Tuesday, 19 March 2013

CINTA YANG MENYAKITKAN

Yohanes 12.1-11
Saya (Maria) sangat berbahagia karena hari ini, kami akan dikunjungi Yesus. Kami mengadakan openhouse untuk mengucap syukur atas kebangkitan adik kami, Lazarus dari kematian. Sejak dua hari yang lalu kami sekeluarga sibuk membersihkan rumah dan memikirkan menu makanan untuk menjamu kedatangan para tamu. Adik saya, Marta sibuk mengubah-ubah menu. Sebelumnya, kami sudah sepakat memasak rendang sapi, curry ayam, sate ayam dan ayam goreng dengan cendol sebagai dessert. Tapi tiba-tiba, Marta ingin menambah sayur brokoli, ikan bakar, sayur asam dan ayam penyet. Sebagai seorang perempuan dan tidak memiliki banyak kompetensi, tidak banyak yang dapat saya berikan kepada Yesus. Apa yah yang dapat saya berikan untuk Yesus? Bagaimana jika saya menghadiahkan minyak narwastu saya untuk Yesus?

Yesaya menulis bahwa TUHAN melakukan perbuatan baru - Ia membuka jalan di padang gurun dan membuka sungai-sungai di padang belantara (Yesaya 43.19). Saya melihat Tuhan di dalam Kristus sebab barangsiapa melihat Yesus, ia melihat Bapa (Yohanes 14.9). Inilah "ketersembunyian" TUHAN. Ia menjadi manusia dan menderita bagi umat manusia.

Bagaimana dengan perasaan Yesus? Hatinya pasti sangat sakit saat mendengarkan Yudas Iskariot mengatakan "Untuk apa pemborosan ini? Mengapa minyak narwastu yang mahal dituangkan di atas kaki Yesus begitu saja? Mengapa Rabi mengizinkan perbuatan boros Maria? Apakah kaki Guru terlalu bau sehingga harus dibersihkan dengan minyak narwastu bernilai 300 dinar? Cinta Yudas terhadap 300 dinar sangat menyakitkan, bukan? Hati Yesus sangat sedih melihat kedatangan orang Yahudi dan para imam (atau para pendeta) yang hanya ingin melihat-lihat Lazarus. Mereka hanya ingin menyaksikan apakah benar Lazarus telah bangkit dan bagaimana tampang orang yang bangkit dari kematian. Apakah Simon Si Kusta ini sudah tidak sakit kusta lagi (apabila dibaca secara pararel dengan Injil Matius).

Nah, cinta itu menyakitkan bukan? Is love painful? Do you know that I love you?” merupakan pertanyaan yang menyakitkan. Hati Petrus pasti sangat perih saat Yesus bertanya, “Apakah engkau mengasihi Aku?”, tidak hanya sekali bahkan sebanyak 3 kali. Dan hati Yesus pasti juga sakit saat Dia bertanya sebanyak tiga kali meresponi 3 kali penyangkalan Petrus. Pertanyaan, “Apakah engkau mengasihi Aku” akan terdengar “Tahukah engkau bahwa Aku mengasihi engkau?”  Cinta itu menyakitkan ketika kita berharap orang yang kita cintai dapat memahami cinta kita baginya. Cinta itu menyakitkan saat kita mengharapkan orang yang kita cintai untuk tidak selalu bersikap emosional. Cinta itu sangat menyakitkan saat kita tidak dapat menahan luapan emosi kita. Cinta itu menyakitkan saat kita mengharapkan orang yang kita cintai untuk menjadi lebih baik, lebih rajin, lebih pengertian. Hati orangtua pasti sangat sakit menyaksikan anak mereka yang dengan sengaja merusak kehidupan mereka sendiri. Hati orangtua sangat sakit mengetahui bahwa pernikahan anak mereka tidak bahagia. TUHAN pasti sakit hati melihat kondisi kita.

Seorang jurnalis bercerita kepada seorang teolog bernama Pui Lan Kwok di Hongkong mengenai kisah hidup Ah Ching. Ah Ching adalah seorang anak gadis yang tinggal di sebuah desa di China. Orangtua Ah Ching adalah petani yang rajin dan mereka sangat mengharapkan seorang anak laki-laki. Pada suatu hari, pada saat Ah Ching sedang tidur, ia ditutupi oleh selimut hingga sulit bernafas dan berteriak keras, “Mama, mama, tolong, tolong!” Kemudian ia menyadari ternyata papanya berusaha untuk membunuh dia. Karena ketakutan keesokan harinya, ia bersembunyi di rumah nenek. Nenek menghibur Ah Ching sambil mengalirkan air mata. Pada malam itu, nenek berusaha membunuh Ah Ching menggunakan selimut dengan tangannya yang gemetar.

