Pernikahan merupakan momen berbahagia bagi
keluarga kedua mempelai oleh sebab itu orang Chinese menggunakan kata 双喜 (baca shuang xi) yang berarti “double happiness”. Setiap pasangan
yang akan menikah pasti mengharapkan tidak ada permasalahan yang timbul di
tengah pernikahan dan resepsi mereka sehingga anggota keluarga dan sahabat akan
berusaha untuk mempersiapkan pernikahan dengan sebaik mungkin. Di zaman
sekarang, tidak jarang calon mempelai bersedia membayar event organizer untuk memeriahkan acara pernikahan mereka. Di
Nopember lalu (2012) di Bandung, sempat terjadi peristiwa yang sangat
mempermalukan kedua mempelai sebab makanan untuk resepsi tidak berkunjung tiba.
Makanan dipesan dari sebuah restoran dan seharusnya diantar ke tempat resepsi
tetapi ternyata rumah makan tersebut mengalami masalah keuangan sehingga tidak
sanggup menyediakan makanan bagi kedua mempelai. Keluarga kedua mempelai pasti
merasa sangat malu dan kecewa. Apabila sempat terjadi perbedaan pendapat saat
memilih tempat resepsi maka peristiwa tersebut akan menimbulkan pengalaman yang
pahit bagi keluarga kedua pasangan.
Nah, pernikahan di Kana juga bakal mengalami
persoalan yang memalukan jika diekspos - mereka kehabisan anggur. Ternyata
orang yang hadir lebih dari yang telah diperkirakan atau jumlah orang yang
minum anggur lebih dari yang sudah diperhitungkan. Persoalan ini bisa
menimbulkan perselisihan di antara keluarga besar kedua mempelai. Mereka bisa
saling menyalahkan, bertengkar dan yang jelas akan berdampak pada hubungan
kedua insan. Maria melihat bahwa mereka membutuhkan pertolongan sehingga ia
memohon Yesus untuk memberikan pertolongan dengan berkata, “Mereka kehabisan
anggur”. Maria hanya melaporkan persoalan dan tidak meminta bagaimana Yesus
seharusnya menolong keluarga ini. Permintaan Maria menunjukkan kepeduliannya,
imannya serta ketaatannya. Maria hanya berkata kepada para pelayan, “Apa yang
dikatakan kepadamu, buatlah itu!”
Jawaban Yesus menunjukkan bahwa waktunya belum tiba
tetapi Ia tetap memberikan bantuannya. Dalam terjemahan bahasa
Mandarin jawaban Yesus terdengar agak kasar, “Wanita, apa hubunganku denganmu, apa
urusanku dengan anggur yang habis. Waktuku belum tiba” (terjemahan saya). Yesus sedang menyatakan bahwa Dia adalah Penguasa
Hidup atau The Master of life (生命的主宰). Kemudian Yesus memberikan perintah kepada para
pelayan untuk mengisi air di dalam tempayan-tempayan air pencuci kaki para
tamu. Para pelayan pasti bingung, yang habis kan air anggur, kenapa harus menyiapkan
air cuci kaki? Lebih ekstrim lagi Yesus meminta para pelayan untuk menyedok air
cuci kaki tadi untuk dibawa kepada pemimpin pesta. Pemimpin pesta mengecapnya
dan terkejut (tidak menyadari bahwa itu
anggur yang telah berubah dari air pencuci kaki). Pemimpin pesta pun
berkata kepada mempelai laki-laki bahwa biasanya orang-orang memberikan anggur
terbaik di awal, ia malah memberikan anggur yang terbaik di akhir.
Dalam novel The Lord of the Rings karya J. R. R
Tolkien, ada kisah tentang hobbit yang mendapatkan cincin Tuan Mordor. Cincin
tersebut menyebabkan dirinya terbelah menjadi dua kepribadian yakni Smeagol dan
Gollum. Smeagol merupakan dirinya yang polos, yang baik, yang setia sedangkan
Gollum adalah dirinya yang telah dikuasai oleh cincin tersebut yang jahat, yang
ingin membunuh demi merampas kembali cincin tersebut dari Frodo. Ia mengalami
konflik diri untuk menaati Tuan Mordor - Sauron yang ingin memperoleh kembali cincinnya
atau Tuan Frodo yang hendak memusnahkan cincin tersebut. Jadi pertanyaannya adalah, "Who is the Master of your life?"
Nabi Yesaya mengatakan, “Engkau tidak akan disebut
lagi “yang ditinggalkan suami”, dan
negerimu tidak akan disebut lagi “yang
sunyi”, tetapi engkau akan dinamai “yang
berkenan kepada-Ku” dan negerimu, “yang
bersuami”, sebab TUHAN telah berkenan kepadamu, dan negerimu akan bersuami (Yes
62.4). Maksudnya engkau tidak akan sendirian lagi, engkau akan bertuan,
memiliki Pemilik dan Pelindung. Yesus adalah Tuan Kehidupan yang dapat mengubah
hidup kita dari seperti air pencuci kaki menjadi seperti anggur. 生命的主宰 (baca
sheng ming de zu zai) berarti “The Master of Life”. Kata 宰 (baca
zai) berarti membunuh atau “slaughter”. Dengan kata lain, the Master of Life adalah
Tuan yang memberi kehidupan dan mengambil nyawa. Sebagai The Master of Life TUHANlah yang berotoritas memberikan hidup maupun
mengambilnya kembali. Oleh sebab itu sebagai manusia kita tidak berhak mengambil
nyawa kita sendiri. Kita tidak memiliki hidup kita sendiri melainkan hidup kita
ada di tangan Sang Penguasa Hidup (生命的主宰). Maria memahami hal ini sehingga ia tidak memaksa
bagaimana TUHAN Yesus harus bertindak melainkan ia percaya bahwa Yesus akan melakukan
sesuatu berdasarkan kehendak-Nya sehingga Maria mengatakan, “perbuatlah apa yang
Ia perintahkan”.
Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Sebagai
Tuan Kehidupan, Ia dapat mentransformasi hidup kita. Apa yang membuat kita
terluka, tersakiti, terpisah dari diri kita sendiri dapat diubah oleh Kristus
menjadi kekuatan di dalam diri kita.