Berdoa merupakan hal yang sederhana namun juga
sulit. Seringkali kita tidak berdoa kepada TUHAN melainkan kita hanya berbicara
pada udara. Atau kita berdoa namun doa kita hanya berisi laporan, pengumuman maupun
informasi kepada TUHAN. Saya yakin kita menyadari bahwa doa merupakan dialog
dengan TUHAN, hanya di dalam kehidupan bergereja, doa seringkali menjadi kegiatan
saling “copy paste”, dengan kata lain kita hanya mengulangi perkataan orang
lain di dalam doa yang kita panjatkan. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah
berdoa atau kita hanya melontarkan kata-kata? Benar bahwa doa bisa berisi
petisi (permohonan), intersesi (syafaat), adorasi (pengagungan) atau
kontemplasi (perenungan). Namun ada satu hal yang HARUS terjadi di dalam doa
kita yakni “rekonsiliasi”.
Rekonsiliasi atau pendamaian merupakan salah satu
hal penting di dalam doa. Doa dapat menjadi mediasi bagi gejolak batiniah dan
rohaniah. Seringkali, amarah, kekesalan, kekecewaan menjadi bagasi yang kita
bawa ke mana-mana dan tidak jarang “bagasi” tersebut menjadikan kita malas
berdoa atau bahkan menghindari doa. Kita kecewa pada diri sendiri melihat
kurangnya kompetensi kita, kita marah menyaksikan orang-orang lain tampak lebih
baik, lebih berhasil dan lebih bahagia dari kita. Kita kesal karena impian kita
tidak bertemu dengan realita. Kemudian kita berperang melawan diri kita sendiri
– bersikap kasar pada diri sendiri, membenci diri sendiri, memarahi diri
sendiri dan meremehkan diri sendiri. Atau kita marah pada orang lain karena
sudah diperlakukan secara tidak adil atau martabat kita sebagai manusia telah
dilukai, ditampar dan dinjak-injak. Kita marah karena kita merasa TUHAN telah memperlakukan kita secara
tidak adil. Kita marah dan menyalahkan TUHAN atas segala penderitaan yang kita
alami. Kita merasa TUHAN telah bersikap kejam pada kita.
Nah, doa merupakan mediasi untuk mengalami
rekonsiliasi - berdamai dengan TUHAN, diri sendiri, sesama, bumi dan realita. Melalui
doa di Taman Getsemani, rekonsiliasi terjadi di dalam diri Kristus antara
keengganan-Nya untuk menerima cawan dengan hasrat-Nya untuk melakukan kehendak
Bapa untuk meminum cawan yang pahit. Paulus mengatakan bahwa kita menjadi
ciptaan baru (pemulihan martabat) karena Allah, dengan perantaraan Kristus
telah mendamaikan kita dengan dirinya, dan telah mempercayakan pelayanan
pendamaian kepada kita (2 Kor 5:18). Rekonsiliasi melalui doa merupakan mediasi
bagi kita sebelum kita melaksanakan pelayanan pendamaian yang merupakan mandat
dari Allah. Kiranya Roh Kudus menolong kita!
Batam, 29 Agustus 2014
Lan Yong Xing