KITA SUDAH MEMASUKI
MINGGU-MINGGU ADVEN menjelang akhir tahun 2012. Globalisasi telah menjadikan
dunia semakin terhubung (interconnected) dengan
sistem yang rumit dan abstrak sehingga apa yang terjadi di sebuah negara dapat
mempengaruhi negara lainnya. Ancaman pemanasan global, terorisme, krisis
ekonomi di Eropa, gejolak sosial yang terjadi di negara-negara Arab, potensi
tsunami, krisis energi, krisis pangan dan penyakit epidemik merupakan ancaman
yang diwaspadai oleh dunia. Pemberitaan media yang sudah tidak terkendali
menambah kepanikan penduduk dunia. Mendengar, membaca dan menonton
berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang merampas ketenangan manusia
serta beresiko mengancam keberadaan manusia memberikan rasa waswas (baca Lukas
21.26).
Ancaman terhadap kehidupan
tidak hanya memberikan rasa was-was tetapi barangkali juga akan menyakitkan.
Sebagian keluarga di Syria saat ini saling bermusuhan akibat ada anggota
keluarga yang bergabung dengan tentara pemberontak dan ada yang memilih untuk
mendukung presiden Bashar Ashad. Seorang ibu yang tidak mau namanya disebut,
mengatakan 4 orang anaknya bergabung dengan pasukan pemberontak dan seorang
anaknya membela presiden Ashad. Hati ibu tersebut sangat terpukul, dan bahkan
ia dijauhi oleh famili lainnya dan ia hanya berharap anak-anaknya bisa makan
bersama semeja.
Untuk mengalihkan perhatian
dari peristiwa-peristiwa yang mengancam dan menyedihkan, manusia beralih pada
pesta-pora, kemabukan dan kepentingan duniawi lainnya. Manusia mengambil sikap,
“mengapa harus pusing, besok kita juga
lenyap, oleh sebab itu mari beriang-gembira sebab besok kita sudah tiada”.
Sikap kekosongan atau “nihilisme” pun mengambil alih kehidupan manusia. Manusia
menjadi apatis pada kehidupan dan masa depannya sendiri. Dunia ini sibuk
memproduksi dan menawarkan “antidote” stress dan kekuatiran kepada manusia
tanpa memikirkan bagaimana dengan sampah-sampah elektronik dan polusi yang semakin
menggunung. Di akhir tahun, masyarakat AS disodorkan berbagai promosi seperti, Thanksgiving-Day Sales, Black-Friday Sales, dan Christmas Sales. Keberadaan Internet
telah menjadikan sales seperti ini tidak hanya diperuntukkan bagi penduduk AS
tetapi juga seluruh dunia. Sebagai contoh, Amazon menawarkan diskon
Black-Friday untuk beranekaragam produk dan sertai dengan waktu count-down. Sistem
pemasaran sekarang menciptakan perasaan “urgensi” yakni kalau mau berbelanja murah
harus bergerak cepat sebelum kehilangan keistimewaan (privilege).
Di momen, diskon besar-besaran
terus digembar-gembor, sebuah pabrik garmen di Bangladesh terbakar. Oleh karena
pintu emergensi terkunci, api meraup nyawa 112 pekerja pabrik yang umumnya
perempuan. Pabrik tersebut memproduksi pakaian untuk Walmart, Disney dan Sears.
Ketika para shoppers diwawancari saat mereka berbelanja, mereka mengatakan
mereka tidak memikirkan tentang peristiwa kematian 112 pekerja pabrik di
Bangladesh, yang penting pakaian yang mereka beli itu murah-meriah. Manusia
saat tidak lagi memikirkan bagaimana produk mereka diproduksi, bagaimana
kondisi para pekerja yang mengerjakan produk mereka, pengeloaan limbah dan
bagaimana solusi tentang sampah elektronik yang menggunung, yang penting mereka
memperoleh produk dan membuat hati mereka senang.
Perasaan hampa, cemas, kuatir
yang kemudian mengalihkan manusia untuk berpesta-pora, beria-ria, mencari
kehebohan dapat menjadi “jerat” bagaikan benang kusut yang menjerat kaki
manusia. Atau bagaikan sarang laba-laba yang menjaring mangsa sebelum dijadikan
menu makan malam. Yesus mengingatkan kita agar melihat tanda-tanda zaman,
menyadari bahwa Kerajaan Allah sudah dekat! (Luk 21.31) dan berjaga-jaga supaya
dapat tahan berdiri (Luk 21.36).
Jadi siapa yang dapat menolong
kita? Bagaimana kita dapat diselamatkan?
“TUHAN itu baik dan benar sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang
yang sesat” (Mzm 25.8). Ia membimbing orang yang rendah hati (baca Mzm 25.9). Jalan TUHAN adalah kasih
setia dan kebenaran (baca Mzm 25.10). Oleh sebab itu pemazmur memohon, “Dosa-dosaku
pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat. Tetapi
ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya
TUHAN” (Mzm 25. 7). Yesus berpesan, “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa!”
(Luk 21.35). Berjaga dirilah agar hati kita tidak terjerat oleh pesta-pora,
kemabukan dan berbagai kepentingan duniawi lainnya!
Berjaga-jaga merupakan tindakan
yang bersifat aktif. Berjaga berarti melatih diri, mempersiapkan diri, dan
dalam kondisi siap siaga. Semestinya setiap rumah menyediakan tas emergensi
yang di dalamnya terdapat berbagai perlengkapan untuk hal yang diluar duga –
kebakaran, kerusuhan, gempa bumi atau tsunami. Tas tersebut diisi dengan
perlengkapan yang diperbaharui setiap 6 bulan sambil memperhatikan tanggal
kadaluarsanya. Tas emergensi (rohani) berisikan: surat-surat penting (identitas
sebagai anggota Kerajaan Sorga), air mineral/botol air (air hidup & penyertaan
Roh Kudus), 1 stel pakaian (penyelamatan dan pembaharuan), biscuit, coklat,
cereal, makanan kaleng yang tidak membutuhkan pembuka kaleng (makanan rohani),
senter, baterai, lightsticks, pisau lipat (Kebenaran). Tanpa secara rutin
melatih dan mempersiapkan diri secara rohani, kita tidak akan sanggup
menghadapi hari yang mengejutkan. Pelarian (pesta-pora, kemabukan, keinginan
lainnya) tidak akan menolong melainkan justru hanya akan menjerat. Oleh sebab
itu, persiapkan diri dari sekarang!