“Bersorak-sorailah, hai puteri Sion,
bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap
hati, hai puteri Yerusalem!” (Zef 3.14).
SION MERUPAKAN sinonim untuk Yerusalem. Apakah
kata “Israel” atau “Sion” yang kita baca di Alkitab menunjuk pada negara Israel
pada saat ini? Paulus menegaskan, “tidak semua orang yang berasal dari Israel
adalah orang Israel, dan juga tidak semua orang yang terhitung keturunan
Abraham adalah anak Abraham… artinya, BUKAN ANAK-ANAK MENURUT DAGING ADALAH
ANAK-ANAK ALLAH, TETAPI ANAK-ANAK PERJANJIAN YANG DISEBUT KETURUNAN YANG BENAR”
(Roma 9.6-8). Jadi “Puteri Sion” adalah orang-orang terpanggil yang mempercayai
dan menanti-nantikan keselamatan dengan penuh pengharapan.
Yohanes Pembaptis mengingatkan, “janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham
adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak
bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Luk 3.8). Merasa bahwa identitas sebagai
seorang Kristen akan menjamin keselamatan adalah sebuah langkah yang sangat
buruk. Merasa sebagai “Orang Kristen” atau “nasrani” menggantungkan salib yang gede tidak menyelamatkan. Merasa
superior sebagai orang Kristen tidak menyelamatkan, hanya menjerumuskan.
Kekristenan sebagai agama dan ritual tidak menyelamatkan. Sebab Kekristenan
merupakan “Jalan, Kebenaran & Hidup” (Yoh 14.6).
Di dalam gereja terdapat “gandum” dan “debu
jerami”. Identitas sebagai “orang Kristen” tidak menyelamatkan tetapi identitas
sebagai “gandum” ya. Gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung-Nya akan tetapi
debu jerami akan dibakar dalam api yang tidak terpadamkan (Luk 3.17). Tidak ada
sukacita bagi debu jerami, juga tidak perlu bagi kita untuk mencari siapa yang
adalah gandum dan siapa yang adalah debu jerami. TUHAN mengenal siapa gandum,
siapa debu jerami. Jadi siapakah Puteri Sion? Puteri Sion adalah “Gandum” yang
menantikan penjemputan untuk masuk ke dalam lumbung Allah.
Melalui percakapan antara orang-orang dengan
Yohanes Pembaptis, kita dapat melihat beberapa karakteristik gandum. Mereka
“berbagi” – Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membagikannya
dengan yang tidak punya. Gandum tidak perlu mengganti profesi di dunia yang
saling memakan dan berlaku curang. Hidup gandum mempunyai integritas - Tidak
menanggih lebih banyak daripada yang ditentukan. Tidak merampas dan tidak
memeras! Kekristenan sendiri sudah terlalu sering merampas dan memeras. Sejarah
yang menyedihkan adalah Kekristenan datang ke Asia bersamaan dengan
kolonialisme Barat. Ada yang mengatakan bahwa orang-orang Barat membawa Alkitab
ke Asia dan membawa pulang hasil bumi dari Asia dan meninggalkan Alkitab mereka
di Asia. Kosuke Koyama menyebutnya dengan istilah “gun and ointment” – senjata
(kolonialisme) dan obat (Injil). Orang-orang Asia telah dilukai oleh
kekristenan.
Pada tahun 2012 ini, dunia dihibur oleh PSY,
penyanyi pop asal Korea dengan tarian Gangnam Stylenya yang diliris pada
tanggal 15 Juli 2012. Di Makasar, tarian super gangnam style pernah diikuti
oleh 20,000 peserta. Pada Children’s Day Singapore 2012, pemerintah Singapore
memproduksi video Super Kancheong Style yang diperankan oleh anak-anak.
Pemerintah menghimbau orangtua agar tidak “kancheong” (bahasa Hokkien – panik).
Perdana Menteri Singapore Lee Hsien Loong meng-post video tersebut di
facebooknya. Di Malaysia, ada Super Kampoeng Style dan Orang Sabah Style. Manusia
yang hidupnya semakin tertekan dihibur oleh Super Gangnam Style PSY. Tetapi baik
Super Gangnam Style, Super Nagoya Style, Super Barelang Style, Super Jakarta
Style, Potong Lembu Style, Adolf Hitler Style maupun Super Bossy Style tidak dapat
memberikan sukacita yang bertahan lama.
