Wednesday, 13 March 2013

SIAPKAN LADANG SEBELUM MEMBANGUN RUMAH!




Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang;
baru kemudian dirikanlah rumahmu (Amsal 24.27)

Hidup ini bagaikan sebuah lahan. Orang-orang berjuang untuk memperluas lahan, menyediakan teknologi tercanggih untuk pengairan, membeli traktor terhebat dan mempromosikan lahan mereka yang tampak luas dan hebat. Sukses di zaman kini identik dengan publikasi dan penerimaan massa sehingga orang-orang mendandani diri dengan berbagai perangkat mulai dari perangkat keras seperti rumah, kendaraan, batu permata, tas terbaru, gadgets hingga ke perangkat lunak seperti gelar pendidikan. Kebutuhan untuk meningkatkan diri (to upgrade oneself) sudah menjadi sebuah keharusan. Mempresentasikan diri, memajangkan diri atau broadcasting-diri kini sudah menjadi hal yang lazim untuk merasa hadir (to feel exist).

Untuk membangun kehidupan seseorang perlu menyadari dimensi yang penting dalam hidup ini yang butuh dibangun dengan penuh konsentrasi, komitmen dan keseriusan. Apabila kita menitikberatkan pembangunan hidup pada bagian yang salah maka kita bagaikan orang yang memposisikan tangga pada dinding yang salah.
Siapkan ladang sebelum mendirikan rumah. Siapkan ladang hati, jiwa dan pikiran sebelum membangun kehidupan. Membuka hati, jiwa dan pikiran untuk mempersiapkan ladang sebelum melakukan proses penanaman. Berbagai bebatuan (pengalaman yang pahit, luka batin) dapat menghalangi pertumbuhan. Rumput liar (wrong pre-understanding) perlu dipotong. Burung dan binatang liar (informasi yang tidak akurat, bukan kebenaran) juga dapat merampas benih yang ditaburkan di ladang. Berbagai hal akan terus menyusupi dan mengganggu proses pertumbuhan sehingga ladang perlu dirawat dan dijaga dengan baik.

Pertumbuhan seseorang tidak terluput dari pembaharuan pandangan dunia (worldview) menjadi pandangan sorgawi (kingdomview). Proses pembaharuan dan pertumbuhan bersifat progressif transformatif yang berarti secara terus-menerus berubah dan menjadi semakin serupa dengan Kristus. Tidak ada kata “cukup” untuk proses belajar sebab apabila seseorang berhenti belajar ia berhenti bertumbuh dan hidupnya pasti akan menyusut. Seorang yang belajar adalah seorang yang bersedia secara terbuka dan secara terus-menerus mempertanyakan kembali apa yang sudah ia pelajari. Kerinduan dan kehausan akan kebenaran memotivasi dirinya untuk terus bertanya dan mencari tahu bagaikan sebuah ladang yang secara terus menerus dikelola, ditanam, dipupuk dan disiram. Penemuan diri (self-discovery) akan terjadi apabila ladang kita dikerjakan atas dasar dimana kita diperbaharui secara terus-menerus untuk mengenal diri kita dengan benar menurut gambar Khalik-Nya (baca Kolose 3.10). Konstruksi rumah merupakan “gambar diri” kita yang akan dibangun menurut gambar Khalik-Nya yang tampak jelas dalam Diri Kristus Yesus.

Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya, berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah (Amsal 9.8-9).

Kekuatan Kelemahlembutan - Bilangan 12