Yohanes 12.1-11
Saya (Maria) sangat berbahagia karena hari ini, kami akan dikunjungi
Yesus. Kami mengadakan openhouse untuk mengucap syukur atas kebangkitan adik
kami, Lazarus dari kematian. Sejak dua hari yang lalu kami sekeluarga sibuk
membersihkan rumah dan memikirkan menu makanan untuk menjamu kedatangan para
tamu. Adik saya, Marta sibuk mengubah-ubah menu. Sebelumnya, kami sudah sepakat
memasak rendang sapi, curry ayam, sate ayam dan ayam goreng dengan cendol
sebagai dessert. Tapi tiba-tiba, Marta ingin menambah sayur brokoli, ikan
bakar, sayur asam dan ayam penyet. Sebagai seorang perempuan dan tidak memiliki banyak kompetensi, tidak
banyak yang dapat saya berikan kepada Yesus. Apa yah yang dapat saya berikan
untuk Yesus? Bagaimana jika saya menghadiahkan minyak narwastu saya untuk
Yesus?
Yesaya menulis bahwa TUHAN melakukan perbuatan baru - Ia membuka jalan
di padang gurun dan membuka sungai-sungai di padang belantara (Yesaya 43.19).
Saya melihat Tuhan di dalam Kristus sebab barangsiapa melihat Yesus, ia melihat
Bapa (Yohanes 14.9). Inilah "ketersembunyian" TUHAN. Ia menjadi
manusia dan menderita bagi umat manusia.
Bagaimana dengan perasaan Yesus? Hatinya pasti sangat sakit saat
mendengarkan Yudas Iskariot mengatakan "Untuk apa pemborosan ini? Mengapa
minyak narwastu yang mahal dituangkan di atas kaki Yesus begitu saja? Mengapa
Rabi mengizinkan perbuatan boros Maria? Apakah kaki Guru terlalu bau sehingga
harus dibersihkan dengan minyak narwastu bernilai 300 dinar? Cinta Yudas
terhadap 300 dinar sangat menyakitkan, bukan? Hati Yesus sangat sedih melihat
kedatangan orang Yahudi dan para imam (atau para pendeta) yang hanya ingin
melihat-lihat Lazarus. Mereka hanya ingin menyaksikan apakah benar Lazarus
telah bangkit dan bagaimana tampang orang yang bangkit dari kematian. Apakah
Simon Si Kusta ini sudah tidak sakit kusta lagi (apabila dibaca secara pararel
dengan Injil Matius).
Nah, cinta itu menyakitkan bukan? Is love painful? “Do you know that I love
you?” merupakan
pertanyaan yang menyakitkan. Hati Petrus pasti sangat perih saat Yesus
bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”, tidak hanya sekali bahkan sebanyak 3
kali. Dan hati Yesus pasti juga sakit saat Dia bertanya sebanyak tiga kali
meresponi 3 kali penyangkalan Petrus. Pertanyaan, “Apakah engkau mengasihi Aku”
akan terdengar “Tahukah engkau bahwa Aku mengasihi engkau?” Cinta itu menyakitkan ketika kita berharap
orang yang kita cintai dapat memahami cinta kita baginya. Cinta itu menyakitkan
saat kita mengharapkan orang yang kita cintai untuk tidak selalu bersikap
emosional. Cinta itu sangat menyakitkan saat kita tidak dapat menahan luapan
emosi kita. Cinta itu menyakitkan saat
kita mengharapkan orang yang kita cintai untuk menjadi lebih baik, lebih rajin,
lebih pengertian. Hati orangtua pasti sangat sakit menyaksikan anak mereka yang
dengan sengaja merusak kehidupan mereka sendiri. Hati orangtua sangat sakit
mengetahui bahwa pernikahan anak mereka tidak bahagia. TUHAN pasti sakit hati
melihat kondisi kita.
Seorang jurnalis bercerita kepada seorang teolog bernama Pui Lan Kwok
di Hongkong mengenai kisah hidup Ah Ching. Ah Ching adalah seorang anak gadis
yang tinggal di sebuah desa di China. Orangtua Ah Ching adalah petani yang
rajin dan mereka sangat mengharapkan seorang anak laki-laki. Pada suatu hari,
pada saat Ah Ching sedang tidur, ia ditutupi oleh selimut hingga sulit bernafas
dan berteriak keras, “Mama, mama, tolong, tolong!” Kemudian ia menyadari
ternyata papanya berusaha untuk membunuh dia. Karena ketakutan keesokan
harinya, ia bersembunyi di rumah nenek. Nenek menghibur Ah Ching sambil
mengalirkan air mata. Pada malam itu, nenek berusaha membunuh Ah Ching
menggunakan selimut dengan tangannya yang gemetar.
