Deborah adalah seorang pemimpin di zaman hakim-hakim. Bangsa Israel baru menempati tanah Perjanjian. Mereka melakukan kejahatan di mata YHWH sehingga YHWH menyerahkan mereka kepada para raja Kanaan. Mereka tertindas selama 20 tahun dibawah Sisera. Sisera diperkenalkan sebagai seorang pemimpin militer yang mempunyai 900 kereta besi. Deborah memanggil Barak untuk melawan Sisera sebab YHWH memberikan dukungan dan Barak dijamin pasti menang. Tetapi Barak tidak berani padahal Barak merupakan pemimpin militer. Dia tidak berani melawan Sisera dengan 10,000 pasukannya. Dia berespon, “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju” (4:8). Respon Barak memberikan kesan bahwa dia adalah seorang pemimpin yang tidak beriman dan penakut. Dia melihat kehebatan Sisera dan tidak melihat dirinya disertai YHWH. Deborah pun memberi respon, “Baik aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Ketika seseorang tidak beriman dan tidak berani melangkah mengikuti TUHAN, ia dapat dengan mudah digantikan. Kemuliaan tersebut disediakan untuk Barak tetapi karena Barak tidak berani maka Deborah dan Yael yang menerima kemuliaan. Walaupun sebagai seorang perempuan Yael dan Deborah memiliki kualitas kepemimpinan. Yael tidak menanti kepulangan suamiya untuk membunuh Sisera. Dengan hikmat dan keberanian dia mengambil nyawa Sisera, sang penindas. Suami Deborah sama sekali tidak terkenal walaupun namanya disebut ketika penulis memperkenalkan Deborah. Deborah adalah seorang yang beriman dan berani.
Kepemimpinan bukanlah jabatan. Sebagai pemimpin militer, seharusnya Barak menjadi terkenal setelah kekalahan Sisera. Sia-sialah jika seseorang menyandang jabatan sebagai pemimpin tanpa memiliki jiwa dan kualitas untuk memimpin sebab kepemimpinan bukanlah jabatan maupun status. Kepemimpinan terkandung di dalam jiwa seseorang. Boss dan Manager merupakan jabatan. Orang-orang takhluk karena takut terhadap ancaman dari Boss, Manager, kepala divisi maupun kepala cabang dan bukan karena kepemimpinannnya. Barak merupakan seorang yang menyandang jabatan tetapi tanpa jiwa dan kualitas pemimpin. Deborah dan Yael berbeda, mereka memiliki jiwa pemimpin. Pemimpin adalah orang yang dapat mengambil keputusan di dalam kondisi yang sulit. Pemimpin adalah seorang yang berani menghadapi realita. Pemimpin adalah seorang yang tidak tergoda oleh sebuah jabatan maupun jumlah pengikut. Seorang pemimpin yang berkualitas adalah seorang yang mengikuti dan mendengarkan TUHAN. Tidak ada yang sanggup melawan mereka sebab TUHAN bersama dengan mereka. Mereka tidak takut terhadap kekalahan sebab tidak ada kekalahan di dalam TUHAN.
Debora digambarkan bahwa dia duduk di bawah pohon korma. Dia adalah seorang nabiah atau seorang hakim. Tidak ada pengangkatan resmi sebab TUHANlah yang mengangatkan dirinya (baca Hak 2:17-18). Debora tidak menempatkan dirinya di Betel, tempat keberadaan Tabut Allah. Kehidupan Deborah dengan jelas menggambarkan kualitas seorang pemimpin tidak bergantung pada unsur-unsur eksternal. Seseorang tetap adalah seorang pemimpin walaupun ia tidak menjabat, walaupun ia tidak berada di dalam sebuah organisasi ataupun korporasi. Sebab kepemimpinan ada di dalam jiwa seseorang dan bukan pada jabatan seseorang.
TUHAN mengharapkan setiap anaknya adalah pemimpin, TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia (Ulangan 28:13). Jadilah seorang pemimpin!