TUHAN tidak memberikan Super Gangnam Style tetapi
Ia memberikan “Humble Betlehem Style”
dengan menjadi manusia, dilahirkan di Betlehem. Kedatangan-Nya untuk membaharui (Zef 3.17), menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan
yang terpencar (Zef 3.19) dan membawa pulang umat-Nya (Zef 3.20).
Kata pincang “瘸” (baca que) mengandung arti “ada yang perlu
ditambahkan” karena ada yang kurang. Kita adalah manusia yang pincang. Emosi
kita pincang sebab kita sering merasa tidak mampu walaupun kita sudah berusaha
berkali-kali melawan 3 G – Gelisah, Galau, Ganas. Sedikit-sedikit merasa
gelisah, galau, bingung, marah dan menjadi sangat “ganas” (ferocious).
Kita juga merupakan manusia terpencar, diri kita
terpencar ke mana-mana. Hati kita di satu tempat, jiwa di tempat yang lain,
pikiran di tempat yang lain lagi. Kita selalu “ada” tetapi tidak “hadir” karena
diri kita terpencar (dispersed-self).
Bahasa Mandarin mengekspresikan kata takut dengan istilah “魂飞魄散” (baca hun fei po san) yang artinya “roh terbang,
jiwa terpencar”. Takut merupakan reaksi pertama setelah manusia jatuh ke dalam
dosa sehingga tepat sekali hun fei po san
mengekspresikan rasa takut kita sebab diri kita “terpencar”. Oleh sebab itu
saya menyukai istilah bahasa Inggris “pull yourself together” yang biasanya
digunakan untuk menghibur yang sedih. Diri yang terpencar harus ditarik “pull”
kembali. TUHAN ingin mengumpulkan kembali diri kita yang terpencar (dispersed-self).
Kata “I will take you home” merupakan kata yang
sangat menggembirakan bagi orang-orang yang tersesat, dipenjara, melarikan diri
akibat perang maupun POW (Prisoner of War). Orang-orang pelarian yang berada
dalam kondisi “homeless” akan sangat bergembira saat mendengarkan kalimat “I am
bringing you home”. Pada saat anak saya baru lahir, ia harus melalui semalam di
rumah sakit. Ketika saya menjemputnya pagi-pagi keesokan harinya saya berkata,
“Mengyu, mari pulang” dan saat itu ia memberikan respon walaupun matanya tetap
tertutup. Ibu dan kakak saya yang turut hadir pada saat itu menjadi
terheran-heran menyaksikannya. Rumah bukan hanya sebuah tempat tetapi sebuah
relasi, sebuah atmosfir. Istilah bahasa Mandarin mengungkapkan 处处无家处处家 (baca chu chu wu jia chu chu jia), di mana-mana
tidak ada rumah, dimana-mana ada rumah. Karena rumah adalah sebuah relasi maka
kita dapat menciptakan rumah yang nyaman dimana kita berada.
Ketika TUHAN mengatakan “Aku membawa-mu pulang”,
Ia juga sedang menyatakan relasi-Nya dengan kita “Bapa dan anak”. “Pulang”
memberikan ketenangan, kenyaman yang benar-benar merupakan suasana “serenity”
dan “tranquility”. Kedatangan TUHAN menghadirkan “rumah” bagi kita. Pepatah
Chinese mengatakan, “Di mana-mana tidak memiliki rumah, tetapi memiliki rumah
di mana-mana” (chu chu wu jia chu chu jia). Di satu sisi kita sedang menantikan
TUHAN yang berkata, “I am bringing you home” dan di sisi lain TUHAN menjadikan
saat ini “rumah” kita sambil menantikan “rumah abadi”.
Kiranya “Humble Betlehem Style-Nya” yang
membaharui, menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar, dan
membawa pulang yang tidak berumah secara spiritual “spiritually homeless”
memberikan kita sukacita. Yesaya menggambarkan sukacita tersebut bagaikan
“menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan” (Yes 12.3).
Bersukacitalah, hai puteri Sion, beria-rialah hai
gandum!