(Eternal & Infinite)
Salomo mengajarkan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam, ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Jika kita menggunakan bahasa zaman kini kita dapat mengatakan, ada waktu untuk sekolah, ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk beristirahat, ada waktu untuk berjuang, ada waktu untuk membuka toko, ada waktu untuk menutup toko. Sepertinya ini sudah merupakan siklus kehidupan. Di dalam hidup ini, setiap orang akan mengalami kegembiraan, kesedihan, kesenangan, sukacita, berhasil dan gagal.
Setiap kita bekerja keras untuk hidup ini, sebab kita mendambakan kehidupan yang lebih baik. Kita berpikir dengan berbagai pencapaian dan harta benda kita sudah mencapai kebahagiaan. Kesibukan kita membuat otak kita bekerja dengan sangat aktif namun hal tersebut menonaktifkan roh kita. Di dalam berbagai kesibukan, tubuh kita dilelahkan dan hati serta jiwa kita juga menjadi lelah. Tubuh yang lelah mudah dipulihkan namun hati dan jiwa yang lelah sulit untuk dipulihkan. Ketika kita secara terus-menerus berkecimpung di dalam kesibukan, kita tidak akan merasakan apa-apa. Akan tetapi setiap kali kita merenungkan kehidupan kita dengan mendalam kita akan menemukan kehampaan dan kesia-siaan. Kita akan bertanya-tanya, apa sich yang sedang aku kejar? Apa sich yang sedang aku lakukan? Kenapa tidak berarti? Apa sich yang kurang? Segiat apa pun kita berjuang dan sebesar apa pun kita berjuang, tetap saja kita merasakan ada yang kurang. Pernahkah kita berpikir mengapa kita selalu merasa ada yang kurang di dalam hidup ini?
TUHAN memberikan keabadian di dalam hati setiap kita. Apa pun yang kita kerjakan, apa pun pencapaian kita, kita akan tetap merasa hampa kecuali jika hidup kita sudah bergeser ke dalam keabadian yakni jiwa kita memahami keabadian. Jika hidup kita tidak bersentuhan dengan keabadian yakni TUHAN itu sendiri, maka kita akan selalu merasa kurang, selalu merasa hampa. Salomo membicara 2 hal yang bersifat misteri yakni kelahiran dan kematian. Tidak ada orang yang sanggup memahami proses kelahiran seorang anak. Bagaimana tulang, paru-paru, ginjal, hati, jantung, pembuluh darah serta otak terbentuk di dalam diri seorang ibu. Tidak ada orang dapat memahami misteri tersebut. Setiap kita yang sudah berada di dunia ini tidak sanggup memahami mengapa kita bisa hadir di dunia ini. Kita tidak dapat memilih untuk muncul di dunia ini. Kita hadir begitu saja, inilah keajaiban sebuah kehidupan. Tidak ada orang yang sanggup mengendalikan kematian. Kematian berupa sebuah misteri atau sebuah kuasa. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini dapat mengendalikan kematian. Kita sadar bahwa ada kuasa yang lebih tinggi yang mengatur kematian. Di China, Kaisar Qin pernah berusaha untuk mendapatkan obat agar ia dapat hidup selamanya. Namun ia gagal, ia bahkan tidak sanggup menunda kematiaannya. Tetap saja dia dijemput kematian. Sehebat-hebatnya seseorang, sepintar-sepintarnya seseorang ia tidak berkuasa atas kelahiran dan kematian. Tuhan Yesus berkuasa atas kematian. Setelah kematian, Dia bangkit dari dalam kubur. Kematian tidak berkuasa atas Diri-Nya. Kematian tidak dapat mengendalikan Diri-Nya. Dia memiliki otoritas yang lebih tinggi. Kematian tidak dapat mengalahkan Diri-Nya.
Salomo mengajarkan kita bahwa tidak ada orang yang sanggup menyelami pekerjaan Allah karena Allah tidak terbatas (infinite). Kita tidak dapat memahami Allah dengan sepenuhnya. Apa yang dunia berikan bersifat ilusional, tampaknya indah, baik namun menipu. Yesus mengatakan bahwa apa yang Ia berikan berbeda dengan apa yang dunia tawarkan. Sebab Dia memberikan damai sejahtera. Dia berkata, “Janganlah gelisah dan janganlah gentar.” Kita perlu bersentuhan dengan yang abadi (eternal) dan yang tak terbatas (infinite) yakni TUHAN Sendiri maka kita baru dapat hidup di dalam kelimpahan dan kebahagiaan yang murni.