Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang;
baru kemudian dirikanlah rumahmu (Amsal 24.27)
Hidup ini bagaikan sebuah lahan. Orang-orang
berjuang untuk memperluas lahan, menyediakan teknologi tercanggih untuk
pengairan, membeli traktor terhebat dan mempromosikan lahan mereka yang tampak
luas dan hebat. Sukses di zaman kini identik dengan publikasi dan penerimaan
massa sehingga orang-orang mendandani diri dengan berbagai perangkat mulai dari
perangkat keras seperti rumah, kendaraan, batu permata, tas terbaru, gadgets
hingga ke perangkat lunak seperti gelar pendidikan. Kebutuhan untuk
meningkatkan diri (to upgrade oneself)
sudah menjadi sebuah keharusan. Mempresentasikan diri, memajangkan diri atau broadcasting-diri kini sudah menjadi hal
yang lazim untuk merasa hadir (to feel
exist).
Untuk membangun kehidupan seseorang perlu menyadari dimensi yang
penting dalam hidup ini yang butuh dibangun dengan penuh konsentrasi, komitmen
dan keseriusan. Apabila kita menitikberatkan pembangunan hidup pada bagian yang
salah maka kita bagaikan orang yang memposisikan tangga pada dinding yang
salah.
Siapkan ladang
sebelum mendirikan rumah. Siapkan
ladang hati, jiwa dan pikiran sebelum membangun kehidupan. Membuka hati, jiwa
dan pikiran untuk mempersiapkan ladang sebelum melakukan proses penanaman.
Berbagai bebatuan (pengalaman yang pahit,
luka batin) dapat menghalangi pertumbuhan. Rumput liar (wrong pre-understanding) perlu dipotong. Burung dan binatang liar (informasi yang tidak akurat, bukan
kebenaran) juga dapat merampas benih yang ditaburkan di ladang. Berbagai hal akan terus menyusupi dan
mengganggu proses pertumbuhan sehingga ladang perlu dirawat dan dijaga dengan baik.
Pertumbuhan seseorang tidak terluput dari
pembaharuan pandangan dunia (worldview)
menjadi pandangan sorgawi (kingdomview).
Proses pembaharuan dan pertumbuhan bersifat progressif
transformatif yang berarti secara terus-menerus berubah dan menjadi semakin
serupa dengan Kristus. Tidak ada kata “cukup” untuk proses belajar sebab
apabila seseorang berhenti belajar ia berhenti bertumbuh dan hidupnya pasti
akan menyusut. Seorang yang belajar adalah seorang yang bersedia secara terbuka
dan secara terus-menerus mempertanyakan kembali apa yang sudah ia pelajari.
Kerinduan dan kehausan akan kebenaran memotivasi dirinya untuk terus bertanya
dan mencari tahu bagaikan sebuah ladang yang secara terus menerus dikelola,
ditanam, dipupuk dan disiram. Penemuan diri (self-discovery)
akan terjadi apabila ladang kita dikerjakan atas dasar dimana kita diperbaharui
secara terus-menerus untuk mengenal diri kita dengan benar menurut gambar
Khalik-Nya (baca Kolose 3.10). Konstruksi rumah merupakan “gambar diri” kita
yang akan dibangun menurut gambar Khalik-Nya yang tampak jelas dalam Diri
Kristus Yesus.
Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya,
kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya, berilah orang bijak
nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka
pengetahuannya akan bertambah (Amsal
9.8-9).