Penderitaan yang berat menyebabkan seseorang berdiam
diri dan tidak mampu berkata-kata. Inilah yang dialami oleh Naomi sehingga ia
menyebut dirinya Mara (pahit) dan bukan Naomi (manis). Rut, menantunya menjadi
seorang teman yang baik menemani Naomi sepanjang perjalanan dari Moab ke
Betlehem. Mungkin perjalanan tersebut merupakan perjalanan hening yang panjang
sebab selama perjalanan hati mereka terlalu berat untuk berbicara. Memang benar
bahwa adakalanya dukungan terbaik untuk seorang yang sedang menderita adalah
menemani dirinya tanpa harus banyak berkata-kata. Sebab menemani (companionship) sendiri sudah merupakan
dukungan terbaik baginya.
“Hesed” Kasih setia TUHAN menyertai Rut dan Naomi tanpa mereka sadari.
Mereka dilindungi oleh TUHAN sepanjang perjalanan Moab ke Betlehem. Setiba di
Betlehem, Rut yang peka langsung menyadari adanya peluang untuk bertahan hidup
dengan memunguti jelai-jelai gandum yang jatuh (baca Imamat 19:9-10, 23:22 & Ulangan 24:19). Rut tidak tinggal
diam dan menyerah, walaupun di dalam kondisi yang sedih dan berat, ia tetap bersikap
proaktif. Tanpa ia sadari, ia tiba di sebuah ladang milik Boas, seorang pria
yang baik, sopan dan bertanggungjawab. Ketika Rut berusaha, ia mendapatkan
pertolongan dari TUHAN. Benar bahwa selalu membutuhkan dua sisi yaitu manusia
bekerja dan TUHAN menolong. Rut tidak duduk diam di rumah, berdoa dan
menantikan pertolongan TUHAN. Dia berproaktif bekerja di ladang dan bekerja
dengan sangat giat “tidak berhenti untuk istirahat”. Hal tersebut diperhatikan
oleh para pekerja Boas. Boas menawarkan makan siang kepada Rut dan memberikan
makanan dalam jumlah banyak untuk Rut. Rut tidak hanya memakan makanannya
sendiri (ia tidak rakus tetapi ia makan
secukupnya) dan juga menyisihkan makanan untuk mertuanya. Setelah makan
siang, Rut langsung bergegas melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak berhenti untuk
istirahat, dia berjuang untuk dirinya dan Naomi.
Boas yang adalah seorang pengusaha membangun sebuah kebudayaan saling menghormati
di ladangnya. Dia adalah seorang bos yang cukup jeli yang langsung menyadari
kehadiran seorang asing di ladangnya. Boas memerintahkan para pekerjanya untuk
dengan sengaja menjatuhkan lebih banyak jelai gandum buat Rut. Boas juga
berusaha untuk melindungi Rut dengan cara meminta Rut untuk tetap bekerja di
ladangnya dan memerintah pekerjanya untuk tidak menyakiti Rut tetapi melindungi
dirinya. Yang mengherankan adalah Boas tidak mengupah Rut sebagai karyawatinya.
Boas membiarkan Rut tetap menjadi seorang pengemis yang mengumpulkan jelai.
Mengapa demikian? Apakah agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial? Sebab orang
Moab dibenci oleh orang-orang Yahudi.
Dalam kisah ini, pembaca dipaparkan dengan seorang yang gigih di dalam
menghadapi penderitaan. Seorang yang tidak menyerah melainkan bersikap proaktif
berjuang menyelesaikan masalahnya bahkan menjadi seorang pengemis yang bekerja
dengan giat. Kemudian kita juga menyaksikan seorang yang menabur belas kasihan.
Seorang yang mencerminkan karakter TUHAN di dalam memberi, berbagi dan
melindungi. Di dalam kondisi di mana
tampaknya TUHAN sudah mati, TUHAN tidak hadir, TUHAN tidak peduli ternyata
TUHAN tetap menyertai dan peduli.
Rut yang bersikap proaktif + Boas yang gentlemen + Kasih Setia TUHAN di
dalam memberkati dan melindungi = theodrama. Rut tidak menyadari bahwa dia
sedang berada di dalam theodrama (drama
TUHAN). Dia tidak mengetahui bahwa dia bakal menjadi nenek moyang Daud dan
kemudian nenek moyang Kristus. Dari perspektif manusiawi, Rut sedang mengalami
penderitaan yang berat – kekacauan politik, krisis ekonomi, ketegangan rasial
dan penderitaan keluarga. Masa depannya tampak suram dan tidak berpengharapan,
sepertinya TUHAN sudah mati. Akan tetapi dari perspektif ilahi, TUHAN sedang bekerja
“sebuah theodrama sedang berlangsung”.
Rut bekerja karena imannya terhadap TUHAN dan Boas yang dengan setia membangun “budaya
rohani” di tengah-tengah pekerjanya. Kemudian dua orang yang beriman dan setia
dipadukan di dalam theodrama
menghasilkan sebuah kehidupan yang penuh berkat tidak hanya untuk mereka tetapi
juga bagi seluruh umat manusia.