Apa itu Kerajaan Allah? Saya sering mendengarkan
doa-doa orang Kristen yang berbunyi, “memperluas Kerajaan Allah” dalam doa
syukur setelah pengumpulan persembahan. Saya tidak mengetahui dari mana
orang-orang Kristen memperoleh pemahaman tentang “perluasan Kerajaan Allah”. Dalam
doa yang diajarkan Yesus, berisi permohonan “Datanglah Kerajaan-Mu” bukan “Perluaskanlah
Kerajaan-Mu”. Untuk itu, saya pikir penting bagi kita untuk memahami kembali
apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah berasal dari kata “meluka,
malkut, mamlaka, mamlakat” (bahasa Ibrani) atau basilea (bahasa
Yunani) yang pada dasarnya mengandung arti kerajaan pemerintahan maupun
kekuasaan raja. Jadi, kata “kerajaan” dapat diasosiasikan dengan kata pemimpin,
pemerintah, raja, ratu, kaisar, pangeran, tahta, teritori, tanah, rakyat maupun
undang-undang. Pemahaman tentang Allah sebagai Raja yang memimpin, melindungi,
menyediakan dan memerintah tampak jelas dalam Perjanjian Lama “Tuhanlah yang empunya
bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1),
“Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi” (Mzm 47:8), “Raja yang besar mengatasi
segala allah” (Mzm 95:3), “Raja yang kekal” (Yer 10:10).
Kompleksitas “Kerajaan Allah” di dalam kitab Injil
mengundang banyak pengkajian dan pendalaman, dan hal ini berada di luar
kemampuan dan keahlian saya untuk membahas secara detil topik yang sedemikian
rumit. Memberitakan “Kerajaan Allah” merupakan prioritas Yesus (Mat 4:23)
bahkan boleh dikatakan Kerajaan Allah merupakan basis atau topik utama
pengajaran-Nya. Manusia diminta untuk “Mencari Kerajaan Allah” (Mat 6:33). Pertanyaannya
adalah siapa yang bisa memiliki Kerajaan Allah? Orang-orang yang miskin di
hadapan Allah (Mat 5:3 & Yakobus 2:5) dan anak-anak kecil (Mark 10:14),
orang yang dilahirkan dari air dan Roh (Yoh 3:3). Dan siapa yang sulit masuk?
Orang yang kaya (Mark 10:23), orang-orang yang arogan di hadapan Allah, orang
yang tidak adil, cabul, penyembah berhala, pezinah, banci dan pemburit,
pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu (1 Kor 6:9-10). Sebaliknya,
orang-orang berdosa yang mengaku dosa seperti para pemungut cukai dan
perempuan-perempuan sundal akan mendahului untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah
(Mat 21:31) serta orang yang melakukan kehendak Bapa di Sorga (Mat 7:21).
Apakah Kerajaan Allah sudah hadir? Ini adalah
pertanyaan yang sulit. Kerajaan Allah sudah dekat (Markus 1:15), sudah datang
kepadamu (Luk 11:20), ada di antara kamu (Luk 17:21) dan akan datang kepadamu
(2 Kor 4:18, Ibr 2:8, Ibr 11:10). Jadi, Kerajaan Allah merupakan sebuah realita
yang sudah hadir dan secara progresif menuju kepenuhan. Kerajaan Allah bersifat
spiritual sebab Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda
lahiriah (Luk 12:20). Kerajaan Allah tidak berasal dari dunia ini (Yoh 18:36). Kerajaan Allah tidak diperluas
tetapi diberitakan (Mat 10:7, Mat 24:14, Kis 19:8, 28:31) dan didatangkan (Mat
6:10). Kerajaan Allah itu milik Allah (Mat 6:13)
Kerajaan Allah bukan soal makanan dan minuman,
tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma
14:17). Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa (1 Kor
4:20). Kerajaan Allah terdiri dari imam-imam bagi Allah yang menderita dalam kesusahan,
dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus (Wahyu 1:9). Para imam ini
akan memerintah sebagai raja di bumi (Wahyu 5:10). Yesus mengumpamakan Kerajaan
Allah dengan ragi (Mat 13:33), benih yang baik (Mat 13:38), harta yang
terpendam di ladang (Mat 13:44), pedagang yang mencari mutiara yang indah (Mat
13:45) atau pukat yang dilabuhkan di laut (Mat 13:47).
Apakah Kerajaan Allah bersifat spiritual atau
fisikal? Kerajaan Allah bukan sebuah imajinasi dongeng tetapi secara nyata
hadir dalam dunia ini dan bersifat substansial. Kebenaran, keadilan (Yes 32:1),
damai sejahtera (Yes 2:4), sukacita (Mzm 87:1, Yes 35:10), kekudusan (Yes
4:2,3), keadilan (Mzm 72:4), pengetahuan (Yes 11:9; 54:13) dan kebebasan (Yes
42:6-7) merupakan karakteristik Kerajaan Allah. Kehadiran Allah yang hadir
secara spiritual dapat juga dapat dirasakan secara fisikal. Namun kepemimpinan
Kerajaan Allah berbeda dengan pemerintahan dunia. Nebukadnezzar membangun
kerajaan Babel, Kaisar Qin membangun dinasti Qin, Hitler membangun Nazi tetapi
Roh Kristus membangun Kerajaan Allah. Pemerintahan Kristus “jauh lebih tinggi
dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap
nama yang dapat disebut” (Efe 1:21). Pemerintah adalah hamba Allah yang harus
bertanggungjawab pada Allah (Roma 13:1-7). Pemerintah dunia memimpin dengan
tangan besi dan mungkin juga gila hormat, gila kuasa tetapi Kerajaan Allah
memiliki sistem kepemimpinan yang berbeda yakni “melayani” (Mark 10:41-45).
Benar bahwa gereja dipanggil TUHAN untuk mengusahakan Shalom tetapi pekerjaan
TUHAN tidak dibatasi di dalam gereja saja melainkan TUHAN dapat bekerja melalui
siapa saja, instansi mana saja maupun bangsa mana saja untuk menegakkan
keadilan, mengusahakan damai sejahtera, melayani, melindungi yang lemah dan
lain sebagainya. TUHAN pernah menggunakan Nebukadnezzar (raja Babel),
Artahsasta (raja Persia) dan orang-orang maupun bangsa lainnya untuk melakukan
perintah-Nya.
Bagi saya, Kerajaan Allah merupakan restorasi yang
dilakukan Allah bagi seluruh ciptaan-Nya. Kerajaan Allah merupakan sebuah
kondisi dimana seluruh ciptaan Allah, gambar dan rupa Allah dalam diri manusia
dipulihkan atau lebih sederhana, seluruh ciptaan Allah dipulihkan atau
dikembalikan ke kondisi yang seharusnya. Kita dipanggil untuk menjadi “penduduk
prima” (prime citizen menurut Cornelius Plantinga). Penduduk prima
merindukan kedatangan Kerajaan Allah dengan memenuhi panggilan Allah sebagai
orientasi hidup. John Calvin mengatakan bahwa manusia yang belum ditebus akan
selalu beralih antara kesombongan (aku bisa) dan keputusasaan (aku tidak bisa). Namun di dalam Kerajaan
Allah seseorang beralih dari “aku bisa” maupun “aku tidak bisa”
menjadi “aku mitra Allah”. Dengan kata lain, restorasi dunia yang rusak
merupakan proyek Allah, menjadi mitra Allah berarti kita bergabung dengan
proyek Allah untuk merestorasi, memulihkan dan membarui. Sebagai mitra Allah,
kita dipanggil untuk menatalayani.
Batam, 8 Juli 2014