Wednesday, 9 January 2013

KEBODOHAN RAJA SAUL




1 Samuel 12-15


Pada masa tua Samuel, umat meminta seorang raja. Padahal yang TUHAN kehendaki adalah umat tidak membutuhkan seorang raja, melainkan TUHAN Sendiri yang memimpin sebagai Raja melalui mediasi imam dan nabi. Namun, umat merasa aneh karena tidak sama dengan bangsa-bangsa yang lain. Mereka merasa ada yang kurang, mereka mengingini kebanggaan memiliki raja seperti bangsa-bangsa yang lain. Padahal mereka sudah mempunyai Raja atas segala raja yang berkuasa atas seluruh alam semesta namun mereka tetap bersikeras menuntut seorang raja. Mereka berteriak, "Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami" (1 Sam 8.6). “Harus ada raja atas kami, maka kamipun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang."  (1 Sam 8.19b-20).

Yang menarik adalah TUHAN sangat terbuka dan memenuhi permintaan mereka. TUHAN memberikan kesempatan untuk permintaan mereka. TUHAN berfirman kepada Samuel: "Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka” (1 Sam 8.7). "Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka” (1 Sam 8.22).  Atas desakan mereka TUHAN memilih Saul dan memberikan Roh-Nya pada Saul sehingga Saul berubah menjadi “manusia lain” (1 Sam 10.6) maksudnya dia diberikan Roh kenabian (baca 1 Sam 10.6), “Itulah sebabnya menjadi peribahasa: Apa Saul juga termasuk golongan nabi?” (1 Samuel 10.12). Anugerah TUHAN untuk Saul benar-benar sangat besar.

Saul sangat tampan dan berbadan tinggi, lebih tinggi dari seluruh orang sebangsanya (1 Sam 10.23). Tetapi dia tidak percaya diri. Dia merasa kecil karena berasal dari suku Benyamin, suku yang terkecil. Perasaan kecil membuat dia merasa tidak percaya diri. Pada saat pertama kali ia diperkenalkan, ia bersembunyi di antara barang-barang (1 Sam 10.22). Tetapi TUHAN sangat bermurah hati, TUHAN memberikan ia kesempatan untuk memimpin, memberikan dia roh kenabian dan memberikan ia wibawa sehingga ia dapat memulai dengan cukup mudah. Memang pada mulanya banyak yang meragukan kemampuannya. Tetapi tidak sedikit orang yang bergabung dengan dia yakni 300,000 orang Israel dan 30,000 orang Yehuda (1 Sam 11.8). Setelah kemenangan Saul melawan orang-orang Filistin, ada yang berkata, "Siapakah yang telah berkata: Masakan Saul menjadi raja atas kita? Serahkanlah orang-orang itu, supaya kami membunuhnya." (1 Sam 11.12). Tetapi Saul berhati besar dan berkata, "Pada hari ini seorangpun tidak boleh dibunuh, sebab pada hari ini TUHAN telah mewujudkan keselamatan kepada Israel."  (1 Sam 11.13)

Perbuatan Bodoh Saul
Sayangnya Saul tidak tahan uji. Ia melakukan berbagai perbuatan bodoh. Perbuatan-perbuatan bodohnyalah yang menghancurkan dirinya sendiri. Kebodohan- kebodohan sangat fatal dan justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

1.      Takut kehilangan pengikut
Ketidakpercayaan diri Saul ternyata menjadi “momok” bagi dirinya. Kepercayaan dirinya tidak ia bangun pada TUHAN tetapi pada hal-hal eksternal. Karena takut kehilangan semakin banyak pengikut akhinya ia mengambil peran Samuel untuk memberikan persembahan. Ketika ditanyai oleh Samuel ia berkata, “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas”  (1 Sam 13.11). Setelah dihitung-hitung pengikutnya tinggal 600 orang (1 Sam 13.15). Saul adalah orang yang mempunyai “1001 alasan”. Ia selalu mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahannya.

2.      Memberikan perintah bodoh “berpuasa”.
Perintah paling bodoh yang dititahkan oleh Saul adalah meminta prajurit untuk mengutuk siapa yang makan di tengah kondisi yang sangat letih. Justru makananlah yang paling mereka butuhkan pada saat itu. Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk, katanya: "Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku." Sebab itu tidak ada seorangpun dari rakyat yang memakan sesuatu.  (1 Sam 14.24)

3.      Lebih takut pada orang banyak daripada menjalankan perintah TUHAN
Saul melanggar perintah TUHAN karena ia takut kepada orang banyak. Persoalanya sama, dia takut kehilangan hormat, takut kehilangan pengikut karena ia tidak percaya diri. Ia berkata kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka (1 Sam 15.24).

4.      Lebih mempedulikan hormat umat kepadanya daripada hormatnya kepada TUHAN
Lebih parah lagi setelah ditegur Samuel ia masih berjuang memohon Samuel untuk menunjukkan hormat padanya agar umat tetap segan pada dirinya. Saul berkata, "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu." (1 Sam 15.30).

5.      Ia memandang TUHAN sebagai TUHAN Samuel dan bukan TUHAN dirinya
Dalam hidupnya, imannya tidak ada pada TUHAN melainkan ada pada dirinya sendiri yang ia bangun dengan memperoleh pengikut dan hormat dari umat. Keinginannya untuk ditakuti, disegani, dihormati menjadikan dia “tergila-gila” dan “takut” kehilangan sehingga ia berupaya menyenangkan orang. Ketika memberikan alasannya Saul berkata, Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal." (1 Sam 15.21). Saul tidak menganggap TUHAN sebagai TUHANnya juga tetapi hanya sebagai TUHAN Samuel.

6.      Daripada berkonsentrasi membangun bangsa, ia menghabiskan waktu, energi dan hartanya untuk mengejar-ngejar Daud.
Karena iri hati pada Daud setelah mendengarkan perkataan perempuan-perempuan, "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Sam 18.7). Oleh sebab itu, ia ingin menancapkan Daud ke dinding (1 Sam 18.11).
By Guercino

Oleh karena kebodohan-kebodohan Saul yang sangat fatal inilah maka TUHAN berkata, “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." (1 sam 15.11). Maka inilah kesimpulan bagi pemerintahan raja Saul  Sampai hari matinya Samuel tidak melihat Saul lagi, tetapi Samuel berdukacita karena Saul. Dan TUHAN menyesal, karena Ia menjadikan Saul raja atas Israel” (1 Sam 15.35).

Saul bagaikan orang Kristen yang ke gereja tetapi tidak beribadah. Berdoa tetapi hanya berbicara pada udara. Lebih mementingkan pandangan orang lain daripada hubungan dirinya dengan TUHAN.  Sangat memperdulikan bagaimana orang akan memandang dirinya daripada bagaimana TUHAN memandang dia. Mudah curiga, takut disaingi, irihati dan marah apabila orang lain dipuji. Perbedaan terbesar Saul dengan Daud adalah Saul selalu memiliki 1001 alasan untuk kesalahannya. Sedangkan Daud selalu mengakui kesalahannya dengan rendah hati. Daud menjalin hubungan dengan TUHAN tetapi Saul tidak.





Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12