Friday 29 August 2014

DOA DAN REKONSILIASI

Berdoa merupakan hal yang sederhana namun juga sulit. Seringkali kita tidak berdoa kepada TUHAN melainkan kita hanya berbicara pada udara. Atau kita berdoa namun doa kita hanya berisi laporan, pengumuman maupun informasi kepada TUHAN. Saya yakin kita menyadari bahwa doa merupakan dialog dengan TUHAN, hanya di dalam kehidupan bergereja, doa seringkali menjadi kegiatan saling “copy paste”, dengan kata lain kita hanya mengulangi perkataan orang lain di dalam doa yang kita panjatkan. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah berdoa atau kita hanya melontarkan kata-kata? Benar bahwa doa bisa berisi petisi (permohonan), intersesi (syafaat), adorasi (pengagungan) atau kontemplasi (perenungan). Namun ada satu hal yang HARUS terjadi di dalam doa kita yakni “rekonsiliasi”.

Rekonsiliasi atau pendamaian merupakan salah satu hal penting di dalam doa. Doa dapat menjadi mediasi bagi gejolak batiniah dan rohaniah. Seringkali, amarah, kekesalan, kekecewaan menjadi bagasi yang kita bawa ke mana-mana dan tidak jarang “bagasi” tersebut menjadikan kita malas berdoa atau bahkan menghindari doa. Kita kecewa pada diri sendiri melihat kurangnya kompetensi kita, kita marah menyaksikan orang-orang lain tampak lebih baik, lebih berhasil dan lebih bahagia dari kita. Kita kesal karena impian kita tidak bertemu dengan realita. Kemudian kita berperang melawan diri kita sendiri – bersikap kasar pada diri sendiri, membenci diri sendiri, memarahi diri sendiri dan meremehkan diri sendiri. Atau kita marah pada orang lain karena sudah diperlakukan secara tidak adil atau martabat kita sebagai manusia telah dilukai, ditampar dan dinjak-injak. Kita marah karena kita merasa TUHAN telah memperlakukan kita secara tidak adil. Kita marah dan menyalahkan TUHAN atas segala penderitaan yang kita alami. Kita merasa TUHAN telah bersikap kejam pada kita.


Nah, doa merupakan mediasi untuk mengalami rekonsiliasi - berdamai dengan TUHAN, diri sendiri, sesama, bumi dan realita. Melalui doa di Taman Getsemani, rekonsiliasi terjadi di dalam diri Kristus antara keengganan-Nya untuk menerima cawan dengan hasrat-Nya untuk melakukan kehendak Bapa untuk meminum cawan yang pahit. Paulus mengatakan bahwa kita menjadi ciptaan baru (pemulihan martabat) karena Allah, dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan dirinya, dan telah mempercayakan pelayanan pendamaian kepada kita (2 Kor 5:18). Rekonsiliasi melalui doa merupakan mediasi bagi kita sebelum kita melaksanakan pelayanan pendamaian yang merupakan mandat dari Allah. Kiranya Roh Kudus menolong kita! 

Batam, 29 Agustus 2014
Lan Yong Xing

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12