Hati TUHAN pasti sangat sakit melihat keadaan manusia. Hati TUHAN pasti sangat sakit melihat
motivasi Yudas Iskariot, orang-orang Yahudi dan para imam yang datang dari
Yerusalem ke Betania hanya untuk melihat Lazarus. Seseorang pernah mengatakan, Gereja merupakan rumah
sakit bagi orang-orang berdosa dan bukan museum bagi orang-orang kudus. A church is a hospital
for sinners, not a museum for saints. Orang-orang Yahudi dan para imam yang
datang dari Yerusalem merupakan “pengunjung museum”. Mereka hanya ingin
melihat-lihat Yesus dan Lazarus. Yudas Iskariot juga adalah “pengunjung museum”
yang kesal melihat perbuatan saya (Maria). Pemberian saya (Maria) dianggap sebagai
pemborosan. Ia merasa sangat menyayangkan untuk menghabiskan minyak narwastu
yang mahal pada kaki Yesus. Setelah kunjungan museum para imam bersekongkol
untuk membunuh Lazarus sedangkan Yudas Iskariot berniat untuk menjual Yesus. Peristiwa yang sangat menyakitkan.
Saya (Maria) merasa tidak layak, tidak mampu, tidak signifikan dan sangat tidak berarti. TUHAN bersedia datang untuk menyelamatkan umat manusia. Sedangkan saya (Maria) hanya bagaikan “pasien rumah sakit”. Apabila kita menyadari bahwa kita merupakan “penderita kanker rohani”
yang membutuhkan “chemotherapy spiritual” maka kita sedang berada dalam rumah
sakit, bukan museum. Tahukah Anda bahwa Yesus bukan hanya anak Yusuf, bukan hanya seorang tukang
kayu, bukan hanya seorang rabi atau nabi tetapi Yesus adalah Allah
Sendiri. Apakah Anda melihat Bapa di dalam
diri Yesus? (Yoh 14.9), Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol
1.15). Inilah yang dimaksud Paulus
dengan pengenalan yang benar.
Karena pengenalan yang benar, Paulus menganggap apa yang
dianggap istimewa oleh orang-orang Yahudi – disunat pada hari kedelapan,
keturunan Benyamin, orang Ibrani asli, seorang ahli Farisi, tidak bercacat
melakukan hukum Taurat sebagai “sampah” (Filipi 3.8).
Salah satu adegan kesukaan saya dalam film animasi Disney yang berjudul
Up adalah saat Mr. Fredrickson melempar keluar semua perabotan dari rumah balon
demi meringankan beban agar rumahnya dapat terbang kembali. Mr. Fredrickson
sedang sakit karena istrinya telah meninggal dunia, dan hal terakhir yang dapat
ia lakukan adalah membawa rumahnya dengan balon dan mendaratkannya di samping
air terjun di atas sebuah gunung. Russel seorang anak pramuka yang sedang
mengumpulkan lencana (badge) masih kurang satu lencana yakni lencana menolong
orangtua. Dalam perjalanan bersama Mr. Fredrickson, Russel berkenalan dengan
seokor burung yang ia beri nama Kevin. Kini Kevin telah ditangkap. Russel
merasa sakit hati kehilangan Kevin, membuang seluruh lencananya bahkan
membahayakan nyawanya sendiri.
Melalui buku istrinya yang belum pernah ia buka, Mr. Fredrickson
menyadari bahwa istrinya merasa bahagia bahwa ia dapat menjalani hidup bersama
dia. Maka Mr. Fredrickson membuang seluruh perabotnya dan terbang kembali
dengan rumah balonnya demi menyelamatkan Russel dan Kevin. Seseorang bisa
merasa sakit hati karena merasa belum memberikan cukup sebagai tanda cinta
kasihnya.
Orang-orang kudus tidak berada di dalam rumah sakit. Mereka sedang
melihat pajangan dalam museum atau mereka sendiri sedang dipajang di dalam kotak
kaca museum. Mereka meninggalkan realita kehidupan yang menyakitkan. Akan
tetapi para pasien kanker spiritual berada di dalam rumah sakit menerima
chemotherapy spiritual. Melalui pengorbanan Yesus, cinta yang menyakitkan
menjadi cinta yang menyembuhkan. Dengan menerima kondisi kita sebagai pasien
kanker spiritual, kita baru bisa
menerima chemotherapy spiritual. Kita disembuhkan oleh rasa sakit TUHAN, oleh
bilur-bilur-Nya.
Mengapa ada yang seperti pasien rumah sakit dan ada yang menjadi
pengunjung museum? Well, banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih
(Matius 22.14). Banyak yang hadir di rumah Lazarus sebagai pengunjung museum
dan bukan sebagai pasien yang membutuhkan kesembuhan dari Sang Tabib Agung,
Yesus Kristus.