1 Samuel 2.18-20,
26 & Mazmur 148
Kolose 3.12-17
& Lukas 2.41-52
Time Flies! Waktu
tidak menanti. Baik waktu kita bergerak maupun tinggal diam hidup tetap
berlangsung. Apakah belajar dan bertumbuh merupakan orientasi hidup kita? Ada orang
yang menghabiskan 25 tahun dalam hidupnya untuk menerima pendidikan formal
mulai dari TK hingga Ph.D. Namun pendidikan formal bukanlah satu-satunya proses
pembelajaran. Pepatah mandarin mengungkapkan “活到老学到老”
(Hidup sampai tua, belajar sampai tua). Di dalam kisah-kisah wu xia, seorang warrior belajar berbagai
kungfu untuk bisa hidup di dunia persilatan. Dan umumnya orang-orang berambisi
menjadi pemimpin di dunia persilatan. Berbagai kungfu dipelajari seperti ba gua zang, taichi quan, jiu ying sheng
gong, jiu yang sheng gong, wu ying jiao. Ada yang bahkan belajar hingga 走火入魔 (baca zou huo ru mo)
yakni belajar hingga “terbakar” dan masuk ke dalam “Iblis”. Pengetahuan dapat
membesarkan kepala seseorang. Pengetahuan juga bisa membuat orang terjebak dan
terkurung pada kepintarannya sendiri.
Orang Chinese
menggunakan ungkapan 新年进步
(baca xin nian jin bu) untuk mendoakan (wish) agar hidup lebih maju (mantap)
dari tahun sebelumnya. Orang Barat menggunakan kata “sukses” untuk
mengekspresikan pencapaian dan keberhasilan seseorang. Selamat sukses ya buat keluargamu, buat kariermu buat pendidikanmu.
Satu kata digunakan untuk berbagai keadaan atau pencapaian. Dalam ungkapan
bahasa Mandarin lebih dispesifikasi dengan diawali dengan kata cheng yang
artinya pencapaian, diantaranya: 成才Cheng
cai (pencapaian intelektual), 成名Cheng
ming (menjadi terkenal), 成功Cheng
gong (berhasil dalam pekerjaan), 成器Cheng
qi (menjadi seorang yang berguna), 成婚Cheng
hun (menikah), 成家Cheng jia (berkeluarga),
成熟Cheng shu (dewasa). Kata
“cheng” juga digunakan untuk mengekspresikan orang yang gagal seperti成不了事 cheng bu liao shi
(tidak berhasil mengerjakan segala sesuatu) dan sikap yang kasar 成何体统
cheng
he ti tong (orang yang tidak sopan) atau dalam bahasa Tiochiu bue jiang io. Melalui beberapa ungkapan
ini kita menemukan bahwa “pencapaian” (成)
itu bersifat subyektif. Pencapaian di sisi apa yang semestinya menjadi
orientasi hidup kita?
Dalam catatan
pertumbuhan Samuel dan Yesus, mereka sama-sama masih anak-anak dan sama-sama
berada di bawah pengawasan dan pengasuhan - Samuel berada di pengawasan dan
pengasuhan imam Eli yang buta secara rohani sedangkan Yesus berada dalam
pengasuhan Yusuf dan Maria yang tidak mengerti apa yang Ia katakan. Yang menarik,
mereka sama-sama berada di dalam “rumah Bapa”. Bagi saya kata “rumah Bapa”
selain mengandung makna kemah suci, bait Suci, kehadiran Allah atau gereja juga
bermakna “dunia”. Dunia ini merupakan dunia Bapa bagaikan “playground” (操场) atau tepi pantai
tempat kita bereksplorasi, belajar, bermain dan bertumbuh. Mereka bertumbuh secara
fisik dan hikmat serta disayang Allah dan manusia. Kata disayang oleh manusia
bukan berarti mereka disayang oleh semua orang tetapi mereka disayang oleh
orang-orang yang mengasihi Allah.
Mereka semakin
bertumbuh secara fisik dan hikmat (sepadan). Ada orang yang fisiknya berumur 40
tahun tetapi jiwanya berumur 15 tahun. Tetapi sebaliknya ada yang fisiknya
berumur 15 tahun tetapi kedewasaannya berumur 40 tahun. Orang Tiochiu memiliki
istilah “oi lao bue tua” untuk mengekspresikan seseorang yang bertambah umur
tetapi tidak menjadi dewasa. Maksudnya, pertumbuhan jiwanya tidak sepadan
dengan pertumbuhan fisiknya. Di dalam film小龙怒
(baca Xiao Long Nv), ada seorang kakek tua yang kungfu gerakan ringannya hebat.
Dia dikenal sebagai “lao wan tong, zou bo
tong”. Lao wan tong merupakan istilah yang mengungkapkan orangtua dengan
jiwa anak-anak. Saya sangat berkesan ketika mengenal seorang anak berumur 12
tahun. Karena menderita penyakit Duchenne Mascular Dystrophy ia hanya bisa
menghabiskan hidupnya dikursi roda mengandalkan bantuan orang lain. Ia tetap
sekolah walaupun dalam keadaan hujan deras. Di saat liburan sekolah di rumah,
ia dengan bahagia menyaksikan adiknya yang bermain berlari ke sana ke mari
dengan teman-temannya. Dan yang lebih
menakjubkan adalah ia berkata, “Saya
tidak apa-apa dengan kondisi saya. Saya tidak harus sembuh. Saya bisa menerima.