Hati TUHAN pasti sangat sakit melihat keadaan manusia.  Hati TUHAN pasti sangat sakit melihat motivasi Yudas Iskariot, orang-orang Yahudi dan para imam yang datang dari Yerusalem ke Betania hanya untuk melihat Lazarus. Seseorang pernah mengatakan, Gereja merupakan rumah sakit bagi orang-orang berdosa dan bukan museum bagi orang-orang kudus. A church is a hospital for sinners, not a museum for saints. Orang-orang Yahudi dan para imam yang datang dari Yerusalem merupakan “pengunjung museum”. Mereka hanya ingin melihat-lihat Yesus dan Lazarus. Yudas Iskariot juga adalah “pengunjung museum” yang kesal melihat perbuatan saya (Maria). Pemberian saya (Maria) dianggap sebagai pemborosan. Ia merasa sangat menyayangkan untuk menghabiskan minyak narwastu yang mahal pada kaki Yesus. Setelah kunjungan museum para imam bersekongkol untuk membunuh Lazarus sedangkan Yudas Iskariot berniat untuk menjual Yesus. Peristiwa yang sangat menyakitkan.

Saya (Maria) merasa tidak layak, tidak mampu, tidak signifikan dan sangat tidak berarti. TUHAN bersedia datang untuk menyelamatkan umat manusia. Sedangkan saya (Maria) hanya bagaikan “pasien rumah sakit”. Apabila kita menyadari bahwa kita merupakan “penderita kanker rohani” yang membutuhkan “chemotherapy spiritual” maka kita sedang berada dalam rumah sakit, bukan museum. Tahukah Anda bahwa Yesus bukan hanya anak Yusuf, bukan hanya seorang tukang kayu, bukan hanya seorang rabi atau nabi tetapi Yesus adalah Allah Sendiri.  Apakah Anda melihat Bapa di dalam diri Yesus? (Yoh 14.9), Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1.15).  Inilah yang dimaksud Paulus dengan pengenalan yang benar.

Karena pengenalan yang benar, Paulus menganggap apa yang dianggap istimewa oleh orang-orang Yahudi – disunat pada hari kedelapan, keturunan Benyamin, orang Ibrani asli, seorang ahli Farisi, tidak bercacat melakukan hukum Taurat sebagai “sampah” (Filipi 3.8).

Salah satu adegan kesukaan saya dalam film animasi Disney yang berjudul Up adalah saat Mr. Fredrickson melempar keluar semua perabotan dari rumah balon demi meringankan beban agar rumahnya dapat terbang kembali. Mr. Fredrickson sedang sakit karena istrinya telah meninggal dunia, dan hal terakhir yang dapat ia lakukan adalah membawa rumahnya dengan balon dan mendaratkannya di samping air terjun di atas sebuah gunung. Russel seorang anak pramuka yang sedang mengumpulkan lencana (badge) masih kurang satu lencana yakni lencana menolong orangtua. Dalam perjalanan bersama Mr. Fredrickson, Russel berkenalan dengan seokor burung yang ia beri nama Kevin. Kini Kevin telah ditangkap. Russel merasa sakit hati kehilangan Kevin, membuang seluruh lencananya bahkan membahayakan nyawanya sendiri.

Melalui buku istrinya yang belum pernah ia buka, Mr. Fredrickson menyadari bahwa istrinya merasa bahagia bahwa ia dapat menjalani hidup bersama dia. Maka Mr. Fredrickson membuang seluruh perabotnya dan terbang kembali dengan rumah balonnya demi menyelamatkan Russel dan Kevin. Seseorang bisa merasa sakit hati karena merasa belum memberikan cukup sebagai tanda cinta kasihnya.

Orang-orang kudus tidak berada di dalam rumah sakit. Mereka sedang melihat pajangan dalam museum atau mereka sendiri sedang dipajang di dalam kotak kaca museum. Mereka meninggalkan realita kehidupan yang menyakitkan. Akan tetapi para pasien kanker spiritual berada di dalam rumah sakit menerima chemotherapy spiritual. Melalui pengorbanan Yesus, cinta yang menyakitkan menjadi cinta yang menyembuhkan. Dengan menerima kondisi kita sebagai pasien kanker spiritual,  kita baru bisa menerima chemotherapy spiritual. Kita disembuhkan oleh rasa sakit TUHAN, oleh bilur-bilur-Nya.

Mengapa ada yang seperti pasien rumah sakit dan ada yang menjadi pengunjung museum? Well, banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22.14). Banyak yang hadir di rumah Lazarus sebagai pengunjung museum dan bukan sebagai pasien yang membutuhkan kesembuhan dari Sang Tabib Agung, Yesus Kristus.

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12