1
Samuel 12-15
Pada masa tua Samuel, umat meminta
seorang raja. Padahal yang TUHAN kehendaki adalah umat tidak membutuhkan
seorang raja, melainkan TUHAN Sendiri yang memimpin sebagai Raja melalui
mediasi imam dan nabi. Namun, umat merasa aneh karena tidak sama dengan
bangsa-bangsa yang lain. Mereka merasa ada yang kurang, mereka mengingini
kebanggaan memiliki raja seperti bangsa-bangsa yang lain. Padahal mereka sudah mempunyai
Raja atas segala raja yang berkuasa atas seluruh alam semesta namun mereka tetap
bersikeras menuntut seorang raja. Mereka berteriak, "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk
memerintah kami" (1 Sam
8.6). “Harus ada raja atas kami, maka kamipun akan sama seperti segala
bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam
perang." (1 Sam 8.19b-20).
Yang
menarik adalah TUHAN sangat terbuka dan memenuhi permintaan mereka. TUHAN
memberikan kesempatan untuk permintaan mereka. TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa
itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak,
supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka” (1 Sam 8.7). "Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi
mereka” (1 Sam 8.22). Atas desakan
mereka TUHAN memilih Saul dan memberikan Roh-Nya pada Saul sehingga Saul
berubah menjadi “manusia lain” (1
Sam 10.6) maksudnya dia diberikan Roh kenabian (baca 1 Sam 10.6), “Itulah
sebabnya menjadi peribahasa: Apa Saul juga termasuk golongan nabi?” (1 Samuel
10.12). Anugerah TUHAN untuk Saul benar-benar sangat besar.
Saul
sangat tampan dan berbadan tinggi, lebih tinggi dari seluruh orang sebangsanya
(1 Sam 10.23). Tetapi dia tidak percaya diri. Dia merasa kecil karena berasal
dari suku Benyamin, suku yang terkecil. Perasaan kecil membuat dia merasa tidak
percaya diri. Pada saat pertama kali ia diperkenalkan, ia bersembunyi di antara
barang-barang (1 Sam 10.22). Tetapi TUHAN sangat bermurah hati, TUHAN
memberikan ia kesempatan untuk memimpin, memberikan dia roh kenabian dan
memberikan ia wibawa sehingga ia dapat memulai dengan cukup mudah. Memang pada
mulanya banyak yang meragukan kemampuannya. Tetapi tidak sedikit orang yang
bergabung dengan dia yakni 300,000 orang Israel dan 30,000 orang Yehuda (1 Sam
11.8). Setelah kemenangan Saul melawan orang-orang Filistin, ada yang berkata, "Siapakah yang telah berkata: Masakan Saul menjadi raja atas
kita? Serahkanlah orang-orang itu, supaya kami membunuhnya." (1 Sam
11.12). Tetapi Saul berhati besar dan berkata, "Pada hari ini seorangpun
tidak boleh dibunuh, sebab pada hari ini TUHAN telah mewujudkan keselamatan
kepada Israel." (1 Sam 11.13)
Perbuatan Bodoh Saul
Sayangnya Saul tidak tahan uji. Ia melakukan
berbagai perbuatan bodoh. Perbuatan-perbuatan bodohnyalah yang menghancurkan
dirinya sendiri. Kebodohan- kebodohan sangat fatal dan justru menjadi boomerang
bagi dirinya sendiri.
1.
Takut kehilangan pengikut
Ketidakpercayaan diri Saul ternyata menjadi “momok” bagi dirinya.
Kepercayaan dirinya tidak ia bangun pada TUHAN tetapi pada hal-hal eksternal.
Karena takut kehilangan semakin banyak pengikut akhinya ia mengambil peran
Samuel untuk memberikan persembahan. Ketika ditanyai oleh Samuel ia berkata, “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak
meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan,
padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas” (1 Sam 13.11). Setelah dihitung-hitung
pengikutnya tinggal 600 orang (1 Sam 13.15). Saul adalah orang yang mempunyai
“1001 alasan”. Ia selalu mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahannya.
2.
Memberikan perintah bodoh “berpuasa”.
Perintah paling bodoh yang dititahkan oleh Saul adalah meminta
prajurit untuk mengutuk siapa yang makan di tengah kondisi yang sangat letih.
Justru makananlah yang paling mereka butuhkan pada saat itu. Saul menyuruh
rakyat mengucapkan kutuk, katanya: "Terkutuklah
orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku
membalas dendam terhadap musuhku." Sebab itu tidak ada seorangpun dari
rakyat yang memakan sesuatu. (1 Sam
14.24)
3.
Lebih takut pada orang banyak daripada menjalankan perintah TUHAN
Saul melanggar perintah TUHAN karena ia takut kepada orang banyak.
Persoalanya sama, dia takut kehilangan hormat, takut kehilangan pengikut karena
ia tidak percaya diri. Ia berkata kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab
telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan
mereka (1 Sam 15.24).
4. Lebih mempedulikan
hormat umat kepadanya daripada hormatnya kepada TUHAN
Lebih parah lagi setelah ditegur Samuel ia masih
berjuang memohon Samuel untuk menunjukkan hormat padanya agar umat tetap segan
pada dirinya. Saul berkata, "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku
sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel.
Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN,
Allahmu." (1 Sam 15.30).
5.
Ia memandang TUHAN sebagai TUHAN Samuel dan bukan TUHAN dirinya
Dalam hidupnya, imannya tidak ada pada TUHAN melainkan ada pada
dirinya sendiri yang ia bangun dengan memperoleh pengikut dan hormat dari umat.
Keinginannya untuk ditakuti, disegani, dihormati menjadikan dia “tergila-gila”
dan “takut” kehilangan sehingga ia berupaya menyenangkan orang. Ketika
memberikan alasannya Saul berkata, Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu
kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas
itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN,
Allahmu, di Gilgal." (1 Sam 15.21). Saul tidak menganggap TUHAN
sebagai TUHANnya juga tetapi hanya sebagai TUHAN Samuel.
6.
Daripada berkonsentrasi membangun bangsa, ia menghabiskan waktu,
energi dan hartanya untuk mengejar-ngejar Daud.
Karena
iri hati pada Daud setelah mendengarkan perkataan perempuan-perempuan,
"Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1
Sam 18.7). Oleh sebab itu, ia ingin menancapkan Daud ke dinding (1 Sam 18.11).
By Guercino |
Oleh karena kebodohan-kebodohan Saul yang sangat
fatal inilah maka TUHAN berkata, “Aku
menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik
dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." (1 sam 15.11). Maka
inilah kesimpulan bagi pemerintahan raja Saul
Sampai hari matinya Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi Samuel
berdukacita karena Saul. Dan TUHAN
menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel” (1 Sam 15.35).
Saul bagaikan orang Kristen yang ke gereja tetapi
tidak beribadah. Berdoa tetapi hanya berbicara pada udara. Lebih mementingkan pandangan
orang lain daripada hubungan dirinya dengan TUHAN. Sangat memperdulikan bagaimana orang akan memandang
dirinya daripada bagaimana TUHAN memandang dia. Mudah curiga, takut disaingi, irihati
dan marah apabila orang lain dipuji. Perbedaan terbesar Saul dengan Daud adalah
Saul selalu memiliki 1001 alasan untuk kesalahannya. Sedangkan Daud selalu mengakui
kesalahannya dengan rendah hati. Daud menjalin hubungan dengan TUHAN tetapi Saul
tidak.