Dan saya berbahagia”.
Seseorang yang
dapat belajar adalah seseorang yang selalu bersedia untuk learn, unlearn and relearn yakni seorang yang bersedia belajar,
melihat kembali apa yang sudah dipelajari dan mempelajari ulang. Seseorang
berhenti bertumbuh pada saat ia berhenti belajar dan seseorang berhenti belajar
pada saat ia merasa ia sudah mengetahui. Beberapa waktu yang lalu saat sedang
makan di sebuah warung kopi tanpa disengaja saya mendengarkan percakapan dua
orang. Yang seorang mengatakan, “Gubernur sekarang payah, proyek propinsi di
Dompak sudah berhenti. Kemudian teman bicaranya menyahut, “Bukan, tetapi dana
dari pusat belum turun harus tunggu tahun 2013 akan turun dana sebesar 1 triliun.”
Temannya pun bertanya, “1 triliun itu berapa sich?” Bapak itu pun menjawab,
“satu triliun itu banyak sekali, sekitar belasan miliyar”. Kemudian bapak yang
mendengar pun berespon, “wah, banyak sekali”.
Bruce Lee
mengatakan seseorang harus mengosongkan cangkir sebelum ia bisa belajar. Dengan
mengosongkan cangkir kita menyediakan ruang untuk diskusi dan interaksi.
Confucius mengajarkan “知之为知之,不知为不知,是知也
(baca zhi zhi wei zhi zhi bu zhi wei bu zhi shi zhi ye) yang artinya mengetahui
adalah mengetahui, tidak mengetahui adalah tidak mengetahui, itulah pengetahuan
yang sejati.
Seorang ibu
mengatakan, “percaya Yesus itu baik, kamu harus percaya. Yesus serba tahu”. Ibu
yang satu lagi bertanya, “Benarkah Yesus sehebat itu?” “Yah, tentu pendeta kami
mengatakan bahwa dia Mahatahu. Saya yakin dia juga tahu angka 4D akhir pekan.”
“Oh ya, sehebat itu ya, kalau gitu percaya Dia bisa kayalah.” “Ya pasti kaya,
dalam dia ada banyak-banyak”. Banyak apa? Semua banyaklah.” “Saya sarankan kamu
beli angka 1225”. Angka apa itu? “Tanggal kelahiran Yesus”.
Apabila kita
berhenti belajar, kita berhenti bertumbuh. Apabila kita merasa sudah mengetahui
maka kita berhenti belajar. Apabila seseorang merasa dirinya sangat memahami
dan menyelami perbuatan-perbuatan TUHAN maka sulit bagi dia untuk menerima
“kejutan” dari TUHAN. Sulit bagi dia untuk memahami TUHAN sebagai sebuah
mystery. Sulit bagi dia untuk menerima hal-hal yang berada di luar logika.
Hikmat berkata, “Sebagaimana engkau tidak
mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perempuan yang
mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah yang
melakukan segala sesuatu” (Pengkhotbah 11.5).
Untuk itu, kita
butuh memohon Roh Hikmat dan dengan rendah hati belajar dan bertumbuh.
Yesaya menulis, “Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan
keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN” (Yesaya 11.2). Paulus
menegaskan bahwa kita mesti “meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus,
yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.” (Efesus
1.17)
Pertumbuhan Rohani
merupakan pertumbuhan yang berfokus pada hati (bersifat spiritual). Yaitu apa
yang menjadi “perhatian” (关心 baca guan xin)kita. Memperhatikan
atau guanxin berarti menutup hati
yakni melingkupi dan merangkul apa yang menjadi perhatian. Untuk bertumbuh,
hati kita harus memperhatikan (guanxin) hati kita sendiri. Roh TUHAN bekerja di dalam hati sebab pertumbuhan yang mendalam
berfondasi di dalam “hati” – Belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan, kesabaran dan kasih. Pertumbuhan
spiritual dimulai dari hati (又心开始).
Kita belajar untuk mendengar dengan hati, melihat dengan hati dan memperhatikan
dengan hati. Sebab TUHAN menilik setiap hati dan memahami setiap motivasi. Pertumbuhan
spiritual berorientasi pada hati yang beriman, hati yang tenang, hati yang
dewasa, hati yang memperhatikan yang lemah, yang kecil. Seseorang yang dewasa
secara rohani akan memiliki ketenangan hati karena damai Yesus Krisus ada
padanya. Ia tidak menyimpan dendam melainkan ia mengampuni, mengasihi,
berbelaskasihan, memahami dan berempati.
Paulus
mengatakan bahwa kita membutuhkan damai sejahtera dan perkataan Kristus diam
dalam segala kekayaannya di dalam hati kita. Dan Roh Kuduslah yang menjamah,
bekerja, mengelola, memperbaiki, memperbaharui dan membentuk hati kita. Dalam
hal ini, kita bekerjasama dengan Roh Kudus secara reflektif untuk terus
memperbaiki diri. Sehingga hati kita akan semakin peka, peduli dan
ber-compassion. Orang yang dewasa secara rohani akan semakin dikasihi oleh
Allah dan dikasihi oleh orang-orang yang mengasihi Allah.
Takut
akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,
tetapi
orang bodoh menghina hikmat dan didikan. (Amsal 1.7)
Selamat Tahun
Baru! (lyx)