Monday, 9 January 2012

Harta di Dalam Bejana Tanah Liat

Yeremia 28:5-9 & Matius 10:40-42
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku (Mat 10:40). Perkataan Yesus di dalam ayat ini menyatakan identitas seorang murid-Nya. Seorang murid adalah seorang wakil TUHAN di dunia, keberadaannya penting dan hidupnya adalah sebuah kehormatan. Sebab ketika ia diterima maka TUHAN juga diterima. Pada zaman dinasti China, ketika kaisar hendak memanggil, memberikan tugas, maupun memberikan penghargaan, kaisar akan mengutus seorang kasim (eunuch) yang membawa surat kerajaan “imperial edict”. Ketika sang utusan tiba di residen seorang jenderal atau pegawai raja, maka setiap orang yang menyambut utusan kaisar harus bersujud lutut bagaikan mereka menyambut raja. Sebab utusan kaisar mewakili kaisar sendiri, barangsiapa menolak utusan kaisar berarti ia juga menolak kaisar sendiri. Apabila kita mewakili TUHAN, maka kita adalah harta di dalam bejana tanah liat. Kita bukan siapa-siapa, kita hanyalah manusia yang terbatas dan hina. Tubuh kita bisa menjadi lemah dan berakhir. Akan tetapi di dalam diri kita terkandung “harta” yang sangat berharga oleh karena kita menerima kekuatan dari Allah (Baca 2 Kor 4:7).

Hidup di zaman yang dipengaruh kuat oleh konsumerisme dan hedonisme, kita perlu bertanya, “Apakah kita mewakili benda yang kita gunakan atau benda yang kita gunakan mewakili kita?” Orang yang mewakili benda, kepercayaan diri dan sikapnya ditentukan oleh benda yang ia gunakan. Jika benda yang dia gunakan lebih superior maka dia juga bersikap lebih superior dan percaya diri. Jika benda yang dia gunakan ternyata lebih inferior maka dia pun tidak berani dan tidak tidak percaya diri.  Sedangkan apabila benda mewakili kita maka siapa diri kita akan menentukan benda yang kita gunakan. Misalnya kondisi kebersihan dan kerapian benda yang kita gunakan karena kita merawat dan memperhatikannya. Keserasian berpakaian maupun keserasian penataan ruang-ruang di rumah mencerminkan siapa diri kita. Penataan meja dan lain sebagainya mewakili kita. Sebab secara kejiwaan, seseorang dapat dikenal dari benda yang ia gunakan. Jika Saudara adalah seorang yang anggun dan mengenakan pakaian yang anggun maka pakaian Anda mencerminkan siapa Anda.  Ingat bahwa berpakaian merah tidak menjadikan Anda berani, bercelana putih tidak menjadikan Anda suci.

Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar (Mat 10:41). Ternyata TUHAN tidak hanya memberkati kita tetapi juga menyediakan berkat bagi orang yang akan menerima kita berdasarkan siapa kita. Orang yang menerima kita akan menerima upah berdasarkan siapa diri kita. Oleh sebab itu membangun diri seharusnya menjadi prioritas kita, sebab tidak hanya kita yang akan menerima upah tetapi orang yang menyambut kita juga akan menerima upah. Saya pernah menonton sebuah program televisi yang berjudul “Undercover Boss”. Di dalam program tersebut, pegawai tinggi perusahaan seperti Executive, CEO ataupun pemilik perusahaan sendiri akan menyamar sebagai seorang pelamar kerja. Diikuti oleh sebuah kamera yang merekam proses perekruitan. Melalui program ini, boss dapat mengevaluasi kinerja, memberikan penghargaan, mendesain pelatihan maupun memecat karyawannya. Di akhir program, bos akan memanggil karyawan yang berhubungan dengan dia pada saat orientasi kemudian bos akan menyatakan identitas dirinya. Biasanya karyawan tersebut akan sangat terharu sebab dia tidak menyadari ternyata karyawan baru yang ia kenal adalah bosnya sendiri. Di akhir program ada yang menangis bahagia karena mendapatkan penghargaan dan juga ada yang menyesal karena dipecat. Program tersebut mengispirasi kita bahwa sebagai murid Kristus kita adalah harta di dalam bejana. Identitas diri kita yang sebenarnya terselubung bagi orang-orang yang tidak percaya.

Di lain sisi, kita juga dapat memilih untuk menjadi sampah di dalam bejana emas. Inilah yang Hananya lakukan. Dia adalah seorang nabi yang bernubuat bahwa umat TUHAN akan mengalahkan tentara Nebukadnezzar. Dia menuduh Yeremia sebagai nabi palsu. Yeremia di belenggu dengan gandar dan di penjara sebab Yeremia memberitakan bahwa umat TUHAN harus menyerah kepada Nebukadnezzar.  Jika kita adalah raja atau umat, kita memilih untuk mendengarkan perkataan nabi Hananya atau nabi Yeremia? Yeremia adalah harta di dalam bejana sedangkan Hananya adalah sampah di dalam bejana emas.

Apabila kita menjadi murid Kristus, menaati kebenaran maka kebenaran ada di dalam diri kita. Walaupun kita tidak memiliki kebenaran “possess truth” tetapi kita menghidupi kebenaran. Ada banyak pengikut Kristus yang menjadi kebenaran milik mereka sehingga mereka menggantikan kebenaran itu sendiri. Mereka bertindak secara semena-mena dan memberikan solusi yang tidak menyelesaikan persoalan “non-soluble solution” dan memberikan alasan yang adalah bukan alasan “unreasonable reason” seperti yang dilakukan oleh nabi Hananya. Mereka mempunyai agenda pribadi. Mereka mengembangkan teologia yang tidak teologis. Maka mari kita membangun hidup kita agar hidup kita menjadi harta ‘treasure” dalam bejana tanah liat. Barangsiapa menerima kita ia menerima Dia dan dia akan menerima berkat yang berkelimpahan sama seperti kita.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12