Sunday 4 November 2012

HAI UMAT, DENGARLAH!

Ulangan 6.1-9, Mazmur 119.1-8, Ibrani 9.11-14 & Markus 12.28-34


“Pak, nasi ayam gulai satu bungkus. Tidak pake kuah santan, tidak pake lalapan. Pake cabe ijo”. Kemudian penjual berespon, “Siap bos!”. Karena tidak memperhatikan saat dibungkus, setiba di rumah pembeli menemukan, nasi ayam gulainya disirami kuah santan hingga sangat basah, disertai lalapan dan berisi cabe merah. Mendengarkan memang terkesan mudah tetapi sebenarnya tidak mudah. ("hearing" is different from "listening"). Seringkali kita terlalu sibuk untuk mendengarkan (we are too occupied to listen). Mendengarkan membutuhkan kerendahan hati. Mendengarkan membutuhkan keheningan hati. Sulit sekali bagi seorang yang sombong untuk mendengarkan. Tanpa keheningan hati, seseorang akan cenderung salah mendengar (baca salah mengerti) apabila tidak mendengarkan dengan saksama. Mendengar itu penting sebab mendengarkan (listen & heed) merupakan langkah awal untuk memahami dan menaati. Musa memanggil, “Dengarlah saudara-saudara, lakukanlah itu dengan setia supaya kamu sejahtera dan menjadi bangsa yang besar di negeri yang kaya, dan subur, seperti dijanjikan TUHAN Allah leluhur kita” (Ul 6.3). Yesus juga menekankan, “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel! TUHAN Allah kita, TUHAN itu esa.” (Mar 12.29).

שְׁמַע יִשְׂרָאֵל(Baca Shema Yisrael). “Dengarlah, hai orang Israel” merupakan kata pembuka penyampaikan hukum terutama yang mengindikasikan betapa pentingnya hukum terutama sehingga perlu diperhatikan dengan sepenuh hati. Ketika mendaki hingga ke puncak gunung kita dapat mendengarkan suara gunung yakni suara keheningan gunung. Hati yang tenang akan dapat mendengarkan dengan jauh lebih baik. Hai umat, dengarlah!

Sebuah mobil mewah berkecepatan maksimum 300 km per jam, memiliki desain interior yang nyaman dan ekslusif, dilengkapi dengan wifi berkecepatan tinggi, HD LCD video player dan GPS namun mobil tersebut tidak dilengkapi dengan lampu depan dan rem. Apakah Saudara bersedia mengendarai mobil tersebut? Hukum bagaikan lampu dan rem di mobil yang menerangi jalan yang gelap dan berfungsi untuk melindungi. Hukum diberikan untuk ditaati agar “baik keadaan kita” (Baca Ul 6.3). Karena begitu pentingnya hukum sehingga hukum harus diajarkan secara terus menerus, terjemahan NIV menggunakan kata “to impress” atau mengesankan. Mengesankan (to impress) anak-anak akan betapa pentingnya hukum. Hukum harus dibicarakan (talk), disampaikan dan kemudian diikat (tie) yang artinya disimbolkan sebagai peringatan (Baca Ul. 6.7-8). Hukum terutama diberikan atas dasar “Yahweh is one!” (TUHAN itu esa). Karena TUHAN itu satu maka kasih hukum menjadi jelas dan pasti.


Yang menakutkan adalah ketika hukum, aturan dan ritual kehilangan “spirit” atau fondasi dasarnya yakni “kasih” sehingga hukum, aturan dan ritual hanya menjadi alat untuk merasa baik, merasa teratur dan merasa sudah memenuhi tanggungjawab agama. Hukum, aturan dan ritual juga dapat diperalat untuk mengekang, memanipulasi, mengeskploitasi, meremehkan, merendahkan orang lain. Untuk itu, hukum tidak pernah boleh terpisah dengan kasih sebab kasih adalah dasar hukum yang diberikan TUHAN kepada umat-Nya. TUHAN adalah Kasih. Dia adalah Designer Kasih yang mendesain alam semesta ini dengan kasih sehingga kasih merupakan software alam semesta atau “the operating system” of this universe.

Kasih bagaikan tenaga yang menggerakkan mobil. Kasih tidak bersifat konsumtif tetapi kasih itu bersukacita memberi dan bersedia berkurban. Seseorang pria yang mengasihi bersedia membeli sebuah hadiah yang istimewa yang dipilih dengan penuh cinta kasih dengan harapan hadiahnya disukai oleh wanita yang ia cintai. Seorang perempuan bersedia dengan penuh sukacita memasakkan nasi goreng, mie goreng bagi orang yang ia kasihi dengan sepenuh hati dan berlompat-lompat kegirangan. Seorang ibu bersedia memberikan kue yang paling ia sukai ketika hanya tersisa satu kepada anaknya atau kepada suaminya. Dunia menjadi tempat yang indah ketika manusia saling mengasihi dengan tulus dan penuh pergurbanan. Oleh karena kasih Yesus mempersembahkan Diri-Nya sebagai persembahan yang tak bercacat untuk menyucikan hati nurani manusia dari perbuatan yang sia-sia agar manusia dapat beribadah kepada Allah yang hidup (Baca Ibr. 9.14).

Kasih itu bersifat relasional. Interaksi kasih dimulai dari kasih Allah kepada kita. Oleh karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita maka kita mengasihi Dia. Maka, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ul 6.5 & Mar 12.30). Yesus menambahkan “akal budi” ke dalam hukum pertama yang disampaikan Musa. Hal ini mungkin dikarena worldview yang berbeda antara orang Ibrani dan Yunani.  Bagi orang Yahudi segenap jiwa sudah termaksud akal budi sedangkan worldview Yunani yang dualis cenderung memisahkan jiwa dengan akal budi. Kemudian “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mar 12.32.). Kasih Allah kepada kita merupakan dasar untuk mengasihi diri kita sendiri dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Sebab orang yang tidak mampu mengasihi diri sendiri tidak akan mampu mengasihi sesama. Seorang yang tidak mengasihi TUHAN tidak akan mengasihi diri sendiri (kecuali kasih yang egoistic yang cenderung merusak diri sendiri, disadari atau tidak disadari), dan seseorang yang tidak mengasihi diri sendiri tidak mampu mengasihi sesama.

Dengarlah dan ingatlah akan 3 L (Law, Love dan Life). Hukum bagaikan lampu depan dan rem mobil yang berfungsi untuk mengamankan. Dan Love bagaikan tenaga yang menggerakkan mobil dalam perjalanan kepada tujuan (Life). Paulus mengingatkan “orang yang mengasihi sesama manusia, sudah memenuhi semua hukum Musa.” (Roma 13.8). Yohanes menegaskan, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (1 Yoh. 4.20). Barangsiapa mempunyai hati, hendaklah ia mendengar!


Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12