Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut
terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat
apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti.
Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang
ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!
Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian
tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun
terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari
pada banyak burung pipit. (Lukas 12.4-7)
Kia (bahasa Hokkien takut) merupakan kata yang lazim dalam masyarkat Batam dan sekitarnya
di kalangan orang-orang Tionghoa. Kiasu (takut kalah), kiasi (takut mati) atau kiabo (takut istri) bahkan menjadi
karakteristik orang-orang Singapore.
Kiabolui (takut tidak ada uang), kiasekpai
(takut gagal), kia nang thoi bue khi
(takut diremehkan) juga menjadi pendorong bagi orang-orang untuk berjuang agar
selalu dalam posisi kemenangan. Tidak jarang kita mendengarkan orang mengatakan
bahwa mereka tidak bisa mengunjungi ibu yang melahirkan karena takut
keberuntungan mereka akan dirampas oleh sang ibu dan bayi yang baru lahir. Ada
juga orang yang takut mengunjungi atau bahkan melihat ke dalam rumah yang
sedang berduka pada momen imlek karena takut keberuntungan imlek akan minggat dari mereka karena mereka telah bersentuhan dengan hal yang dianggap
membawa “sial”. Ada juga yang takut mempercayai Yesus Kristus, TUHAN yang menjadi
manusia sebagai Juruselamat karena takut dihukum oleh dewa-dewa tertentu.
Perkataan Yesus di atas sangat
menarik. Pertama, Ia mengatakan “Jangan takut” kemudian Ia berkata, “Takut”,
apa yang dimaksud dengan jangan takut dan kemudian takut? Yesus berkata,
“jangan takut” pada yang bisa menyakiti tubuh, pada kuasa yang bersifat
sementara tetapi takutilah Dia yang memiliki kekuasaan abadi, oleh sebab itu,
“jangan takut” sebab Ia memelihara.
Jangan
takut … pada yang hanya bisa menyakiti tubuh
Takut …
pada Sang Pencipta kehidupan
Jangan
takut… sebab Sang Pencipta memelihara
Jangan takut pada hal-hal
eksternal yang mengamcam atau membahayakan tetapi takutlah Dia yang Maha Kuasa.
Dan percayalah pada Dia sebab kita lebih berharga dari burung pipit dan bahkan
jumlah rambut kita pun dihitung oleh-Nya. Bagaimana kita merekonsiliasi takut
pada-Nya namun juga percaya pada-Nya? Bagaimana kita dapat takut dan percaya pada
saat yang bersamaan? Bukankah takut dan percaya adalah dua sifat yang saling
bertentangan? Benar bahwa kita tidak mempercayai apa yang kita takuti, ketika kita
percaya kita tidak takut, ketika kita takut kita tidak mempercayai sehingga Yohanes
mengatakan, “di dalam kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan
ketakutan” (1 Yoh 4.18). Nah, karena kasih TUHAN yang sempurna sehingga kita dapat
menaruh kepercayaan pada kasih setia-Nya.
Janganlah
takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau
dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. (Yesaya 41.10)