. Yoab adalah panglima tentara Daud yang sangat ambisius. Dia adalah orang yang sangat menyusahkan Daud sepanjang hidupnya. Daud perintahkan agar Yoab dihukum mati karena Yoab telah membunuh Abner, panglima Israel 40 tahun yang lalu. Selain Yoab, Simei juga harus dibunuh. Simei adalah saudara Saul yang mengutuk Daud dengan membabi buta. Simei adalah seorang yang asal memfitnah tanpa terlebih dahulu mencari tahu persoalan sebenarnya. Dia langsung menarik kesimpulan bahwa Daud adalah pengkhianat yang membunuh keluarga Saul dan mengutuki Daud. Selain perintah untuk membunuh, Daud juga memerintah Salomo untuk menjaga anak-anak Barzilai. Salomo harus menjamin agar mereka harus mendapatkan makanan dari meja Salomo sebab mereka telah berlaku setia dan baik kepada Daud ketika Daud melarikan diri dari pembunuhan Absalom.
Setelah Salomo memimpin sebagai raja, Adonia yang pintar segera mendekati Batsyeba. Adonia mengetahui bahwa Salomo sangat taat kepada ibunya. Adonia memohon 2 permintaan kepada Batsyeba yaitu agar dirinya tidak dihukum mati karena kudeta yang telah dia rancang dan meminta Abisag, perawat ayah mereka sebagai istrinya. Batsyeba yang berhikmat kehilangan hikmatnya karena cemburu. Batsyeba pasti mencemburui Abisag yang menemani suaminya siang dan malam hingga dia sangat menyetujui permintaan Adonia. Dia pun menyampaikan dua permintaan tersebut kepada Salomo. Permintaan tersebut membuat Salomo marah besar. Permintaan bodoh Adonia menyebabkan dirinya dihukum mati oleh Salomo sebab Salomo menyadari bahwa permintaan tersebut terlalu berlebihan dan telah menghina ayahnya Daud sebab ia meminta perawat pribadi almahum raja Daud.
Salomo tidak membunuh Abyatar melainkan memecat dirinya dari posisi sebagai imam dan memulangkan dia ke kampung halamannya mengingat Abyatar pernah memimpin pengangkutan tabut Allah. Salomo mengangkat Benaya sebagai panglima tentaranya dan memerintahkan Benaya, kepala pengawal Daud untuk membunuh Yoab. Yoab bersembunyi di dalam kemah suci dan memegang tanduk-tanduk mezbah. Berdasarkan hukum Taurat orang yang bersembunyi dalam kemah suci sambil memegang tanduk-tanduk mezbah tidak boleh dibunuh. Benaya pun kembali kepada Salomo untuk melaporkan peristiwa tersebut. Salomo segera memerintahkan Benaya untuk memenuhi permintaan Yoab yaitu membunuhnya di dalam kemah suci. Yoab tidak menyangka jika Salomo berani melanggar hukum Taurat. Salomo berkata, “TUHAN akan menanggungkan darahnya kepadanya sendiri, karena ia telah membunuh dua orang yang lebih benar dan lebih baik daripadanya, ia membunuh mereka dengan pedang, dengan tidak diketahui oleh ayahku Daud, yaitu Abner panglima Israel dan Amasa panglima Yehuda (1 Raj 2.32).
Alkitab tidak mencatat upacara kematian Daud, pembaca diberikan kesan bahwa kematian Daud biasa-biasa saja tanpa upacara besar. Bagaimana kita menghadapi kematian jauh lebih penting daripada upacara kematian. Karena takhyul atau perasaan takut, banyak orang-orang yang mengadakan upacara kematian yang besar dan extravagance. Kematian diperdayakan sebagai panggung pertunjukkan untuk menunjukkan kekayaan, reputasi dan hormat terhadap jenazah. Kematian Daud mengajarkan kita bahwa kematian bukanlah panggung pertunjukkan. Walaupun Daud seorang VVIP akan tetapi kematiannya hanya dicatat dalam satu ayat firman TUHAN “Kemudian Daud mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud” (1 Raj 2.10). Tidak ada upacara dan tidak ada perkabungan. Hanya satu ayat dan lewat begitu saja. Sebab kematian bukanlah titik akhir. Kematian bukanlah sesuatu yang sangat menakutkan melainkan kematian merupakan sebuah transisi atau fase kehidupan. Di dalam iman kita kepada Yesus Kristus, kematian tidak mengakhiri hidup kita tetapi justru membawa kepada kehidupan yang sangat mulia.