Esau dan Yakub merupakan gambaran manusia. Esau merupakan gambaran
manusia yang mengejar pemuasan instan (instant gratification). Acedia
(bahasa Latin). Tujuan hidupnya hanya sebatas kenikmatan sementara. Mungkin
bisa digunakan untuk menggambarkan Esau, yakni seorang yang tidak percaya dan
tidak peduli. Seorang yang bersedia menukarkan masa depannya dengan kesenangan
sementara. Seorang yang tidak tepat janji. Dia lupa bahwa dia sudah menukarkan
hak kesulungannya dengan semangkuk kacang merah. Mengapa dia marah dan ingin
membunuh Yakub? Bukankah dia tidak layak marah? Bukankah itu sebuah kesepakatan
antara Esau dengan Yakub?
Yakub merupakan gambaran manusia yang sangat
berorientasi pada tujuannya (a goal oriented person). Seorang yang
trajektori hidupnya adalah untuk berkompetisi dan mengalahkan orang lain.
Seorang yang sangat berfokus dalam mencapai tujuannya. Seorang yang bisa dengan
sabar menantikan kesempatan yang terbaik untuk membeli hak kesulungan dengan
semangkuk kacang merah. Seorang yang bekerja keras, gigih dan tidak akan
mengalihkan perhatiannya dari tujuannya (a very focused person). Seorang
yang cerdik, licik, egois dan penuh siasat yang didemonstrasikan dalam cara dia
membeli hak kesulungan (Kej 25:29-34), menipu ayahnya (Kej 27:35), menggunakan
nama TUHAN untuk berbohong (Kej 27:20), memperoleh ternak Laban (Kej 30:25-43).
Dosa telah merusak seluruh kehidupan bahkan seluruh ciptaan Allah. Tidak
ada satupun yang benar di hadapan Allah. Tidak heran ketika Paulus berkata,
Roma 8:22 Sebab kita tahu,
bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa
sakit bersalin.
Sekitar 100 tahun yang lalu, seorang ilmuwan bernama George Murray
Levick kaget ketika ia menemukan kebobrokan hubungan seksual antar penguin di
Antartika (1911 – 1912). Ketika ia mempelajari siklus berkembang biak penguin,
ia menemukan keganjalan dimana anak penguin berhubungan seksual dengan ayahnya,
penguin jantan berhubungan seksual dengan penguin jantan, atau penguin jantan
dengan penguin betina yang sudah meninggal atau kadang membunuhnya setelah
berhubungan intim. Levick kemudian menuliskan penemuannya ini dalam bahasa
Yunani agar tidak dibaca oleh banyak orang. Kini buku catatan Levick diabadikan
di Natural History Museum.[1]
Esau sangat marah karena Yakub telah mengambil
berkat hak kesulungannya. Di dalam kemarahannya, Esau ingin mencabik-cabik
Yakub, dia ingin membunuh Yakub (Kej 27:11). Atas saran ibunya, Yakub melarikan
diri dari rumah, terpisah dari ayah dan ibunya. Keterpisahan dari TUHAN (estrangement
/ alienation) merupakan kondisi manusia setelah kejatuhan dari dosa Keegoisan,
ketamakan, iri hati, kesalahpahaman, perselisihan merusak hubungan manusia.
Jiwa manusia berada dalam keadaan lelah. Homelessness dan restlessness
merupakan gambaran jiwa yang tidak ber-rumah (terpisah dari TUHAN) dan
lelah karena kehilangan makna hidup.
TUHAN mengunjungi Yakub yang homeless dan restless.
Melalui mimpi, TUHAN menunjukkan kepada Yakub bahwa dia tidak sendirian, tetapi
TUHAN menyertai. Dia tidak kehilangan sebab TUHAN mengayomi dan mengampuni.
Hidupnya bukanlah tidak bermakna sebab hidupnya di bumi selalu terhubung
(memiliki akses) dengan kehidupan sorgawi. Hidup ini bukan soal makan, minum
maupun soal kemenangan dan kehebatan tetapi ada aktivitas spiritual yang
berlangsung (malaikat naik turun tangga). Dan TUHAN rindu untuk mengembangkan
kehidupannya (human flourishing).
Ketika bangun, Yakub menyadari bahwa ia sedang bermimpi dan mimpi ini
berasal dari TUHAN. Dengan kata lain, Yakub tidak sedang mengalami Lucid
Dreaming. Menurut sebagian psikolog, ada orang-orang yang mampu
mengendalikan mimpinya sendiri yakni dengan menyadari bahwa ia sedang berada di
dalam mimpi. Ia dapat mengeceknya dengan melihat beberapa angka di dalam
mimpinya dan kemudian menoleh ke lain dan kembali melihat angka-angka tersebut.
Nah, apabila angka tersebut berubah posisi atau bergerak, maka ia sedang
bermimpi. Kemudian ia dapat mengarahkan mimpinya sesuai dengan pikirannya. Pengalaman
seperti ini disebut dengan Lucid Dreaming. Dalam mimpi, seseorang bisa
melakukan apa saja, ia bisa terbang, lompat hingga mencapai ketinggian pesawat.
Namun kita juga mesti berhati-hati sebab mengimajinasikan seseorang yang tidak
ada sebagai sahabat dekat di dunia nyata menandakan seseorang menderita “sakit
jiwa” alias “gila”.
Perjumpaan dengan TUHAN di dalam pelarian, menguatkan keyakinan Yakub
tentang janji TUHAN kepada kakeknya, Abraham. Yakub bagaikan seorang pelarian
yang baru saja menemukan “rumah” (home) dan “peristirahatan” (rest). From
homeless to homey, from restless to restful. Yakub menememukan bahwa
dirinya lebih besar dari jiwanya. Karena dirinya ternyata terdiri dari jiwanya
+ Roh TUHAN. Bantal batu merupakan simbol kelelahan, mengandalkan kemampuan
sendiri, kesepian, keterpisahan. Sedangkan altar merupakan simbol penyertaan
TUHAN, pemeliharaan TUHAN, kekuatan dan berkat TUHAN. Perjumpaan dengan TUHAN
membuat Yakub mengubah bantalnya menjadi altar.
Seperti Yakub, kita menggunakan cara sendiri, berusaha sendiri, berjuang
sendiri, putus asa, kehilangan, lelah, letih. TUHAN juga mengunjungi Anda
dengan penuh kasih sayang. Ia merangkul dan mengayomi Anda yang lemah. TUHAN
ingin “mengembangkan” (flourish) hidup Anda ke timur, barat, utara, selatan.
TUHAN ingin memberkati, menyertai dan melindungi Anda yang kehilangan,
kelelahan, tidak kuat lagi, tidak sanggup lagi menghadapi beban-benan
kehidupan. TUHAN memberikan lelegaan. Yesus berkata,
Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang
dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab
kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Mat 11:28-30)
Kuk merupakan alat yang dipasang pada kerbau untuk membajak sawah.
Kenapa kuk Yesus bisa ringan? Karena Dia lemah lembut dan rendah hati
sehingga jiwa kita memperoleh ketenangan. Amin.
Batam, 21 Juli 2014
[1]
http://www.theguardian.com/world/2012/jun/09/sex-depravity-penguins-scott-antarctic (accessed July 14, 2014)